"Saya terima nikah Lexita Anggraini Adi dengan mas kawin tersebut tunai."
"SAH."
"SAH!!!"
Ijab kabul yang di ucapkan oleh Ben dalam satu tarikan napas berhasil dengan baik, semua orang berdoa setelah itu berharap jika pernikahan antara Ben dan Lexi akan berjalan dengan baik ke depannya. Di penuhi dengan cinta dan kasih sayang, serta langgeng hingga Kakek dan Nenek.
Lexi berada di kamarnya dan mendengarkan ijab kabul serta ikut berdoa bersama dengan yang lainnya, di temani bersama dengan Mamah Anna dan Ibu Harum di sisinya. Kedua wanita itu tampak menangis saat mendengar seruan ijab kabul yang di ucapkan oleh Ben di luar sana.
Melihat kedua wanita yang berada di sisinya menangis bahagia membuat hati Lexi menjadi ikut senang, dia sendiri tidak menyangka jika hanya dalam hitungan bulan akan menjadi seorang istri dari lelaki yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh Lexi akan menjadi suaminya sekarang, Ben.
"Mamah, Ibu, jangan menangis nanti Lexi juga akan ikut menangis juga."
"Jangan menangis, Lexi. Nanti riasan kamu luntur kalau terkena air mata. Lihat Mamah sudah tidak menangis lagi."
"Iya, Ibu juga tidak akan menangis juga."
Lexi tersenyum melihat kedua wanita paruh baya di depannya sedang menghapus air mata mereka menggunakan tisu dengan sangat hati-hati. Mereka juga tidak ingin air mata tersebut merusak riasan wajah mereka yang sudah di buat dengan susah payah oleh perias.
"Mamah terharu karena akhirnya anak perempuan Mamah menikah, meski kamu menikah di usia yang cukup terlambat. Tapi sekarang itu tidak menjadi masalah, Mamah percaya jika Ben akan menjaga kamu dengan baik di masa depan." Mamah mengungkapkan pemikirannya.
"Ya, Ibu juga bahagia karena kalian berdua berakhir dengan baik seperti ini. Padahal sedari dulu Ibu sudah mengatakan untuk kalian menikah saja, tapi kalian berdua selalu mengelak dan mengatakan jika kalian tidak akan mungkin menikah satu sama lain. Namun, lihat sekarang kalian malah menjilat ludah sendiri."
Lexi dan Mamah tertawa mendengar ucapan Ibu Harum. Ya, memang hal seperti ini sudah sangat sering terjadi. Dan bukan hanya Ibu Harum yang menyuruh Lexi dan Ben menikah sejak lama, tapi kedua keluarga mereka memang mendorong Lexi dan Ben untuk menikah.
Mengingat mereka sudah saling mengenal sejak lama, Keluarga Lexi dan Ben juga memiliki hubungan yang baik. Begitu juga dengan Lexi dan Ben yang terlihat sangat akrab satu sama lain dan selalu akur.
Mereka tahu jika Lexi dan Ben selalu menjaga hubungan mereka, meski keduanya sibuk dengan pekerjaan mereka yang sangat memakan waktu. Terutama Lexi yang memiliki jam kerja tidak menentu, namun walaupun begitu Lexi dan Ben selalu menyisihkan waktu mereka untuk saling bertemu setiap minggunya.
Lexi dan Ben hanya menghabiskan waktu berdua dengan cara yang sederhana, seperti menonton Netflix di apartemen Lexi atau keduanya akan pergi makan dan bermain di luar dengan pergi ke tempat yang memiliki pemandangan indah dan cukup memanjakan mata.
Hal ini di lakukan oleh keduanya untuk menghilangkan stress mereka karena beratnya pekerjaan yang di lakukan oleh Lexi dan Ben setiap harinya. Kedua keluarga tahu semua yang terjadi dengan Ben dan Lexi serta apa saja yang sering mereka lakukan.
Hubungan mereka berdua sangat baik, keduanya sering menghabiskan waktu bersama di waktu senggang mereka sehingga baik Lexi dan Ben kesulitan untuk mendapatkan pasangan. Bagaimana mau mendapatkan pasangan, jika ketika memiliki waktu luang saja mereka terus menghabiskan waktu berdua saja dan jarang pergi hangout bersama dengan teman lainnya.
Walaupun terkadang sesekali mereka juga suka menghabiskan waktu di luar bersama dengan teman yang berbeda. Tapi, sepertinya baik Ben dan Lexi memang tidak memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
Karena hal inilah kedua keluarga sering kali mendesak Ben dan Lexi untuk menikah saja, tapi keduanya selalu menolak dengan halus dan mengatakan tidak. Sekarang lihatlah, Ben dan Lexi yang sempat menolak untuk menikahi satu sama lain. Justru resmi menjadi sepasang suami dan istri.
Ben terkesima dengan kecantikan yang di miliki oleh Lexi sahabatnya sekaligus orang yang sekarang sudah sah menjadi istrinya, terbalut kebaya putih dan sanggul khas seorang pengantin perempuan.
Ya, Ben juga tahu jika Lexi adalah wanita yang cantik. Bahkan selama 30 tahun lebih hidup, Ben selalu merasa jika Lexi adalah perempuan cantik dari banyaknya perempuan yang dia temui selama hidupnya.
Akan tetapi, di hari yang sangat bersejarah untuk mereka berdua dan sakral ini. Perasaan Ben sangat jauh berbeda dengan biasanya. Dia dapat melihat jika kadar kecantikan yang di miliki oleh Lexi jauh melebihi hari biasanya.
Hingga ketika Lexi sudah sampai di depan matanya, Ben masih tidak bergerak dan melihat Lexi dalam diam. Membuat banyak pandangan yang menyaksikan keduanya ikut tersenyum malu dan mengejek melihat tingkah pengantin pria hari ini.
"Ben," bisik Lexi menegur Ben yang terus diam menatapnya.
"Ya."
"Jangan diam saja, kamu tidak ingin mengenakan cincin itu kepadaku."
Ben menengok ke samping di mana sudah ada sang Ibu yang sedang memegang wadah berisikan cincin pernikahan Lexi dan Ben yang sudah di persiapkan sebelumnya. Ben mengambil cincin itu ke tangannya sambil tersenyum kepada sang Ibu.
"Jangan kebanyakan bengong dan diam dong Ben, apalagi setelah melihat Lexi. Terkesima pasti `kan kamu melihat Lexi yang sangat cantik hari ini," goda Ibu berbicara dengan suara kecil yang hanya di dengar oleh Ben dan Lexi saja.
Hal ini membuat senyum di wajah Ben semakin lebar dan membuat wajah Lexi menjadi memerah karena malu. Lexi menundukkan kepalanya dan tidak berani melihat wajah sang mertua yang sedang menggoda mereka berdua.
Ketika merasakan sentuhan dari seseorang yang menarik tangannya, yang tidak lain adalah Ben sendiri. Lexi kembali mengangkat matanya dan melihat wajah Ben yang sangat dekat dengan dirinya sekarang.
Pria itu sedang memakaikan nya cincin pernikahan di jari manis Lexi, "Lexi terima kasih karena sudah memilih aku menjadi suami kamu," gumam Ben di depan wajah Lexi setelah pria itu menyematkan cincin di jari Lexi.
Lexi tersenyum manis membalas ucapan Ben, dirinya mengambil cincin yang lainnya dari wadah yang sama lalu bergantian memakaikan nya pada jari manis milik Ben. Setelah cincin tersebut tersemat dengan sempurna di jari Ben.
"Aku juga berterima kasih karena kamu sudah memilih aku untuk menjadi istri kamu dan mempercayakan aku untuk menjadi orang yang akan mendampingi kamu di masa depan," balas Lexi atas ucapan Ben sebelumnya.
Ben tersenyum semakin lebar mendengar ucapan Lexi yang begitu tulus keluar dari mulutnya. Pria itu mengambil langkah untuk lebih dekat dengan Lexi. "I love you, Lexi." Ben menjatuhkan ciuman di dahi istrinya selama beberapa saat sambil memejamkan mata.
Lexi juga melakukan hal yang sama dengan ikut memejamkan mata, merasakan ketulusan dari cinta yang di berikan oleh Ben kepadanya. Hal ini juga semakin membuat Lexi percaya, jika semua hal yang terjadi hari ini adalah sebuah kenyataan.