Setelah mendengar ucapan Mirseria, Arzlan kembali melanjutkan langkah kakinya. Sudah teguh hatinya untuk melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.
"Ini tidak akan berakhir sampai tujuanku aku gapai!" Tatapan mata Arzlan begitu tajam, seperti sedang membayangkan kalau lawannya ada di depan, tapi memang saat ini wajah para bajingan itu terbayang di benaknya.
Arzlan menghadapi masalah lain, akibat terlalu banyak berada di dalam hutan. Arzlan tidak mendapatkan Exp yang cukup untuk meningkatkan level. Tentu sudah dua bulan berlalu, keempat pahlawan yang juga merupakan orang-orang yang Arzlan kenal sudah berada di level yang lebih tinggi. Jika Arzlan tidak segera meningkatkan level, di masa depan pasti dirinya akan mengalami kesulitan.
Tujuan utamanya masih bisa dia jalankan nanti, setelah level Arzlan mencapai 50. Namun untuk mencapai level tersebut akan sangat sulit, jadi pilihan terbaik adalah mencari sarang monster dan berharap kalau monster-monster yang ditemuinya memiliki level yang lebih rendah.
Arzlan tidak tahu, ke mana langkah kakinya saat ini menuntun dirinya.
Kresk…
Beberapa langkah sudah berlalu, dan dia merasakan ada seseorang yang sedang mengikutinya.
Arzlan melempar satu ranting, ke arah suara aneh yang berasal dari semak belukar.
"Aduh…."
Sangat tidak asing suara itu di telinga Arzlan, dalam beberapa saat kemudian seorang perempuan keluar. Dia membawa busur di belakang tubuhnya.
"Kau…." Arzlan sedikit kesal kenapa dirinya bisa-bisanya diikuti oleh gadis yang pertama kali dia selamatkan saat hampir diperkosa oleh bangsawan bejat.
"Kenapa kau melemparku menggunakan ranting?"
Dia masih bertanya, padahal sudah jelas apa yang sedang dia lakukan itu adalah tindakan yang kurang baik.
"Apakah aku harus menjawab ucapanmu itu?" Arzlan dengan nada dingin mematahkan emosi dari gadis tersebut.
"Uh…." Pipinya menjadi merah setelah sadar kalau memang apa yang terjadi adalah kesalahannya.
"Apa yang membuatmu berani mengikuti diriku?" Arzlan langsung menanyakan alasan dari gadis itu muncul, tidak punya waktu dirinya untuk mendengarkan alasan yang berbelit-belit.
"Aku hanya ingin ikut bersamamu!"
"Kenapa?"
"Kenapa… ya aku rasa kau tidak akan bisa berjuang sendirian, tanpa seorang rekan!"
"Tidak perlu, aku lebih suka melakukan sesuatu sendirian! Sebaiknya kau kembali ke desa, mereka adalah keluargamu dan tempatmu akan lebih aman jika bersama mereka!" Tidak perlu formal, siapapu dia, Arzlan akan tetap bersikap tegas, walaupun lawan bicaranya adalah seorang gadis cantik.
"Apakah kau tidak memiliki perasaan sebagai manusia?" Kesal gadis itu, setelah dia mendapatkan ucapan dingin, terlontar pertanyaan dari mulutnya.
Arzlan yang tadi hendak melangkah, terdiam sejenak sembari menatap langit. "Sejak dari dulu, tidak ada yang menganggap diriku ini sebagai manusia! Aku sudah membuang perasaan manusia yang ada di dalam tubuhku!" Arzlan kembali melangkah.
Gadis itu tertegun, tidak tahu apa yang sudah dirasakan Arzlan selama menjalani kehidupan, hanya satu yang bisa dia tangkap, bahwa Arzlan sudah mengalami banyak penderitaan hingga hatinya mati dan berubah menjadi sekeras batu. Dingin tanpa perasaan, rasa sakit bisa merubah seseorang.
Walaupun sudah Arzlan suruh wanita itu untuk kembali, tapi tetap saja dia berusaha untuk mengikuti Arzlan. Arzlan tidak banyak berkomentar, pandangannya tetap lurus.
Mereka masuk ke dalam hutan yang sangat sepi, tidak bisa dipahami oleh gadis itu mengapa Arzlan masuk ke sana.
"Sebenarnya ke mana kita akan berjalan?" tanya gadis itu dengan nada khawatir.
Tapi tidak ada jawaban dari Arzlan, sikap dinginnya menandakan kalau dia tidak nyaman dengan kehadiran gadis tersebut.
"Apakah dia masih marah, karena aku mengikutinya tanpa izin!" Gadis itu mulai dihinggapi perasaan bersalah, akan tetapi dia sudah terlalu jauh untuk kembali ke titik awal. Jarak yang mereka tempuh sudah empat jam.
Tentu untuk kembali, akan sangat berbahaya tapi semua itu hanya alasan supaya dia tidak diusir oleh Arzlan.
Mereka lalu berhenti setelah menemukan dua cabang di dalam hutan yang sunyi dan sepi. Arzlan menjadi bingung jalan mana yang harus diambil.
Gadis itu langsung menunjukkan keahliannya, dengan cepat dia memeriksa tanah yang akan dilalui jika memilih kedua jalan tersebut.
Di bagian kiri, dia menemukan beberapa bekas jejak dari makhluk buas sedangkan di sebelah kanan tidak ada jejak dari makhluk buas, hanya ada beberapa langkah kaki hewan kecil.
"Aku rasa arah sebelah kanan, akan lebih baik karena di sana kemungkinan ada pemukiman!" Sangat ramah dia menjelaskan itu kepada Arzlan.
Hanya tatapan dingin yang Arzlan berikan, setelah itu tanpa bicara Arzlan mengambil jalur kiri. Tempat yang diyakini banyak monster.
"Eh…? Kenapa kita mengambil jalur kiri? Apakah kau tidak percaya dengan apa yang aku katakan?"
Arzlan tidak menjawab ucapan gadis itu, hanya langkah kaki yang terus melaju. Tanpa peduli apapun yang terjadi di sekelilingnya.
Dia tertunduk layu, benar-benar lelah dirinya merasa tidak dihargai oleh Arzlan. "Huh… apakah aku sebaiknya pergi saja?" Dia berhenti lalu menoleh ke arah belakang, jalan yang baru saja dilewati olehnya terlihat sangat menyeramkan. "Tapi kalau kembali sendirian, apakah aku akan baik-baik saja?" Ragu dirinya untuk memutuskan. Lalu dia menoleh ke arah Arzlan, punggung pria itu sudah semakin menjauh.
Tapi tiba-tiba Arzlan berhenti, dan segera membalikkan tubuhnya tatapan Arzlan begitu horor.
"Eh? Apa yang akan dia lakukan?" Terkejut wanita itu saat menyaksikan Arzlan yang tiba-tiba berlari.
"Groagh!"
Tanpa disadari oleh gadis itu, bahwa ada seekor monster yang datang dari arah jam tiga. Monster tersebut berbentuk serigala putih besar dengan gigi tajam.
Arzlan berhasil mendorong gadis itu, tapi dia harus rela tangan kirinya digigit oleh serigala tersebut. Arzlan dibawa oleh serigala itu pergi menjauh.
Gadis itu terjatuh, dan dia mengalami delay untuk beberapa saat sebelum dia sadar kalau Arzlan sudah dibawa oleh seekor monster akibat dirinya.
"Tidak, apa yang harus aku lakukan?" Tidak punya banyak pilihan segera dia mengejar serigala tersebut.
"Mungkin dengan ini, dia akan pergi kembali ke desa itu!" Sengaja Arzlan tidak melakukan perlawanan, dia tidak ingin melibatkan gadis itu dengan kondisi bahaya. Jika Arzlan langsung melawan serigala tersebut, pasti gadis itu akan menjadi incaran dari serigala itu.
Gadis itu menjadi sangat gelisah tidak akan bisa tenang dirinya, akibat dirinya Arzlan harus tergigit oleh serigala ganas itu.
"Bagaimana ini? Apakah dia akan baik-baik saja? Apa yang aku lakukan, seharusnya aku tidak mengikutinya, mungkin hal ini tidak akan terjadi kepadanya!" Perasaan bersalah mulai memenuhi perasaan hatinya. Tidak bisa berhenti dia memikirkan hal buruk yang akan terjadi kepada Arzlan.
46 menit sudah berlalu…
Masih belum ada tanda-tanda ke mana Arzlan dibawa oleh serigala tersebut, dia terus mencari dan mencari hingga dia menemukan pemandangan yang cukup mengerikan, darah berserakan di mana-mana.
__To Be Continued__