Chereads / The Envoy of Darkness For The New Beginning / Chapter 27 - Keretakan Di Antara Mereka

Chapter 27 - Keretakan Di Antara Mereka

"Huh…." Arzlan sedikit, gelisah. Ini dikarenakan dirinya terjebak untuk mengawasi, seluruh para Elf yang tiba-tiba menjadi sangat fanatik terhadap dirinya.

Arzlan duduk termenung, sembari memandangi air terjun. "Aku rasa, apakah aku harus tetap berada di sini?"

Sudah dua bulan lamanya, dirinya berada di hutan tersebut. Perbuahan yang cukup signifikan terjadi terhadap para elf yang dulu pernah dia tolong.

Mereka mulai mengembangkan diri, seperti belajar bertarung. Wanita yang pertama kali Arzlan temui menjadi guru semua Elf untuk bisa menjaga tempat tinggal mereka dari orang-orang yang tidak berperasaan.

Arzlan bingung, bagaimana dirinya bisa melangkah jika kewajiban yang cukup berat sudah dipikul olehnya.

"Tuan Arzlan!"

Suara lembut, memanggil Arzlan. Ketika Arzlan menoleh, seorang perempuan mendekatinya.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya perempuan itu.

"Aku hanya sedang merenung, dan menikmati pemandangan yang cukup indah!" Arzlan tidak bisa percaya, kepada siapapun. Masih teringat jelas perasaan, buruk yang selama ini selalu menghantui dirinya.

"Hmm… aku rasa kau saat ini sedang memikirkan, tujuan yang sudah kau tetapkan sebelumnya!"

Arzlan tertegun, karena wanita itu bisa mengetahui apa yang sedang dia pikirkan. "Kenapa kau bisa berkata seperti itu?"

"Beberapa bulan ini, kau selalu saja merenung dan seperti sedang memikirkan sesuatu! Aku tidak tahu, apa yang sedang kau pikirkan, tapi sepertinya kau cukup gelisah dalam memikirkannya!"

Arzlan semakin terkejut mendengar ucapannya. "Huh…." Dengan napas yang panjang, dia lepaskan. "Aku memang, berpikir seperti itu! Saat ini aku memiliki tujuan yang cukup besar, dan tidak bisa aku melibatkan orang lain, akan tujuan tersebut! Sekarang ini, aku juga berkewajiban untuk melindungi para Elf yang menaruh kepercayaan begitu besar!"

Wanita itu, bisa memahami kenapa Arzlan merenung sendirian. Beban yang ada di kepalanya begitu berat, hingga waktu sendirian adalah situasi terbaik untuk dirinya menangkan diri.|

"Apakah kau tidak pergi, bilang saja kepada mereka! Bahwa kau saat ini, harus melakukan perjalanan demi menggapai apa yang kau tuju!"

"Aku sudah, memikirkan hal tersebut! Jadi tidak usah khawatir, aku pasti akan melakukannya!" Arzlan tidak ingin terlihat seperti pria sentimental di depan wanita tersebut. Dia tetap ingin, menjaga apa yang sudah melekat di dalam hatinya, tujuan yang sudah menjadi tombak untuk membuatnya tetap bisa bangkit.

***

Selagi Arzlan berada di dalam hutan, beberapa gejolak besar sedang terjadi.

Kerajaan Scaevola, telah melakukan gerakan. Daerah kekuasaan dari kerajaan tersebut, begitu luas hingga banyak makhluk dari ras lain menjadi budak mereka.

Perdagangan manusia telah terjadi di mana-mana, mereka memperlakukan makhluk lain layaknya binatang yang tidak memiliki harga diri.

Konflik dengan Raja Iblis juga terus, berlangsung. Raja Iblis, juga semakin agresif dalam melakukan penyerangan.

Para monster terus bermunculan, menyerang desa. Empat pahlawan yang datang dari dunia lain, telah membereskan mereka tapi tetap saja, jumlah monster yang terlalu besar tidak bisa ditangani dengan sangat mudah.

Selain Scaevola, wilayah lain juga sedang mengalami konflik besar dengan Raja Iblis. Berbagai daerah, sudah dikuasai oleh Raja Iblis, namun makhluk itu memang sengaja tidak langsung menghancurkan beberapa kerajaan, karena ia sendiri yang ingin turun tangan dalam menghancurkan kerajaan tersebut.

"Heahahaha…." Raja Iblis yang bernama Nova, tertawa kencang di dalam ruangan istananya.

Dia baru saja mendengar laporan dari salah satu, kesatria kepercayaannya. Bahwa beberapa wilayah sudah berhasil mereka taklukkan.

"Bagus, dengan begini para pahlawan itu akan semakin, bersemangat untuk mengalahkan diriku! Kemarilah, para pahlawan dari dunia lain!" Nova ingin sekali bertemu dengan orang-orang yang sering menjadi legenda, dalam menghapus seluruh kegelapan di dunia ini.

Saat ini para pahlawan memang sedang, berada di dalam kondisi yang cukup menegangkan, beberapa wilayah dari Kerajaan Scaevola, sudah berhasil ditundukkan.

"Kurang ajar!" Aaron, menggerutu atas informasi yang dia dapatkan. "Kenapa, Raja Iblis masih saja bisa menguasai area dari Scavola.

"Yang Mulia, apakah kita harus memanggil para pahlawan untuk membereskan masalah ini?" usul Vilion.

"Benar juga! Tugas mereka, adalah membantu kita dalam menyelesaikan permasalahan terhadap Raja Iblis ini! Panggil mereka, datang ke sini!"

Semua pahlawan segera datang ke ruang singgasana, begitu mendapatkan panggilan. Butuh waktu lima hari sebelum mereka bisa berada di sana.

Aaron menatap keempat pahlawan tersebut, dengan sangat marah.

"Pasti kalian sudah mengetahui apa yang membuat aku memanggil diri kalian!" Pembukaan topik dengan nada yang cukup tinggi.

"Ya! Kami mengetahuinya, karena wilayah timur Scaevola telah dikuasai oleh para monster!" Adred yang membalas ucapan Aaron.

"Jika kalian mengetahuinya, kenapa kalian tidak segera bertindak?"

"Ini semua seharusnya tugas dari Amiru!" Zuru menatap Amiru.

Tidak hanya Zuru, tapi semua orang menatap pria itu.

"Aku? Aku sudah berusaha dengan baik, tapi beberapa hari ini aku sedang sibuk dalam sebuah pemberesan tentang monster yang ada di area utara!"

"Apa maksudmu? Bukankah, kau ke arah selatan, dikarenakan hanya untuk berjumpa dengan para elf yang berhasil ditangkap?" Adred langsung membantah ucapan Amiru.

"Tidak! Di wilayah tersebut, beberapa pihak ras lain melalukan perlawanan, dan para prajurit sedang mengalami kesulitan untuk menghadapi mereka!" Amiru membela diri, tapi ucapannya sangat ambigu, karena mereka mendengar kalau sebelumnya dia bilang di wilayah selatan dirinya sedang menangani masalah dengan para monster.

"Kau terlalu polos untuk bisa berkata seperti itu! Apakah kau sedang bermain wanita di sana? Aku dengar, kalau di wilayah tersebut telah terjadi penangkapan besar terhadap para Elf dan ras lainnya!" Zuru tidak menyukai tindakan pihak istana dalam menaklukkan wilayah, dengan sistem penjajahan.

"Apa yang kau bilang! Apakah kalian ingin bilang kalau aku ini adalah orang bajingan yang tidak melakukan tugasku sebagai seorang Pahlawan?" Amiru sudah menjadi sangat marah, dia memasang kuda-kuda.

"Cukup!" Vilion membentangkan suaranya, hingga membuat gema yang cukup keras. "Apakah kalian tidak sadar, saat ini berada di depan Baginda Aaron?"

Keempat pahlawan itu, terdiam mereka merasa bersalah akibat tindakan egois mereka. Tentu saja, akibat hal tersebut salah satu dari mereka memendam rasa dendam.

"Aku sudah mengerti! Baiklah! Sebagai pahlawan di kerajaan ini, kalian harus membereskan permasalahan yang sedang terjadi! Aku ingin kalian segera menuju ke arah utara, dan mengambil wilayah Scaveola yang telah dikuasai oleh para monster!" Aaron dengan cepat memberikan perintah, sudah paham dirinya kalau terus dibiarkan, keempat orang tersebut akan bertarung di dalam istana hingga menyebabkan kehebohan.

Para pahlawan menundukkan kepala, kecuali Amiru lalu mereka keluar dari ruangan.

"Akan aku buktikan, kalau mereka salah! Aku adalah pahlawan terkuat, jadi tidak ada yang boleh mengatakan kalau aku ini adalah orang yang salah!" Amiru dengan sangat marah, keluar dari istana. Tidak ada waktu untuk dirinya, terus bermain seperti biasanya.

___To Be Continued__