Chereads / The Envoy of Darkness For The New Beginning / Chapter 31 - Dia Bukan Datang Sebagai Penyelamat

Chapter 31 - Dia Bukan Datang Sebagai Penyelamat

Arzlan mulai melangkah bersama gadis yang bahkan dia tidak mengetahui namanya, tidak ada waktu untuk Arzlan menanyakan nama gadis tersebut, dia tidak ingin peristiwa buruk kembali mempengaruhi pikirannya.

Gadis itu sama sekali tidak bisa membuka topik obrolan, mereka berdua sudah berjalan selama kurang dari 2 jam. Suasana hutan yang sepi memberikan efek yang cukup menakutkan, tapi memang suasana seperti itu yang Arzlan inginkan.

Tiba-tiba mereka berhenti akibat mendengar suara aneh yang menyebar di udara, raungan misterius yang memberikan pertanda bahaya sedang menuju mereka.

"Apa itu?" tanya wanita tersebut.

"Ssst…!" Isyarat diberikan untuk membuat Arzlan bisa menebak dari mana arah suara itu berasal.

Mereka terkejut, dari arah jam tiga terdengar suara aneh yang cukup nyaring. Arzlan segera memasang kuda-kuda, dia bisa merasakan kehadiran dari makhluk yang memiliki level tinggi.

Seekor monster berwujud gorila dengan ukuran 4 meter sudah muncul, makhluk itu memiliki dua lengan yang sangat penuh dengan otot kekar.

"Groaagh!" Sebagai salam pertemuan monster tersebut melakukan roar, gelombang suara menerpa tubuh kedua orang di depannya.

"Monster ini besar sekali!" Wanita itu menjadi sedikit ngeri dengan ukuran lawan yang ada di hadapannya, sulit untuk dia bayangkan bagaimana melawan makhluk tersebut.

Arzlan tidak pernah peduli akan hal tersebut, dia memasang kuda-kuda. Tanpa pikir panjang Arzlan segera melangkah ke arah monster tersebut. "Baiklah, sekarang apa yang harus aku lakukan?" Arzlan akan berpikir saat dirinya mulai melangkah, sebelum ini otaknya kosong tanpa memikirkan apapun. Dia memakai situasi di mana otaknya akan bekerja lebih efisien jika menghadapi bahaya.

"Apa? Dia terlalu ceroboh untuk menghadapi monster itu!" gumam wanita itu, ia tahu kalau Arzlan masih dalam proses penyembuhan, luka yang terbuka masih mengucurkan darah.

Monster gorila melakukan serangan berupa tinju maut ke arah Arzlan, gerakan yang terlalu lambat tidak sepadan dengan kecepatan tubuh Arzlan yang sudah ditambah oleh Accelerator.

"Slashing Arial!" Tebasan Arzlan berikan setelah bergerak dengan kecepatan tinggi, terlihat tubuh monster itu memercikkan darah dari bekas tebasan yang dilakukan oleh Arzlan.

Tapi, itu semua masih belum cukup. Serangan itu terasa seperti sayatan duri kecil yang mengiris daging monster tersebut. Arzlan mulai diberikan tatapan tajam oleh monster itu, benar-benar terasa aura kebencian dari kedua sorotan matanya.

"Garrgh…!" Monster itu memukul dadanya hingga menciptakan suara seperti gendang, cahaya berkecepatan tinggi muncul dan melaju ke arah Arzlan.

Semua terjadi begitu cepat, asap menyebar saat serangan itu bertemu dengan permukaan tanah. Masih menunggu monster tersebut keadaan Arzlan, asap yang terlalu banyak membuatnya sulit untuk melihat di mana keberadaan manusia itu.

Crash!!!

Secara mendadak ada serangan yang muncul tepat mengenai mata kiri dari monster itu, monster tersebut mundur beberapa langkah didapatinya seorang pria sudah berdiri tegap di hadapannya.

"Uh? Bagaimana bisa dia menghindar seperti itu?" Wanita itu sama sekali tidak bisa memahami kenapa Arzlan tiba-tiba bisa melakukan serangan secara mendadak. Dia mencoba untuk merangkai apa yang sebenarnya terjadi. "Kemungkinan pria ini melakukan gerakan cepat untuk menyelinap dari balik asap, lalu menunggu waktu yang tepat untuk melakukan serangan! Sebenarnya sudah berapa banyak skill yang dia miliki untuk bisa menggunakan taktik seperti ini?"

Arzlan bukan tanpa luka melakukan serangan itu, serangan semburan energi dari monster itu sempat memberikan damage terhadap dirinya hingga kepalanya mengeluarkan darah. Tapi, terlihat dia tidak merasakan kesakitan yang berarti, sama seperti boneka yang tidak akan pernah menjerit saat dilukai tubuh Arzlan sudah kehilangan indra rasa sakit.

Arzlan berlari kemudian melakukan lompatan tinggi, kedua tangannya segera mengayunkan pedang ke arah wajah monster itu.

"Gaargh…." Meraung keras akibat tusukan yang berhasil masuk ke dalam daging kepalanya. Monster itu meronta-ronta sebagai usahanya untuk melepaskan pedang Arzlan yang sangat menyiksa.

"Darkness Slasher!" Arzlan cabut pedangnya secara kasar di saat itu dilakukan gerakan pedangnya melaju secara vertikal sehingga merobek kulit bagian atas monster tersebut, darah muncrat memenuhi wajah Arzlan.

Setelah itu monster tersebut tidak bisa bergerak, secara perlahan tubuh kekarnya tumbang. Wanita yang menyaksikan aksi Arzlan tidak bisa berkedip, semua terasa mimpi bagi dirinya.

"Apakah ini adalah kekuatannya?" gumam wanita itu dari dalam hati.

Seorang pria yang sudah kehilangan perasaan sudah berhasil menumbangkan monster dengan level 35, level itu membuktikan kalau monster tersebut adalah makhluk yang sangat kuat dan sulit untuk dikalahkan. Tapi, semua itu tidak berarti, Arzlan secara telak mengalahkannya meski level hanya 28.

Arzlan mendapatkan exp yang lumayan besar hingga membuatnya naik level menjadi 30, masih terlalu jauh untuk Arzlan bisa mencapai kepuasan, dia ingin segera mencapai level 50 atau lebih tinggi.

***

Setelah seharian mencari monster yang lebih kuat, tapi tidak pernah mereka temukan. Malam datang dan membawa kesunyian yang lebih mengerikan, mereka berdua hanya saling menatap api.

Perasaan canggung muncul di dalam hat gadis yang ada di hadapan Arzlan, dia ingin sekali mengajak Arzlan mengobrol. Tapi, pria itu sama sekali tidak menatap atau melirik ke arahnya, api di depan matanya sudah menghipnotis pandangan matanya.

"Aku harus bisa lebih akrab dengannya!" Hidung menarik napas dalam dan dihembuskan secara perlahan melalui mulut. "Ano…."

Arzlan mengangkat pandangannya, lirikan matanya begitu tajam seperti ingin menerkam.

"Sebenarnya kenapa kau terus mencari monster di hutan ini?"

"Aku ingin menjadi kuat, untuk menjalankan ambisi yang aku miliki tubuh ini harus aku tingkatkan. Lawan yang akan aku lawan tidak lemah, mereka memiliki anugerah dari langit, jika aku sampai gegabah itu artinya aku akan mati di tangan mereka!" Arzlan mengeluarkan ucapan dengan nada marah.

"Begitu rupanya! Apakah lawanmu itu adalah pahlawan yang diutus untuk membebaskan seluruh wilayah kerajaan dari Raja Iblis?"

"Ya, mereka memang memiliki tugas seperti itu! Aku rasa kerajaan hanya ingin menggunakan nama mereka untuk berbuat seenaknya!"

Wanita itu mengangguk, memang tidak bisa disangkal bahwa peluasan wilayah terjadi akibat munculnya empat pahlawan yang diberitakan sebagai orang yang akan membebaskan Scaevola dari bencana Raja Iblis.

"Bisakah aku bertanya kepadamu satu hal!"

"Tentu silahkan, kau bisa bertanya sesuai keinginan hatimu!"

"Baik, aku ingin tahu apakah kau peduli dengan nasib makhluk hidup di dunia ini?"

Mata Arzlan kembali melirik ke arah wanita itu. "Sejujurnya saja aku tidak memiliki kewajiban untuk peduli akan hal itu, di sini aku adalah makhluk yang diutus untuk memberikan penghakiman kepada setiap makhluk yang menyimpang dari aturan dunia! Aku akan memberikan mereka hukuman yang layak atas perbuatan mereka selama hidup!"

Kengerian dari ucapan Arzlan benar-benar terasa, dia mampu memberikan ketakutan kepada orang-orang yang mendengarnya.

__To Be Continued__