"Wowww…. Santai Bro! Ada apa ini?" sela David berusaha menyingkirkan tangan Daffa dari Almira.
"Siapa kamu? Kenapa kamu ikut campur urusan ku, hah?" Kesal Daffa dengan tatapan yang begitu tajam pada David.
"Tentu saja aku kekasih Almira, kenapa? Apa ada masalah denganmu?" jawab David begitu pongah.
Mendengar perkataan David, Daffa langsung berdecih, mencibir laki-laki menyebalkan di hadapannya.
"Kalau kamu kekasih Almira, maka aku adalah suaminya! AKU SUAMI ALMIRA!" ucap Daffa penuh penekanan.
David langsung terkekeh melihat kemarahan Daffa. Bukannya merasa takut, tapi justru laki-laki itu sepertinya terhibur.
"Benarkah kamu suami dari Nona cantik ini? Lalu wanita seksi tadi siapa, Tuan? Kenapa Anda terlihat mesra dengan wanita lain jika sudah memiliki istri?" sakras David mencemooh suami dari sahabatnya.
Daffa semakin mengeram kesal mendengar pertanyaan dari David. Bisa-bisanya laki-laki itu malah mempertanyakan apa yang dia lakukan sementara laki-laki itu sendiri malah asik memproklamirkan diri sebagai kekasih dari wanita yang sudah resmi menjadi istri orang lain.
"Kau tidak perlu mempertanyakan apa yang aku lakukan sementara kau sendiri pun begitu pongah mengaku-ngaku sebagai kekasih dari istri orang lain. Urus dirimu sendiri dan jangan ikut campur pada urusan pribadiku!" geram daffa semakin jengkel saja pada laki-laki yang mengaku kekasih Almira itu.
"Kalau seperti itu, berarti kau juga tidak usah ikut campur urusanku. Toh Almira memang benar-benar kekasihku, mau apa kamu?" tantang David sambil mendorong pelan dada Daffa.
"Heh! Ngelunjak Lo, ya! Lo pikir …."
"Daf, sudah! Kamu enggak malu kita jadi pusat perhatian? Udah sebaiknya kamu kembali saja sama perempuan itu! Kenapa kamu malah disini, Hem?" Kesal Almira dengan tatapan yang begitu tajam.
"Oh, jadi kamu belain kekasih kamu ini, Almira? Baik Kita pulang sekarang, dan selesaikan ini di rumah!" Kesal Daffa langsung menarik tangan Almira menjauh dari posisi David.
Namun, belum juga jauh langkahnya, David yang takut kalau Almira akan disakiti, memilih menghentikan langkah suami Almira itu.
"APALAGI?" Bentak Daffa penuh amarah.
"Jangan kasar-kasar! Kalau kamu tidak bisa sedikit saja lembut pada Almira lebih baik jangan bawa dia bersama kamu!" Cegah David benar-benar menguji kesabaran Daffa.
Daffa langsung menepis tangan laki-laki menyebalkan di hadapannya, lalu kembali meneruskan langkahnya dengan tergesa tanpa peduli pada apa pun lagi.
Almira yang tahu sabahatnya sangat khawatir saat ini, langsung menoleh dan memberi kode pada David kalah dia baik-baik saja.
Sampai di mobil, Daffa langsung meminta Almira masuk ke dalam. Gadis itu hanya menurut dan tidak banyak protes saat ini.
Setelah memastikan Almira duduk dengan nyaman, Daffa pun ikut menyusul masuk ke dalam mobil. Laki-laki itu langsung memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi.
Tidak ada obrolan apa pun diantara keduanya. Mereka masih dikuasai amarah yang meluap-luap saat ini. Apalagi Daffa yang terlihat masih memendam kekesalan. Tidak hanya pada sang istri, tapi juga pada laki-laki yang mengaku sebagai kekasih dari Almira.
Sampai di depan rumahnya, Daffa langsung turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Almira.
"Turun!" titah Daffa saat melihat Almira yang malah melongo seperti orang kebingungan.
Gadis itu mendengus, lalu segera turun dari mobil. Kembali, Daffa menarik tangan istrinya cukup kasar dan masuk ke dalam rumah.
Meskipun ingin segera meluapkan amarahnya, namun Almira sadar jika di sana bukan hanya ada mereka saja. Jadi, gadis itu berusaha menahannya hingga Daffa membawanya masuk ke dalam kamar.
Setibanya di kamar, Almira dengan kasar menyentak lengan Daffa yang terus mencengkram tangannya dengan kuat. Itu berhasil membuat Daffa, langsung berbalik tidak suka.
"Kamu kenapa sih, Daf? Apa kamu ada masalah sama aku, Hem? Kenapa kamu malah membawaku pulang dan bukannya meneruskan acara makan malam kamu dengan wanita itu?" Tanya Almira dengan tatapan yang begitu tajam pada suaminya.
"Kenapa? Kamu masih bertanya aku kenapa? Apa kamu tidak sadar apa kesalahan kamu, Almira? Harusnya kamu sadar kenapa aku sampai seperti ini!" Kesal Daffa tak kalah nyalang menatap Almira.
"Apa yang salah pada diriku hingga kamu marah seperti ini? Apa karena aku bermesraan dengan David, hah? Apa …."
"Oh, jadi nama laki-laki sialan itu, David? Bagus ya, kamu sampai hafal nama laki-laki sialan itu! Apa perlu aku menghadiahkan dia sesuatu yang bisa membuatnya sadar kalau bermain dengan istri orang itu tidak akan baik untuknya?" potong Daffa penuh amarah.
Mendengar perkataan Daffa, Almira langsung mendengus kesal. Entah kenapa suaminya itu tiba-tiba berubah menjadi sangat-sangat menyebalkan seperti ini.
"Memang kenapa kalau aku punya kekasih, hah? Bukankah kamu juga begitu? Kamu bebas bermain dengan wanita lain sementara aku tidak, begitu maksud mu? Ayolah Daffa, jangan bersikap kekanak-kanakan seperti ini! Bukankah kita sudah sepakat kalau tidak akan mencampuri urusan masing-masing? Lalu kenapa kamu malah bersikap seperti ini? Apa ini bentuk kecemburuan kamu, Hem? Kamu cemburu melihat aku dengan laki-laki lain, Daffa?" Tuding Almira begitu menyudutkan suaminya.
Mendapat tuduhan seperti itu, Daffa langsung mengerjap-ngerjapkan matanya begitu lucu. Seolah, laki-laki itu baru sadar kalau yang dia lakukan barusan memang terlihat seperti seorang suami yang cemburu pada istrinya. Namun secepat kilat, Daffa kembali merubah ekspresi wajahnya menjadi kembali penuh dengan kepongahan.
"Cemburu? Ayolah, Almira jangan bercanda. Aku tidak mungkin cemburu padamu! Bagaimana kamu bisa mempunyai pikiran seperti itu, Hem?" Kilah Daffa tidak ingin Almira menuduhnya kalau sudah cemburu pada gadis itu. Meskipun sebenarnya, dia sendiri tidak tahu kenapa barusan malah ngamuk tidak jelas pada istrinya itu.
"Mengaku saja, Daffa, kalau kamu itu cemburu! Aku tidak akan keberatan," ucap Almira sambil mendudukkan diri di pinggir ranjang. Tak lupa, tatapan penuh cibiran wanita itu layangkan pada suaminya.
"Hey, jangan sembarangan! Aku tidak mungkin cemburu tidak jelas padamu! Aku bukan tipe laki-laki seperti itu. Lagipula apa keuntunganku cemburu padamu, Hem? Jangan berharap aku akan merasakan hal yang aneh seperti itu padamu!" kekeh Daffa tidak mau mengakui kalau dia benar-benar cemburu.
"Baiklah kalau memang kamu tidak cemburu. Tapi kenapa kamu langsung marah saat melihat aku bersama David bahkan sampai meninggalkan gundikmu?" tanya Almira penuh selidik.
Daffa langsung menggaruk tengkuknya yang mendadak terasa gatal.
"I-itu karena …."
"Karena apa?" desak Almira yang mulai menahan tawanya yang hampir meledak.
"Itu …. Karena …. Ah sudahlah! Kamu tidak perlu tahu karena apa! Yang pasti, kamu tidak boleh dekat-dekat lagi dengan orang itu! Awas saja kalau kamu berani melanggar dan tetap masih berdekat-dekatan dengan dia!" ancam Daffa dengan tatapan yang begitu tajam.
Setelah itu, Daffa langsung masuk ke kamar mandi. Entah kebelet atau apa, yang jelas setelah laki-laki itu menghilang dari pandangan, tawa Almira langsung meledak memenuhi seluruh kamar.
"Dasar buaya rawa! Bisa cemburu juga dia rupaya!"