Flash Back on
Sore itu merupakan waktu senja yang bagus bagi mereka para petani untuk memanen hasil panen yang mereka tanam di ladang, dengan penuh canda dan tawa mereka bersama-sama melakukan pekerjaan mereka dengan riang gembira. Maklum, mereka merasa beruntung karena hasil panen saat ini akan mereka jual sehingga mereka mendapatkan penghasilan yang lebih untuk kehidupan mereka.
"Hei Markus, apakah kau akan pergi ke kota besok pagi? Sebuah pertanyaan yang terlontar dari teman sang kakek Markus pun membuat dirinya menggelengkan kepala.
"Tidak bisa … Sepertinya aku akan menitipkan dagangan ku kepada kalian saja, ada hal yang harus aku bereskan di rumah!" Jawab Kakek Markus kepada mereka, di saat yang bersamaan dengan jawaban kakek markus, terdengar sebuah suara gemuruh yang cukup kencang, membuat perhatian mereka tersita ke arah langit ketika ada dua belas bintang yang sangat terang jatuh dari langit secara bersamaan.
Bintang-bintang dengan cahaya yang indah itu terlihat begitu jelas dan nyata di depan mata mereka semua yang menyaksikannya dan bahkan salah satu dari bintang itu terhempas cukup dekat dengan posisi mereka berada saat ini hingga menimbulkan suara dentuman yang cukup kencang juga angin yang berhembus.
BUMMM!!
Kelima lelaki tua yang kala itu menyaksikan hal tersebut pun saling bertukar pandang dan terdiam cukup lama, sebelum akhirnya mereka semua berpencar untuk mencari di mana bintang tersebut jatuh.
Markus berjalan ke arah yang berbeda dari teman-temannya yang lain, ia berjalan menuju ladang miliknya, yang saat itu posisi ladangnya cukup jauh dari posisi bintang yang terjatuh beberapa saat yang lalu yang sempat mereka saksikan. Mungkin sekitar sepuluh derajat bedanya dari arah posisi bintang itu terjatuh.
Markus sama sekali tidak memerdulikan bintang yang jatuh seperti teman-temannya yang justru sengaja mencari, ia lebih mengkhawatirkan ladang dan rumahnya, ia takut jika ladang dan rumah dirinya hancur karena bintang jatuh tersebut, namun sepertinya tidak ada yang perlu di khawatirkan karena kedua hal yang ia cemaskan, tidak terjadi.
"Hh … syukurlah" ucap syukur Markus seraya mengusap dadanya, merasa lega karena tidak ada yang hancur diantara kedua hartanya. Namun pergerakan tangan Markus terhenti ketika dengan jelas ia dapat mendengar suara tangisan bayi, dan Markus yakin jika suara tangisan itu berasal dari ladang gandumnya yang kini sudah tinggal tumpukan jerami bekas panen.
Merasa penasaran, Markus pun memutuskan untuk berjalan mendekati suara tangisan bayi itu, dengan langkah yang perlahan. Ia memastikan bahwa dirinya tengah mendekati ladang miliknya yang bersebelahan tepat dengan rumah kecilnya yang nyaman.
"Oh!!" Markus terkejut ketika menemukan seorang bayi laki-laki yang menangis dengan histeris di atas tumpukan jerami yang ia biarkan saja menumpuk di ladang itu. Markus menoleh ke kiri dan ke kanan, berusaha mencari seseorang atau siapapun di sana yang tega meletakan bayinya di atas tumpukan jerami kasar itu. Markus yang tinggal seorang diri di rumahnya, membuat dirinya tidak mengetahui siapa yang berani datang dan membuang bayi ini di ladangnya.
"Tega sekali dia" ucap Markus seraya menggendong bayi lelaki mungil yang masih menangis. Hal itu membuat Markus memutuskan untuk menggendongnya dan menenangkannya. Hingga akhirnnya bayi itu tenang di dalam gendongan Markus.
Ketika Markus hendak membawa sang bayi masuk ke dalam rumahnya, pandangan Markus kini tertuju pada sebuah gulungan kertas yang tergeletak di sisi tempat Bayi lelaki ini terbaring tadi, yang mungkin saja berisikan sebuah pesan dari orang tua sang bayi.
Namun sayangnya saat Markus melihat isi gulungan kertas tersebut, kertas itu hanya berisikan sebuah gambar yang tidak diketahui oleh Markus, dan apa makna dari gambar itu. Namun Markus menyadari saat dirinya kembali menatap bayi laki-laki itu. Gambar yang ada di dalam gulungan tersebut sama persis seperti tanda lahir yang di miliki sang bayi yang ada di pergelangan tangan kanannya. Hanya saja garis dari gambar dan tanda milik bayi itu memiliki perbedaan. Markus memang masih merasa penasaran, namun ia tidak bisa untuk terus diam di sana dan membiarkan bayi lelaki itu kedinginan karena cuaca yang dingin, sehingga pada akhirnya Markus memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan menghangatkan bayi laki-laki dalam gendongannya itu.
…
Malam yang sunyi, Markus terus dan tanpa henti menatap sang bayi yang kini tertidur dengan pulas di atas kasur miliknya. Saat ini Markus dihadapi banyak sekali pilihan yang sulit, hal yang pertama ia tidak tahu apakah dia harus merawat seorang bayi seorang diri? Ataukah dia harus menyerahkan bayi itu kepada pihak yang berwenang dan melaporkannya? Namun di sisi lain, ia ingin jika ada seseorang yang menemani hidupnya seperti dulu, seperti di mana saat anak-anaknya masih berada di sisinya dan menemaninya.
"Lagi pula, jika aku menyerahkannya kepada pihak yang berwajib, mereka juga akan menyimpannya di panti asuhan bukan??" gumam Markus kepada dirinya sendiri, dan hal itu pun membuat Markus menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, dan akhirnya ia pun memutuskan untuk merawat bayi laki-laki yang tengah terbaring di hadapannya malam itu.
Sebuah senyuman pun terukir dari bibir Markus, "Selamat datang di rumah baru mu, Lucas" ucap Markus kepada Bayi lelaki yang kini di beri nama Lucas oleh dirinya. Setelah Markus berucap demikian, sebuah sinar yang terang dan indah pun muncul dari tanda yang dimiliki oleh Bayi Lucas, dan hal itu cukup mengejutkan Markus, karena warna dari cahaya itu sama persis seperti warna dari bintang yang melesat dan jatuh di wilayahnya tadi sore.
Dari situlah Markus percaya bahwa Lucas bukanlah seorang bayi malang yang sengaja dibuang oleh orang tuanya, namun Lucas adalah bintang indah yang terjatuh dan berubah menjadi seorang bayi tampan yang ditakdirkan untuk menemani dirinya.
Itulah permulaan Lucas ditemukan oleh sang kakek yang tidak diketahui oleh Lucas. Dan bahkan Markus tidak pernah membicarakan tentang bintang jatuh kepada teman-temannya dan mengakui jika Lucas adalah cucu dari anak dirinya yang meninggal tepat ketika bintang itu terjatuh. Dan ajaibnya, tidak ada satu pun orang yang meragukan cerita dari Markus mengenai cucunya Lucas itu.
FlashBack off
"Aku adalah sebuah bintang yang jatuh??" gumam Lucas bertanya kepada Kakeknya yang kini menganggukkan kepala dan kemudian berucap,
"Aku rasa … Tidak hanya dirimu yang spesial, tapi mungkin saja sebelas bintang yang lainnya pun sama seperti dirimu, Lucas." ucap Kakek kepada Lucas, dan hal itu membuat Lucas menunduk menatap gulungan kertas yang masih berada di dalam kotak yang berada di bawah sana,
"Jadi, ada sebelas bintang lainnya yang sama sepertiku, kakek?? lalu kemana mereka?? di mana mereka sekarang?" tanya Lucas. Mendengar pertanyaan tersebut membuat Kakek Lucas menggengengkan kepalanya, karena dia pun tidak mengetahui di mana bintang lainnya berada.
"Aku tidak mengetahui keberadaan mereka, tapi … Kau bisa mencari mereka jika kau mau … dan itu sepertinya memang sudah menjadi tugasmu, Lucas!" jelas Kakeknya kepada Lucas. Mendengar ucapan yang kakeknya berikan, membuat Lucas merasa ragu dengan tugas tersebut,
"Benarkah itu?" tanya Lucas kepada dirinya sendiri, dan menatap kakeknya yang mengangguk menjawab hal itu,
"Kau harus mencari mereka, Lucas …"