Lusi berdiri di depan jendela dengan secangkir coklat hangat di tangannya. Tawaran tentang menulis di platform online membuat Lusi harus berpikir seserius ini.
"Jika aku menulis di sana, apa akan menarik pembaca? Baru kali ini aku tidak yakin dengan karyaku sendiri." Lusi kembali menyesap coklat hangat yang dibuat lima menit yang lalu.
"Lusi!"
Lusi menoleh, mendengar Keke meneriaki namanya dari ruang tamu.
"Kau tidak tinggal di hutan, Keke. Untuk apa berteriak?"
"Kemarilah, kau lihat ini."
Lusi duduk di samping Keke dan melihat beberapa surel yang masuk kepadanya. "Ini... adalah orang yang mendaftar?" tanyanya hati-hati.
"Iya. Bagaimana? Apa kau puas?" Keke melebarkan senyum, sebelum kepalanya meledak karena harus membaca CV mereka satu per satu.
"Lima puluh orang?!" Lusi memekik. Dia baru melihat jumlah para pelamar.
"Iya. Dan ini baru dua hari setelah informasi itu diluncurkan. Mungkin setelah ini aku akan bekerja lembur," ucap Keke seperti sebuah sindiran halus.