Chereads / Suami Pengganti (Terpaksa Menikahi Calon Kakak Ipar) / Chapter 1 - Ditinggalkan Tepat di Hari Pernikahan

Suami Pengganti (Terpaksa Menikahi Calon Kakak Ipar)

Azka_Shakila_0714
  • 322
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 591.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Ditinggalkan Tepat di Hari Pernikahan

Seorang gadis cantik tampak menawan dengan senyuman yang terus merekah di bibirnya. Tak henti-hentinya gadis itu memandang pantulan dirinya di dalam cermin yang menampilkan sosok dirinya dengan balutan gaun pengantin yang sangat indah.

Dia adalah Almira Chandra, seorang gadis cantik dari keluarga Chandra. Hari ini adalah hari bahagia dalam hidupnya. Hari yang dia nantikan selama 23 tahun kehidupannya. Hari ini, dia akan mengikat janji suci dengan lelaki yang sudah menjalin hubungan selama lima tahun ini dengannya.

Ya, ini adalah hari pernikahan Almira Chandra dan juga Rian Eldaz. Bukan pernikahan yang sederhana, tapi ini benar-benar pernikahan yang sangat mewah.

Bagaimana tidak? Hari ini, dua keluarga besar yang sama-sama memiliki kekayaan tanpa limit itu akan bersatu lewat pernikahan putra-putri mereka.

Tentu ini juga kabar yang sangat membahagiakan bukan hanya untuk kedua mempelai, tapi juga untuk kedua keluarga mereka.

"Mira, kamu sudah siap, sayang?" Tanya Sonya ibu dari Almira.

"Sudah, Mah. Aku sudah sangat siap malah. Apa mas Rian sudah ada di bawah?" Tanya Almira dengan senyuman yang tak pernah luntur di bibirnya.

"Belum, mungkin calon suami kamu itu masih ada di kamarnya. Tapi pasti sebentar lagi akan turun. Sebaiknya kita ke bawah sekarang, siapa tahu Rian juga sudah ada di sana," ucap sang ibu yang langsung di jawab anggukan penuh semangat dari Almira.

Kedatangan dirinya dan juga sang ibu, langsung menyita perhatian semua orang. Kecantikan yang dimiliki oleh putri keluarga Candra itu memang tidak bisa diragukan lagi.

Tidak sedikit pengusaha, artis, bahkan anak-anak pejabat yang meminang gadis itu tapi pilihannya jatuh kepada Rian Eldaz. Satu-satunya laki-laki yang mampu merebut hatinya selama lima tahun ini.

Bukan hal mudah juga bagi Rian untuk menaklukan hati Almira. Berbagai cara laki-laki itu lakukan, segala rayuan dan kata-kata yang menghanyutkan juga tak luput terucap dari bibirnya. Bahkan penantian selama satu tahun pun harus Rian jalani demi menyakinkan Almira jika hanya wanita itu yang bertahta di hatinya.

Hingga akhirnya Almira luluh dan percaya akan cinta dari Rian, itu adalah hari yang sangat membahagiakan bagi laki-laki itu.

Tepat hari ini hubungan mereka dimulai dan hari ini pula hubungan itu akan berakhir dalam ikatan pernikahan.

"Kok mas Rian belum turun juga, Mah?" Tanya Almira yang mulai resah.

Pasalnya ini sudah lebih dari sepuluh menit dia menunggu kehadiran laki-laki itu tapi tak kunjung datang juga.

"Iya, ya. Biar mamah tanya dulu sama Tuan Eldaz," sahut nyonya Sonya pada putrinya.

Wanita itu langsung beranjak dan menghampiri calon besannya. Dia ingin tahu kenapa Rian belum juga turun dan memulai acara pernikahannya.

"Permisi Tuan Eldaz, apa nak Rian masih belum siap juga?" Tanya nyonya Sonya begitu tiba di hadapan laki-laki yang penuh karisma itu.

"Daffa sedang menjemputnya nyonya Chandra, mungkin Rian masih gugup menghadapi pernikahannya ini," jawab Tuan Eldaz sambil terkekeh.

"Sabar sebentar lagi, Sayang. Kenapa kamu yang tidak sabaran begini, yang mau nikah itu anak kita loh," canda Tuan Chandra pada istrinya.

Nyonya Sonya langsung mencubit gemas lengan suaminya. Bisa-bisanya laki-laki itu menggodanya dihadapan calon besan mereka.

Sedangkan Tuan Eldaz dan istrinya, langsung terkikik geli melihat tingkah Tuan dan Nyonya Chandra itu.

Saat asik bercanda, tiba-tiba Daffa datang menghampiri mereka dengan wajah pucatnya. Entah apa yang sudah terjadi tapi itu cukup membuat semua orang keheranan.

"Mana Rian? Kenapa kamu hanya kembali sendiri Daff?" Tanya Nyonya Eldaz clingukan mencari keberadaan putra bungsunya.

"Rian gak ada, Mom!" Jawab Daffa dengan wajah yang terlihat khawatir.

"Gak ada kemana? Mungkin Rian sedang pergi ke toilet," sahut Tuan Eldaz mencoba menyangkal jika Rian meninggalkan Pernikahannya sendiri.

"Gak ada, Dad! Aku sudah periksa seluruh ruangan yang ada di lantai atas dan hasilnya nihil. Selain itu aku juga menemukan ini, yang menegaskan jika Rian memang sengaja pergi dari penikahannya sendiri." Daffa langsung menyerahkan selembar kertas berisi untaian kata yang di tulis oleh tangan Rian.

Tuan Eldaz langsung merebut surat itu danembaca setiap isinya dengan teliti.

Tangannya terkepal erat, membaca setiap kata yang ditulis oleh anaknya.

Sementara Tuan Chandra yang melihat reaksi Tuan Eldaz segera merebut surat itu dan memastikan sendiri apa yang sudah Rian lakukan pada putrinya di hari pernikahan mereka.

"Apa maksudnya ini, Tuan? Bukankah kalian sendiri yang datang melamar putri saya beberapa waktu lalu? Bukankah kalian yang ingin menjadikan putri satu-satunya kamu sebagai menantu di rumah kalian? Lalu ini lelucon macam apa, Tuan? Apa yang sudah anak anda lakukan pada putriku?" Kesal Tuan Chandra dengan tatapan yang dipenuhi amarah.

"Kami juga tidak tahu, Tuan. Tadi pagi semuanya masih baik-baik saja. Kami memang melihat ketegangan di wajah Rian, tapi kami yakin itu hanya karena dia gugup saja menghadapi hari pernikahannya ini," ucap Tuan Eldaz mencoba menenangkan calon besannya.

"Lalu sekarang buktinya, anak anda sudah meninggalkan putri saya! Apa tuan tidak berpikir apa yang akan putri saya alami karena kelakuan kurang ajar anak anda ini? Apa kalian bisa membungkam mulut semua tamu yang hadir agar tidak mencemooh kita, hah?" Bentak Tuan Chandra semakin kesal.

"Tuan, sebaiknya kita tidak bicara disini. Tolong jemput juga Almira agar kita bisa memberitahu segalanya," pinta Tuan Eldaz pada Nyonya Sonya.

Nyonya Sonya hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Wanita itu segera berbalik menghampiri putrinya yang kini masih duduk termenung sendirian.

Hatinya sakit, bahkan sangat hancur saat tahu anaknya sudah dipermainkan seperti ini. Dia tidak tahu akan seperti apa reaksi dari Almira setelah mendengar kenyataan pahit tentang kekasihnya.

"Mira," ucap Nyonya Sonya menepuk lembut bahu putrinya.

"Ya, Mah. Mana Mas Rian dan keluarganya? Kenapa Mamah hanya sendirian?" Tanya Almira kebingungan.

"Bisa kamu ikut Mamah sebentar? Ada yang harus kita bicarakan dulu," ujar Nyonya Sonya membuat Almira semakin kebingungan.

"Memang ada apa, Mah? Apa tidak bisa kalau kita bicara disini saja? Aku takut nanti Mas Rian dan keluarganya datang saat aku sedang tidak ada," ucap Almira membuat dada nyonya Sonya semakin sesak.

Dia takut saat nanti Almira mendengar kenyataan pahit yang disebabkan oleh orang yang dia cintai, maka gadis itu tidak akan bisa mengendalikan dirinya.

"Tidak bisa, Sayang. Ayo ikut Mamah dulu, mamah janji hanya sebentar!" Bujuk Nyonya Sonya lagi.

Almira kini tidak punya pilihan lagi. Wanita itu menganggukan kepalanya lalu segera beranjak.

"Ayo, Mah!" Ajak ya sambil menggandeng tangan sang ibu.

Setiap langkah yang ditapaki Nyonya Sonya, semakin terasa berat. Dia tidak tega menyampaikan hal pahit ini pada anaknya.

Sampai di ruangan yang cukup jauh dari acara pernikahan, kening Almira semakin mengernyit karena seluruh keluarga ada disini. Satu-satunya yang tidak tertangkap oleh netra nya, hanyalah Rian calon suaminya.

"Loh, kok pada kumpul disini? Dimana Mas Rian? Bukankah seharunya kami melangsungkan pernikahan sekarang? Waktunya sudah sangat mepet, loh," ucap Almira membuat wajah semua orang semakin bersedih.

Tuan Chandra tidak tahan lagi. putri yang dia sayangi dan dia jaga dengan seluruh hidupnya, kini disakiti dan di permalukan oleh orang lain.

Mendapatkan pelukan mendadak dari ayahnya, Almira semakin kebingungan. Apalagi setelah melihat wajah murung semua orang yang ada disana, membuat Almira semakin tidak mengerti apa yang sudah terjadi.

"Ayah kenapa?" Tanya Almira membuat Tuan Chandra melepaskan pelukannya.

Ditatapnya sendu anak gadis kesayangannya.

"Rian, dia gak ada," ucap Tuan Chandra dengan bibir bergetar.

"Gak ada gimana, Yah? Bukannya Mas Rian ada di kamarnya dan masih mempersiapkan diri?" Tanya Almira dengan tatapan bingungnya.

Tuan Chandra menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Dan itu membuat dada Almira mendadak sesak.

"Apa maksud Ayah? Mas Rian kemana?" Tanya Almira lagi yang kini mulai berkaca-kaca.

"Dia pergi, dia ninggalin kamu, Sayang." Tuan Fernand segera memberikan sepucuk surat yang ditinggalkan oleh Rian tadi.

Meskipun masih bingung Almira tetap mengambilnya. Kata demi kata Almira baca dengan teliti. Semakin lama tangannya mulai bergetar, bibirnya terasa kelu, bahkan air matanya luruh tanpa permisi menghapus makeup yang menempel di pipinya.

"Di-dia ninggalin aku, Yah? Dia pergi dariku tepat dihari pernikahan kami?" Lirih Almira benar-benar tidak percaya pada apa yang sudah di lakukan oleh Rian.

Kekasihnya pergi tepat dihari bahagia mereka. Dan ini lebih buruk dari pada apapun juga. Padahal selama ini, Rian terlihat begitu mencintainya, laki-laki itu melakukan segala hal untuk membahagiakan dia. Tapi, apa sekarang ini? Rian malah pergi saat mereka akan menuju dermaga cinta mereka.

Nyonya Sonya langsung membawa anaknya kedalam pelukan. Orang tua mana yang tidak akan terluka melihat anak yang mereka sakiti kini berada di titik terburuk dalam hidupnya.

Mendapatkan pelukan hangat itu, Almira langsung menangis sejadi-jadinya, menumpahkan rasa sesak dan kekecewaan lewat air mata itu.

"Sabar, Sayang. Jangan menangis lagi, biarkan laki-laki tidak tahu diri itu menyesali kelakuan bodohnya dengan meninggalkan mu. Kami masih punya kami, kamu jangan menangis lagi," bisik Nyonya Sonya berusaha menenangkan putrinya.

"Dia ninggalin aku, Mah. Kenapa dia melakukan ini sama aku? Apa salahku? Selama ini aku selalu menjadi kekasih yang baik untuknya. Kalau dia tidak menginginkan pernikahan ini, kenapa tidak sejak awal dia pergi dan batalin semuanya. Jangan disaat semua orang sudah berkumpul untuk ikut larut dalam kebahagiaan kami, dia malah lari. Aku tidak akan apa-apa jika dia memutuskan hubungan kami, aku tidak akan keberatan. Tapi kenapa dia malah meninggalkan aku seperti pengecut begini? Mah, aku tidak rela, sampai kapanpun aku tidak akan mema'afkan kesalahannya kali ini," racau Almira terdengar begitu menyayat hati.