Chereads / Circle : Anti Romantic / Chapter 3 - Diabaikan

Chapter 3 - Diabaikan

Lantai 50 tampak sepi—tidak ada satu anak pun yang menghembuskan napasnya di apart 50. Namun tak lama kemudian, Elend datang, disusul Sellena dan Esme di belakang. Raut wajah ketiganya tampak menunjukan rasa keresahan, terutama Esme, si maknae yang sangat dekat dengan Reiley. Esme melihat Reiley begitu menyedihkan diruangan sebesar itu. Bagaimana bisa dirinya membiarkan Reiley seorang diri?

"Kak, dari mana saja? Kok baru muncul?" ujarnya mendahului pembicaraan.

"Sorry, Ley. Gue sama anak-anak nggak buka hape sama sekali tadi—nggak tau kalo lo spam grup," sambung Sellena dengan suara rada datar, namun tetap merasa tidak enak.

"Iya, Ley. Sorry, ya? Ayolah ... haha. Jangan murung kek gitu napa. Ilang loh cantiknya nanti," goda Elend. Ia berusaha keras agar membuat suasana tidak canggung seperti ini. Elend jelas merasa bersalah, karena bersenang-senang tanpa adanya Reiley.

Reiley tersenyum simpul menanggapi ketiga gadis cantik yang ada dihadapannya itu.

"Nggak! Enak aja minta maaf." Merentangkan kedua tangannya. "Pijitin dulu, gue cape!" pinta Reiley mengerjai mereka.

Dengan sigap Esme menyerang lengan Reiley yang siap untuk di pijat itu. "Argh, kenapa nggak ngomong dari tadi, sih?" ucap Esme dengan gigihnya, seolah tak mau Reiley letih karena menunggu cukup lama akibat dirinya juga.

***

Sengaja tidak meluapkan emosi. Sengaja diam tak berkutik. Sengaja bertingkah seolah tindakan Elsana tadi itu bukanlah masalah besar. Namun dibalik semua itu, Ellera benar-benar sangat berapi-api karena merasa telah di sepelekan oleh Elsana.

Ellera menyimpan marahnya, bukan karena tanpa alasan. Itu semua jelas ada alasan tersendiri, namun hanya diketahui oleh dirinya sendiri.

Setelah meninggalkan caffe tepi laut itu, Ellera dan Elsana berniat tidak langsung balik ke Eleranda Palace, karena Ellera belum cukup puas untuk bersenang-senang. Ditambah Elsana yang saat ini merengek karena lapar, secara tadi makanan pesananmya mubazir—akibat Ellera yang tiba-tiba meminta untuk cabut begitu saja.

Kali ini Ellera yang mengemudi. Suasana hatinya belum membaik, meski sedari tadi mengobrol dengan Elsana disepanjang perjalanan. Mengemudi dengan kecepatan sedang, tak lupa playing lagu BTS Rappline yang berjudul Cypher 3 : Killer. Lagu rap itu benar-benar menggambarkan suasana hati Ellera saat ini, meski Elsana tidak tahu lagu bergenre K-pop itu.

"Elle, lo kapan mulai kuliah tatap muka? Lo nggak cape apa berakting sakit terus ke dosen-dosen lo?" ujar Elsana spontan. Ia baru saja ingat, dan kebetulan bersama Ellera saat ini. Padahal Ellera di incar oleh dosennya cukup lama, namun Elsana begitu konek dan baru mengingatnya.

Ellera menggebu, karena tiba-tiba teringat dosen konyol yang waktu itu menolak karya beserta naskahnya.

"Haha, sialann," umpatnya sedikit membanting lengannya di atas setir. Itu adalah gaya orang yang tiba-tiba mengingat akan sesuatu dan berlanjut kesal.

"Elle?"

Elsana menyenggol lengan Ellera. Namun gadis itu malah terlihat tersenyum getir ke arah luar jendela mobil. Dari awal Elsana sudah menduga, pasti ada cekcok besar diantara Ellera dan dosennya.

"Ada yang lo sembunyiin?" tanya Elsana penasaran. Kemungkinan dugaannya benar.

Ellera menoleh menyamping, melirik Elsana yang sedari tadi bergerutu. "Lo beneran nggak tau? Atau tau, tapi pura-pura nggak tau?" Ini adalah pertanyaan jebakan.

Ellera malas sebenarnya membahas hal ini, namun Elsana yang memancingnya terlebih dahulu. Kini sudah terlanjur, dan Ellera semakin tertarik dengan percakapan membosankan ini.

"Els?" panggil Ellera tanpa menoleh ke arah Elsana.

Elsana meletakkan ponselnya di pangkuannya. Kali ini ia harus berbicara lebih serius dengan Ellera. "Elle, kita temenan cukup lama! Dari kecil kita temenan! Dan lo tau itu! Tapi gue heran deh sama lo, kenapa sih, lo itu anti banget nyeritain masalah yang mungkin sangat memberatkan lo? Atau jangan-jangan, lo masih punya dendam pribadi, ya? Cerita aja, nggak usah lo tutup-tutupin lagi. Buat apa coba?"

ucapan Elsana membuat Ellera terpaksa harus menghentikan mobilnya, kemudian berhenti menepi. Ellera terdiam sejenak setelah mendengar bualan Elsana.

"Ngapain berhenti? Kaget, ya?" tanya Elsana heran. Sepertinya Ellera tidak terima dengan ucapannya lagi.

Nada suara Elsana terdengar menantang. Karena Ellera sedikit rumit dan tidak terima, cepat-cepat Ellera melepaskan sabuk pengamannya. Ellera, gadis itu kemudian membuka pintu mobil untuk Elsana.

"Turun! Gue nyusul!" perintah Ellera, entah apa yang akan dilakukan gadis itu.

***

Hari mulai sore, dan keempat gadis cantik itu masih menikmati hidangan salad yang dibawakan oleh Reiley. Tentu salad itu cukup lama habisnya, karena porsinya memang benar-benar sangat jumbo.

Soal rasa? Jangan diragukan lagi, diantara para circle, yang paling pandai memasak adalah Reiley. Tak hanya cantik dan memiliki tubuh paling tinggi diantara circle. Reiley juga begitu pandai memasak, bahkan jago juga dalam merias diri, dan berbisnis, secara papanya seorang pebisnis, yang jabatannya bahkan Presdir—Presiden Direktur. Namun sayangnya, ia belum memiliki daya tarik untuk bisa fokus berbisnis. Karena dari awal dirinya ingin menjadi seorang MUA profesional—yang dikenal oleh semua kalangan artis global.

"Udah sore nih ... gue turun, ya? Kasihan Mama gue, njir!" rengek Reiley sedari tadi. Ia tidak bisa bergerak karena Esme dan Sellena menghalanginya.

Namun tidak dengan Elend. "Heh, udahlah, apa-apaan, sih kalian? Kasihan Tante Yuki, pasti dia kualahan tuh masak sendiri. Ley, tadi Mama lo bilang tamunya datang jam berapa emang?" tanya Elend. Ia adalah cewek yang paling waras. Yakali, orang mau pulang dihalangi? Namun apalah daya, Esme dan Sellena membuat aliansi kuat agar Reiley tidak pulang lebih awal, sehingga Elend tidak bisa berbuat apa-apa.

"Lend bantu gue, Lend ... tamunya bahkan udah datang! Mama bilang jam 12:00 tamu Papa datang. Lihatlah, hari sudah mulai sore, dan gue ngapain di sini? Lo ngerjain tugas, sedangkan gue? Astagaa nih anak, ya."

Reiley mulai pengap, karena dirinya di kempit oleh Esme dan Sellena yang saat ini bermain game online. Peran Reiley saat ini adalah sebagai turet mereka berdua.

"Sellena ... Esme ... udah sore loh ini. Esme lo tuh, ya. Bukannya belajar," bentak Elend tegas. Sikap ke kakak-kakaknya akhirnya keluar.

"Justru Esme yang seharusnya tanya! Kenapa, Kak Elend gak kuliah? Bolos, ya? Heuuh, Kak Ellera kok di contoh," bantah Esme. Gadis itu paling pandai soal bantah membantah. Namun tidak ada yang berani membalas bantahannya, hal itu dikarenakan dirinya paling muda dan manja diantara para circle.

"Mampus gue pulang nanti," resah Reiley menunjukan raut wajah kepanikannya. Namun itu tidak ngaruh sama sekali. Karena Sellena dan Esme kekeh tak ingin melepaskannya. "Lihatlah, kehadiran gue nggak di anggap, Men. Fungsi gue apa coba, gue tanya? Sedangkan lo berdua maen game online sampe kek gitu astagaa ... mampus gue di rumah nanti." Tak henti-hentinya Reiley bergerutu, meski tak ada yang menghiraukannya.

Hingga beberapa menit kemudian.

Ding ... Dong ...

Ding ... Dong ...

Seseorang tampaknya sedang menekan tombol bel apart 50.

"Elend, coba lo buka," suruh Sellena tanpa memalingkan wajahnya.

Ruangan ini begitu megah. Elend juga sibuk mengerjakan tugasnya, seenak jidat Sellena menyuruhnya. "Enggak, gue belum selesai," tolak Elend mentah-mentah. Matanya terlihat fokus menghadap layar iPad.

"Gue aja," sahut Reiley. Gadis itu dengan sekuat tenaga melepaskan dekapan erat Sellena dan Esme.

"Eh berhasil, hahaha...." girang Reiley karena berhasil lolos. Kemudian ia segera lari menuju ke pintu utama sebelum Esme dan Sellena mengempitnya lagi.

"Ehh, sial! dia lolos," umpat Sellena yang masih tengah fokus bermain game e-sport. Bahkan dirinya hampir kalah karena Reiley yang tiba-tiba mengguncang tubuhnya.

"Biarin, Kak. Lama-lama gue kasihan juga haha," sambung Esme yang juga fokus memainkan game satu koneksi dengan Sellena. Keduanya tampak tidak bisa di ganggu gugat.