Hujan tidak beberapa lama turun dengan sangat lebat, para penduduk elf beruntung menemukan sebuah goa. Di sana mereka bisa berteduh, hujan begitu lebah diringi beberapa kali gemuruh petir.
Mereka khawatir dengan Arzlan. Sudah tiga jam Arzlan tidak juga kunjung kembali. Udara semakin dingin dan langit mulai memperlihatkan cahaya terang.
Sudah memasuki pagi, tapi masih belum ada tanda-tanda dari pria itu.
"Apakah dia akan baik-baik saja, 'kan?" tanya pemuda itu kepada perempuan elf yang terus memperhatikan langit.
"Entahlah!" balasnya dengan nada lesu. "Aku berharap kalau dia akan baik-baik saja!"
***
Arzlan terus berjalan, setelah menghabisi para prajurit dia ingin sesegera mungkin untuk menyusul para penduduk, tapi tidak cukup kekuatannya untuk mengejar waktu yang sudah menurunkan hujan yang cukup lebat.
"Aku tidak berharap penuh kalau mereka masih menunggu kehadiranku!" Sudah terlalu sering hatinya menerima kekecewaan, sekarang hatinya sudah menjadi retak, tidak bisa lagi dirinya merasakan kehangatan dari dunia.
Dari kejauhan dia melihat sinar api yang berada di kegelapan malam. Tidak akan mungkin ada sinar api yang bisa hidup ketika hujan masih begitu derasnya turun. Dengan pengetahuan yang ada di kepalanya, dia yakin kalau itu adalah mereka para elf.
Hujan terus mengguyur tubuh Arzlan. Seolah, mereka membenci Arzlan, gemuruh bagaikan sorakan kata-kata yang selama ini selalu didengarnya dari mulut orang lain. Emosi Arzlan meningkat secara pesat.
"Sial, kenapa aku harus mengingat wajah mereka lagi!" Sudah berulang kali dirinya mencoba untuk melupakan wajah orang-orang yang selama ini selalu membuat dirinya menderita, namun wajah mereka terus saja menari di benaknya.
Telinganya bergerak setelah mendengar suara langkah kaki seseorang, secara spontan tubuhnya berdiri.
"Apa itu tadi?" tanyanya dari dalam hati, matanya melirik ke sekitar untuk memastikan kalau tidak ada orang yang keluar dari goa. Memang bukan berasal dari orang-orang yang ada di sana.
Bayangan hitam mulai terlihat, langkah kakinya terus mendekat. Wanita itu memegang gagang pedang, takut kalau itu adalah musuhnya yang sedang mencoba untuk mendekati goa.
Ketika cahaya api sudah menyinari tubuh sosok itu, baru dia melepas napas bahagia karena itu adalah Arzlan.
Dia memasang wajah tersenyum bahagia. Yang menyadari kehadiran Arzlan selain wanita itu adalah pemuda yang sering berinteraksi dengan Arzlan.
"T-Tuan, apakah kau tidak apa-apa!" Segera dirinya mendekati Arzlan.
"Ya, aku tidak apa-apa! Apakah kalian masih tetap baik-baik saja?" Arzlan mengkhawatirkan kalau para elf ada yang terluka akibat terburu-burunya dalam bergerak.
"Tidak ada, semua dalam keadaan baik!" jawab pemuda itu dengan semangat.
Arzlan melirik ke semua orang yang masih tertidur pulas.
Selanjutnya Arzlan melepaskan jubahnya.
"Apakah kau tidak ingin mengganti pakaianmu?" tanya wanita elf.
Arzlan melirik tajam lalu berkata, "Tidak apa, aku masih bisa bertahan meski dingin terus menyerang kulitku!"
Sebenarnya Arzlan sama sekali tidak merasakan dingin. Tubuhnya seperti boneka yang tidak mampu merasakan rasa sakit, Arzlan paham mungkin ini semua adalah hal yang harus dirinya bayar demi kekuatan yang sudah dia dapatkan.
"Begitu ya!" Tidak bisa wanita itu memaksa Arzlan untuk menuruti keinginannya, meski dia cukup khawatir dengan kondisi Arzlan yang selalu berjuang demi kebaikan semua orang.
***
Arzlan mencoba untuk istirahat, tapi baru beberapa menit memejamkan mata cahaya matahari sudah menerangi wajahnya.
Arzlan segera menoleh ke arah cahaya itu. "Sungguh aku benar-benar lupa seperti apa rasanya tidur nikmat tanpa penderitaan!"
Dulu ketika masih di dunia modern dirinya selalu menganggap tidur adalah hal yang paling dia inginkan. Melihat dunia yang selalu saja kejam membuat Arzlan sudah kehilangan kepercayaan terhadap kebahagiaan yang ada di dunia.
Arzlan melihat semua orang masih dalam keadaan tidur, bahkan wanita elf itu juga tertidur pulas. Wajahnya terlihat sangat manis ketika kedua matanya terpejam.
Arzlan lalu berdiri, dan keluar dari goa. Tepat ketika hari sudah pagi hujan berhenti awan mendung mulai pergi, entah ke mana mereka akan singgah kembali.
Arzlan mencari tempat yang nyaman untuk duduk menikmati pemandangan matahari yang baru saja terbit.
"Hmmm… sekarang apa yang harus aku lakukan? Ke mana aku akan membawa para elf ini? Mereka menaruh impian dan harapan terlalu besar kepada diriku! Ya, mungkin dengan menjadi pemimpin mereka aku akan bisa membangun dunia tanpa rasa sakit dan kekejaman itu."
"Uh?" Wanita itu mendengar suara aneh dari dalam goa. Matanya terbuka dan tubuhnya bersiap untuk menyerang. "Apa itu tadi?" Dia melihat ke arah tempat Arzlan. "Uuh… di mana dia?"
Langsung gadis itu keluar dari goa setelah melihat Arzlan tiba-tiba menghilang. Dia menjadi lega saat melihat Arlzan sedang duduk di batu dengan pandangan mata tertuju ke arah matahari.
"Aku kira tadi dia sudah pergi entah ke mana!" Wanita itu memutuskan untuk mendekati Arzlan.
Arzlan menoleh ke arah belakang setelah mendengar suara langkah kaki mendekat.
"Ya!" sapa wanita itu dengan senyuman lembut.
"Kau rupanya!"
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?"
"Aku hanya ingin berpikir sejenak. Karena melihat matahari yang baru saja terbit membuat hatiku menjadi tenang!"
Wanita itu melihat ke arah matahari. "Memang benar! Matahari pagi memberikan sinar yang mampu untuk memberikan semangat!" Terkejut dirinya, setelah menyaksikan sendiri apa yang dikatakan Arzlan.
"Tuan…."
Tidak beberapa lama orang lain datang menghampiri mereka, dan itu telah mengganggu ketenangan Arzlan dalam menikmati kehangatan mentari pagi.
"Ada apa? Kenapa kau begitu berisik di pagi hari ini?"
"Maafkan aku! Aku hanya ingin bilang kalau kami mendengar suara aneh dari dalam goa!"
"Huh?"
"Benar! Aku datang ke sini juga ingin menyampaikan hal yang sama! Aku juga mendengar suara aneh, aku tidak berani memeriksanya karena kemungkinan besar kalau sumber suara itu adalah monster penghuni goa bagian dalam."
Arzlan tidak memiliki pilihan lain selain memeriksa apa yang dikatakan oleh kedua orang itu adalah kebenaran atau cuma suara angin yang masuk ke dalam goa.
Semua orang sudah berada di luar goa, mereka memasang wajah khawatir. Ketika Arzlan datang seluruh tatapan tertuju ke arahnya.
"Hmmm… sebenarnya apa yang mereka dengar? Kenapa wajah mereka begitu cemas?" Arzlan mulai melangkah masuk ke dalam goa.
Wanita itu ingin mengikuti Arzlan.
"Kau tetap di sini! Jika terjadi sesuatu kepadaku, kau yang bisa membimbing mereka semua!"
"Tapi…." Ucapan Arzlan tidak mampu dia bantah, karena tatapan mata Arzlan begitu penuh dengan sorotan tajam. "B-Baiklah! Aku akan menuruti keinginanmu!"
Arzlan terus masuk ke dalam goa yang sangat gelap, di dalam goa itu dia mendengar suara aneh.
Suara itu seperti suara gemuruh yang cukup menyeramkan akibat menggema di lorong goa. Arzlan tidak takut untuk terus melangkah maju. Dalam beberapa saat Arzlan melihat sebuah cahaya. Ketika didekati cahaya itu berasal dari bagian sisi lain mulut goa.
"Uh…!"
__To Be Continued___