Karena memang waktu yang sudah malam, Almira memutuskan untuk tidak berlama-lama di kamar mandi. Bisa masuk angin jika dia sampai melakukan itu.
Tapi begitu dia selesai mandi, Almira baru sadar jika dia tidak membawa baju ganti, bahkan handuk pun Almira tidak membawanya.
Sepertinya dia terlalu terburu-buru hingga melupakan hal yang sepenting itu. Memakai gaun bekas pakai pun rasanya tidak mungkin karena Almira sudah menyimpannya di tempat cucian dan itu pasti akan kotor. Jika dia nekad keluar dalam keadaan seperti ini, itu akan membuat Daffa salah paham dan mengira dia sedang berusaha menggoda lelaki itu.
Almira benar-benar kebingungan, dia terus mondar-mandir tidak jelas dengan tubuh plontosnya.
Tok....Tok.... Tok....
"Al! Almira! Apa kamu sudah selesai mandinya? Kenapa lama sekali?" Teriak Daffa yang mungkin tidak sabar ingin bergantian mandi dengannya.
Almira bingung harus menjawab apa. Sepertinya dia harus menekan egonya kuat-kuat dan meminta bantuan pada Daffa.
"Emm, Daf aku lupa membawa baju ganti, apa kamu bisa membantuku?" Tanya Almira penuh harap.
Terdengar dengusan dari arah luar, sepertinya Daffa kesal karena dia mintai tolong.
"Dimana pakaianmu?" Tanya Daffa akhirnya.
"Ada di koper dekat lemari Daf," jawab Almira cepat.
Terdengar suara langkah kaki menjauh dari pintu. Sepertinya Daffa sedang mengambilkan pakaiannya saat ini.
"Al, tapi di koper kamu kok cuman ada jaring sama dress. Kamu sengaja gak bawa baju tidur biasa?" Teriak Daffa lagi.
Mendengar perkataan Daffa, Almira langsung membulatkan matanya sempurna. Dia ingat betul jika tadi tidak memasukan satu pun baju haram kedalam koper miliknya dan semuanya hanya baju tidur biasa-biasa saja. Apa jangan-jangan kopernya sudah tertukar?
"Itu tidak mungkin, Daf! Aku ingat betul tidak membawa satupun baju seperti itu di dalam koperku! Apa jangan-jangan koper milikku tertukar?" Tanya Almira resah.
"Tidak mungkin, karena di koper itu ada tulisan nama Almira Chandra. Itu memang benar milikmu!" Sangkal Daffa karena memang di koper Almira itu ada tulisan besar atas nama Almira chanda.
Itu memang sengaja Almira yang memesannya karena dia tidak ingin kopernya tertukar dengan siapapun ketika sedang hangout atau apapun dengan teman-temannya.
"Duh, kok bisa isinya lain, ya. Jadi gimana dong?" Tanya Almira resah.
"Ya sudah pakai saja baju itu lagian aku tidak akan mungkin tertarik pada tubuh datar mu itu!" Ucap Daffa pada akhirnya.
Mendengar perkataan Daffa, kembali Almira mengeram kesal. Bibir laki-laki itu memang selalu tidak punya saringan jika menghinanya.
"Baiklah, tolong pilihkan salah satu baju untukku!" Kesal Almira.
"Oke!"
Terdengar langkah Daffa yang menjauh dari pintu. Mungkin lelaki itu akan kembali mengambilkan baju ganti untuk Almira.
Tak berselang lama, terdengar langkah kaki Daffa kembali. Segera Almira membuka sedikit pintu dan mengeluarkan tangannya untuk mengambil baju ganti dari Daffa.
"Mana?" Tanya Almira.
Dafa langsung memberikan pakaian itu ke tangan Almira lalu kembali menjauh dari pintu.
Sedangkan Almira yang sudah menerima pakaian dari Daffa, langsung membulatkan matanya.
Ternyata Daffa bukan hanya mengambilkan baju ganti untuknya melainkan juga lengkap dengan kacamata dan segitiga Bermuda miliknya.
Pipi Almira langsung merona. Ini untuk pertama kalinya ada yang melihat bahkan memegang pakaian dalamnya.
Almira itu memang sosok wanita yang sangat sulit untuk dijangkau, selama ini hubungannya dengan Rian tidak pernah melewati batas. Jangankan untuk bermain adu gulat, sekedar berperang bibir pun tidak pernah Almira lakukan.
Pegangan tangan saja itu sudah lebih cukup untuk Almira, dia benar-benar menjaga dirinya untuk laki-laki yang kelak akan menjadi suaminya.
Jadi saat Rian memutuskan untuk meninggalkan dia, Almira tidak rugi apapun selain hatinya yang terluka. Dia masih suci dan inilah gunanya prinsip yang selalu dia pegang selama ini.
Bahkan di hari akad pun, jika orang itu bukan jodoh tetap saja akan terpisah seperti dia dan Rian. Jadi Almira tidak ingin bersikap bodoh dengan memberikan akses kepada siapapun untuk menikmati apa yang seharunya menjadi milik dari suaminya.
Apa laki-laki itu Daffa? Entahlah, Almira tidak yakin akan hal itu. Apalagi watak mereka yang sama-sama keras, ditambah dengan cara mereka melihat sebuah komitmen rasanya mereka belum atau bahkan tidak akan menemukan kecocokan untuk satu sama lain.
Tok.... Tok.... Tok.....
Ketukan di pintu membuat lamunan Almira kembali ke tempat. Buru-buru dia menyelesaikan memakai pakaiannya dan langsung melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi.
Ceklek.....
Begitu pintu dia buka, netra nya tak sengaja bersitatap dengan Daffa yang kini tidak mengedipkan matanya dan terus memindai seluruh tubuh yang memang tidak tertutup dengan sempurna.
"Ngapain lihat-lihat sampe enggak ngedip?" Kesal Almira melihat Daffa yang seperti ingin menelannya bulat-bulat.
"E-enggak kok! Percaya diri banget sih kamu!" Kesal Daffa lalu segera masuk ke dalam kamar mandi.
Sampai di dalam, Daffa langsung merutuki kebodohannya yang malah terpana melihat lekuk tubuh Almira yang memang terlihat sangat mempesona.
Dia tidak bisa bohong pada dirinya sendiri jika Almira memang sangat menawan. Tidak dia sangka-sangka pula, jika dibalik balutan pakaian yang selama ini Almira pakai, tersembunyi keindahan yang baru pertama kali dia lihat ini. Dia tidak pernah menemukan yang sesempurna body Almira dari para mainannya selama ini.
"Heh, Jony! Kenapa kamu malah terbangun di waktu yang tidak tepat? Apa kamu tidak tahu jika wanita yang ada di luar sana itu tidak bisa kamu jelajahi walaupun itu istrimu sendiri? Ishh, menyebalkan!" Gerutu Daffa yang terpaksa harus bermain solo karir karena ulah si Jony, adik kecilnya.
Tidak seperti Almira yang membutuhkan waktu sebentar untuk mandi, Daffa malah sampai harus berada satu jam disana.
Laki-laki itu keluar dengan wajah yang di tekuk dan semakin kesal begitu melihat Almira yang tertidur sangat pulang di ranjang pengantin mereka.
Nasib malam pengantinnya memang sangatlah mengenaskan tidak seperti malam-malam yang ada di negri dongeng dengan sejuta keindahan surgawi.
Daffa mendengus kesal lalu ikut masuk kedalam selimut yang menggulung tubuh Almira.
Ditatapnya wajah damai sang istri membuat rasa itu menjalar kedalam hatinya.
Sepertinya adiknya benar-benar keterlaluan! Dia sudah membuang berlian seperti Almira hanya untuk tingkah konyolnya.
Apapun itu alasan Rian meninggalkan Almira, tetap tidak bisa dibenarkan. Karena sesulit bahkan sepelik apapun sebuah masalah akan selalu mendapatkan solusinya jika dibicarakan baik-baik bukan malah lari seperti ini.
Apa ini sebuah keberuntungan baginya dengan mendapatkan Almira sebagai istrinya? Atau justru ini awal rasa sakit yang akan kembali dia rasakan karena sebuah kekecewaan?
Daffa tidak tahu dan tidak mau tahu. Dia hanya harus menjaga hatinya agar tidak mudah terjatuh pada Almira apalagi dalam hati wanita itu masih ada lelaki lain.
Bukan hal mudah melupakan sebuah hubungan yang sudah lama terjalin begitupun dengan Almira.
Daffa hanya berharap jika nanti akan terjadi perpisahan diantara mereka itu tidak akan menggores luka untuk satu sama lain.
Perlahan, netra lelaki tampan itu mulai terpejam. Rasa lelah nyatanya begitu cepat mengantarkan dia menyusul.almifa menuju alam mimpi.
Besok adalah hari baru baginya dan juga Almira dan semoga mereka bisa melewati segalanya dengan baik-baik saja.