Almira yang kini sudah berada di kamar mandi, langsung memegang dadanya yang berdetak tidak karuan. Seakan-akan, gadis itu baru saja melakukan olahraga lari maraton.
"Astaga, Almira! Bagaimana kamu bisa bodoh sih, dengan menempatkan itu si tangan durjana di dada kamu. Terus gimana bisa lupa juga kalau saat ini aku pake baju jaring kayak gini? Ah, sial banget aku pagi ini! Si Daffa titisan komodo itu udah menang banyak karena melihat sesuatu yang seharunya tidak dia lihat," gerutu Almira terus mondar-mandir kesana-kemari.
Almira benar-benar resah saat ini. Bagiamana karena hal barusan Daffa jadi memiliki hasrat untuk menyerangnya? Bukankah itu sangat mengerikan?
Almira terus merutuki kebodohannya. Kalau Daffa sampai tergoda dan berani menghajarnya, akan siapa yang menjadi penolongnya kini? Tidak mungkin Almira meminta bantuan pada keluarganya karena pasti dia hanya akan dijadikan bahan tertawaan semua orang.
Ah, tidak! Almira tidak ingin melakukan hal seperti itu. Dia harus berusaha menyingkirkan ketakutan dan pikiran buruknya ini. Lagipula, Daffa sendiri yang mengatakan tidak akan pernah berminat pada tubuhnya. Semoga saja memang laki-laki itu tidak akan menjilat ludahnya sendiri.
Lebih baik sekarang Almira segera membersihkan diri saja. Dinginnya air pasti akan membuat pikiran buruk yang dari tadi menjejali kepala Almira pasti akan luntur terbawa air itu.
Ya, pasti seperti itu. Almira butuh membersihkan dirinya dari segala macam pikiran dan prasangka kotor agar bisa hidup dengan aman dan damai.
Almira segera melucuti semua kain yang menempel di tubuhnya. Setelah semua pakaiannya terlepas, Almira langsung berdiri di bawah guyuran air dingin yang berasal dari shower.
Rasa dingin yang menerpa kulitnya itu benar-benar menyegarkan, membuat tubuh lelahnya akibat aktivitas di acara pernikahan kemarin, lenyap entah kemana.
Pernikahan? Hal yang seharusnya membuat Almira bahagia kini malah membuat luka yang sangat sulit dijelaskan.
Laki-laki yang dia cintai selama lima tahun ini, malah meninggalkannya tanpa kejelasan. Entah apa salah Almira pada Rian hingga lelaki itu tega meninggalkannya.
Apa Rian Memang berpura-pura mencintainya selama ini hanya untuk menyakitinya saja? Tapi untuk apa Rian melakukan itu? Bukankah selama ini Almira tidak pernah menyakiti hati Rian? Bahkan ketika dulu dia sempat menolak cinta Rian pun, Almira selalu menjaga kata-katanya agar tidak menyakiti hati pria itu.
Itu bukan berlaku untuk Rian saja, karena pada setiap laki-laki yang Almira tolak, maka dia akan berusaha menjaga lidahnya agar tidak menambah garam di atas luka yang tersayat karena penolakannya.
Karena tak jarang hanya karena sakit hati akibat cintanya ditolak, seseorang akan nekad merampas hak hidup orang lain, dan itu yang Almira antisipasi.
Terbukti saat ini, orang yang Almira tolak bukan menjadi musuhnya tapi justru menjadi teman-temannya.
Lalu kalau bukan sakit hati atau pun dendam, atas dasar apa Rian meninggalkannya?
Selama ini, Rian yang Almira kenal itu sosok laki-laki yang sangat mencintainya dengan tulus. Bahkan Rian selalu menomorsatukan Almira di atas segalanya.
Huft, karena kelakuan Rian itu, kini Almira harus terjebak bersama pria menyebalkan seperti Daffa.
Oh, astaga! Andaikan Almira bisa memilih membatalkan pernikahan ini saja, maka Almira akan lebih memilih melakukan hal itu.
Namun, itu semua tidak mungkin Almira lakukan. Kehormatan keluarganya yang dipertaruhkan lewat pernikahan ini. Begitupun dengan keluarga Daffa, mereka juga sama-sama akan tercoreng nama baiknya kalau sampai berita tentang Rian yang kabur dari pernikahannya sendiri akan mencuat ke permukaan.
Tok... Tok... Tok....
Suara ketukan pintu, membawa kesadaran Almira kembali. Segera gadis itu menyelesaikan mandinya agar tidak membuat Daffa menunggu terlalu lama.
"Almira, buka dulu sebentar, aku kebelet!" Teriak Daffa tidak sabaran.
Almira langsung mendengus sebal. Segera dia mematikan shower dan berjalan menuju tempat penyimpanan baju ganti.
Tunggu! Baju ganti? Astaga! Sepertinya Almira kembali melupakan hal itu lagi karena terburu-buru masuk ke kamar mandi tadi.
"Duh, kok aku sampai lupa bawa baju ganti lagi sih!" Gerutu Almira pada dirinya sendiri.
"Almira, cepat! Aku tidak mau pipis di celana!" Terik Daffa lagi.
"Tunggu sebentar, Daf! Emmm... Aku lupa membawa baju ganti lagi. Bisa kamu tolong aku untuk mengambil baju gantinya?" Tanya Almira penuh harap.
"Dasar cewek! Bisanya cuman merepotkan saja! Enggak bisa ya, kalau enggak bikin ulah sekali saja? Ish, menyebalkan!" Gerutu Daffa terdengar menjauhi pintu kamar mandi.
Mungkin lelaki itu langsung mengambilkan baju ganti untuk Almira, agar bisa segera menuntaskan hajatnya.
Tok.... Tok.... Tok.....
"Ini baju ganti kamu! Cepat pakai, aku udah enggak tahan lagi!" Teriak Daffa dan Almira pun langsung membuka sedikit pintu agar bisa mengambil baju gantinya.
Melihat tangan mulus Almira yang masih tersisa air bekas wanita itu mandi, pikiran Daffa kembali traveling kemana-mana.
Tentu saja pikiran seorang Casanova itu tidak jauh dari produk KFD, yaitu paha dan dada.
Apalagi, tadi Daffa sempat merasakan lembutnya bulatan padat milik istrinya. Ah, andai saja Daffa tidak ngomong melantur kemarin, pasti dia sudah bisa mencicipi nikmatnya sajian KFD halal yang hanya untuknya.
"Mana bajunya, Daf?" Tanya Almira karena Daffa tak kunjung memberikan pakaiannya.
Mendengar suara Almira itu, Daffa langsung tersadar dari pikiran kotornya. Tidak seharunya Daffa memikirkan itu tentang Almira, karena wanita itu bukan milik Daffa yang sebenarnya.
"Ini!" Daffa langsung memberikan baju Almira pada wanita itu.
Tapi karena kelakuan otaknya yang tidak sinkron tadi, dia harus kembali melihat masa depannya yang sudah berdiri tegak, menolak untuk tidur lagi.
Daffa langsung mengeram prustasi. Sepertinya setelah ini dia harus mencari gadis yang siap untuk menidurkan senjatanya.
Ceklek.....
Almira keluar dengan balutan dress berwana pink yang tadi Daffa ambilkan. Sungguh penampilan gadis itu tidak bisa Daffa pungkiri jika benar-benar terlihat menawan.
Bentuk tubuh yang sangat proporsional, dengan ukuran dada yang sedikit di atas rata-rata, membuat siapa saja yang melihat Almira pasti tidak akan bisa mengalihkan pandangannya.
"Kenapa diam saja? Bukankah tadi kamu kebelet?" Tanya Almira dengan mata yang memicing.
"Aku hanya heran saja kenapa ada wanita yang tubuhnya jelek kayak kamu gini? Apa kamu tidak pernah merawat tubuhmu itu?" Tanya Daffa benar-benar sangat menyebalkan.
"Tubuh aku jelek aja kamu udah melotot gitu lihatin aku nya! Apalagi kalau tubuh aku bagus!" Sakras Almira penuh emosi.
"Cih, mana ada! Ngarep aja kamu itu!"
Daffa langsung melengos masuk ke kamar mandi membuat Almira kebakaran jenggot dibuatnya.
"Astaga, Tuhan! Laki-laki jenis apa yang aku nikahi itu? Kenapa kelakuannya selalu bikin orang naik darah? Apa ada jasa tukar tambah suami di dunia ini? Jika ada aku akan menukarkan dia dengan spesies suami yang lebih layak lagi," ucap Almira menahan seluruh emosinya agar tidak menggeplak kepala Daffa.
"Aku mendengar semuanya Almira! Awas saja kalau kau berani melakukan itu, maka aku yang akan menukarkan mu lebih dulu dengan istri yang tentunya lebih hot dari kamu!" Kesal Daffa dengan kepala yang mengintip dari pintu.
"Astaga dasar suami durjana! Tidak bisakah kalau kau kencing itu ya, kencing saja? Tidak usah sambil nguping?" Delik Almira melihat kelakuan Daffa.
"Suka-suka akulah! Aku ini kok yang kencing bukan kamu!" Balas Daffa kembali masuk ke kamar mandi lagi.
Melihat kelakuan laki-laki itu, Almira hanya bisa geleng-geleng kepala. Entah bagaimana kehidupan pernikahannya ini bersama manusia menyebalkan bernama Daffa Eldaz itu.