Chapter 7 - Penyelamat

Sinar mentari yang datang menembus jendela sebuah kamar itu menyinari wajah Lucas yang tengah terlelap di atas ranjang yang sangat empuk. Lucas terbangun dari tidurnya karena sinar matahari tersebut terasa mengganggunya. Lucas memandang ke arah sekelilingnya, memikirkan bagaimana dirinya bisa berada di dalam kamar yang sangat rapi tersebut. Karena hal terakhir yang ia ingat adalah saat dirinya di tipu oleh seorang wanita dan lima orang laki-laki yang membawa senjata berbahaya.

Cklek!

Lucas dengan cepat menoleh pada arah pintu, di mana ada seorang anak lelaki yang saat ini berdiri di ambang pintu dengan tangan yang membawa nampan berisi tori dan segelas susu. Anak lelaki itu cukup kaget saat melihat Lucas telah bangun, ia pun berjalan masuk ke dalam kamar sembari melirik kearah lucas berulang kali.

"Oh! Hi… Kau sudah bangun ya?" Anak tersebut bertanya dan meletakan nampan itu di atas nakas di samping kasur di mana terduduk melihat ke arahnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Lucas kepada anak lelaki yang kini terlihat kebingungan dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh Lucas kepada dirinya.

Anak itu menggaruk kepalanya dengan bingung, "Eum … aku yang membawamu ke rumah ku." Ujar anak lelaki itu dengan polos kepada Lucas yang mengerutkan dahinya setelah mendengar jawaban yang janggal tersebut.

"Kenapa kau bisa membawaku kemari?" Lucas kembali bertanya untuk yang ketiga kalinya, dan hal itu membuat anak lelaki tersebut terkekeh.

Ia pun mulai bercerita, "Jadi sebenarnya tadi malam … Aku sedang pergi bersama dengan Bill, Joe dan Erick untuk membeli tiket konser the heaven yang akan dilaksanakan bulan depan. Tapi … ketika kami sedang berjalan dan berbincang, tiba-tiba saja kau muncul di hadapan kami semua membuat kami terkejut karena wajahmu saat itu terlihat sangat pucat seperti hantu!" Jelas anak lelaki itu yang tidak menghiraukan Lucas yang sebenarnya ingin mengajukan kembali sebuah pertanyaan, dan tetap melanjutkan ceritanya, "Tapi kemudian kau jatuh pingsan, sehingga akhirnya kami menyadari bahwa kau adalah seorang manusia! Maka dari itulah aku bersama dengan teman-temanku memutuskan untuk membawamu ke rumahku, karena memang rumah ini adalah rumah yang terdekat dari jalan yang kita lalui tadi malam." Anak lelaki itu lagi dan mengakhiri cerita tersebut dengan mengucapkan kalimat terakhirnya, "Itulah sebabnya kamu ada di kamarku sekarang!" Anak lelaki itu kemudian tersenyum setelah menjelaskan semuanya.

Lucas tercengan dengan apa yang baru saja didengar olehnya, karena anak lelaki itu berbicara seperti kereta api tanpa rem yang melaju dengan secepat kilat. Bahkan Lucas tidak dapat mengingat cerita tersebut secara keseluruhan. "Eum, siapa namamu?" Lucas pun akhirnya bertanya kepada anak lelaki tersebut, pertanyaan yang sebenarnya ingin ia tanyakan dari awal namun dirinya tidak memiliki kesempatan.

"Oh, aku Sam!" Jawab Sam kepada Lucas, Lucas pun menganggukkan kepalanya dan kemudian membalas perkenalan tersebut dengan memperkenalkan dirinya kepada anak bernama Sam itu.

"Aku Lucas … Namaku Lucas, Sam … terimakasih telah membantuku." ucap Lucas. Sam tersenyum seraya memberikan nampan yang berisi roti panggang dan segelas susu yang telah ia bawa itu pada Lucas.

"Jadi … kenapa kau bisa tiba-tiba berada di hadapan kami? Kau muncul seperti seseorang yang memiliki super power, kau tahu???" tanya Sam kepada Lucas yang kini mengambil roti tersebut.

Lucas cukup terkejut saat Sam bertanya seperti itu padanya, "Ak… Ke-kenapa kau bertanya seperti itu kepadaku??" tanya Lucas sedikit tergagap setelah mendengar pertanyaan dari Sam,

"Karena kau muncul di hadapanku, dan teman-temanku secara tiba-tiba! Apakah benar kau memiliki super power?? Atau ah, Aku tahu! Kau melompat dari atas pohon untuk menakut-nakuti kami? Eum … tapi itu tidak mungkin, kau tidak mungkin pingsan setelah mengejutkan kami." Sam berucap, memikirkan hal itu dan menegaskannya sednir. Ia membuat sebuah kemungkinan-kemungkinan yang terjadi yang membuat dirinya melupakan kehadiran dari Lucas yang terus menatap wajahnya dengan tatapan bingung.

'Apa yang harus aku lakukan pada anak ini?? apakah aku harus jujur kepadanya? Atau aku tidak perlu membahasnya?' Itulah tiga pilihan yang ada di dalam pikiran Lucas yang harus ia pilih untuk mengatasi anak di hadapannya ini. Yang pada akhirnya membuat Lucas pun memilih pilihan ketiga.

Lucas mengedarkan pandangannya, melihat ruangan itu dan kemudian bertanya pada Sam yang masih memikirkan kemungkinan-kemungkinan itu. "Apakah kau tinggal sendirian di sini?" tanya Lucas.

Sam terdiam dan menggelengkan kepalanya, "Aku tinggal dengan Nanny dan Daisy … orang tuaku sedang pergi keluar kota, tapi mereka mengizinkan aku untuk membawamu dan tinggal di sini selama satu hari." Jawab Sam. Kemudian Lucas pun menganggukan kepalanya dan tersenyum pada Sam.

"Terima kasih" ucap Lucas, Sam ikut tersenyum dan mengangguk.

Tok - tok - tok

"Sam …??" sebuah suara panggilan dari seorang anak gadis yang sangat imut yang saat ini tengah berdiri di ambang pintu dan menatap keduanya itu membuat Lucas serta Sam menoleh menatap dirinya.

"Daisy?? what's wrong??" tanya Sam kepada Daisy yang kini berjalan masuk ke dalam kamar seraya menoleh dan tersenyum kepada Lucas yang kini membalasnya dengan senyuman.

"Aku lapar … bisakkah kau memesankan chiken untukku?? Nanny mengatakan bahwa dia tidak ingin di ganggu untuk saat ini." Daisy berucap dan meminta kepada Sam, yang membuat Sam menghela napasnya setelah mendengar penjelasan itu. Baby sitter mereka memang tidak bisa di andalkan untuk saat seperti ini, yah … maklum lah, hampir semua baby sitter muda tidak pernah ingin di ganggu ketika mereka menyadari bahwa tidak ada kamera pengawas di rumah yang akan mereka singgahi untuk mengurus anak-anak ini.

"Baiklah … aku akan memesankannya, tunggulah di sini bersama temanku Lucas, kau mengerti??" ucap Sam kepada Daisy yang kini menoleh menatap pada Lucas yang juga melirik menatapnya, yang kemudian membuat Daisy tersenyum dan menganggukkan kepalanya pada kakak laki-lakinya itu.

"Daisy akan menemani Lucas!" ucap Daisy dengan senang. Sam mengangguk seraya pergi meninggalkan keduanya untuk memesan ayam yang diinginkan oleh sang adik.

".…" Keduanya saling termenung satu sama lain untuk beberapa saat setelah Sam keluar dari kamar itu. Lucas yang lama kelamaan merasa canggung itu menoleh pada anak kecil tersebut, sedangkan Daisy hanya terus saja memandangi dirinya tanpa henti.

"Ini!" Ucap Daisy membuat Lucas menatap sebuah plester yang kini di berikan oleh Daisy padanya. Anak itu memberikan plester bekas dirinya pada Lucas dan menempelkannya di punggung telapak tangan Lucas seraya berucap, "Sam mengatakan bahwa kau sakit … Jadi aku memberikan ini agar kau cepat sembuh, Lucas!"

Ucapan Daisy itu membuat Lucas tersentuh dan merasa senang, karena setidaknya ia menemukan dua orang yang benar-benar baik dan memperlakukannya dengan baik. Selain dari kakeknya yang telah tiada.

"Apakah kau sudah sekolah, Daisy?" tanya Lucas yang memulai pembicaraan dengan Daisy yang kini menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari Lucas.

"Ng! Aku masuk ke kinder garden, dan Sam Sekolah Menengah Pertama!" jawab Daisy, yang membuat Lucas menganggukkan kepalanya paham dengan hal itu.

"Apakah kau memiliki banyak teman di sekolahmu, Daisy?" tanya Lucas kembali, sekedar mengajak anak itu untuk berbincang ringan. Dan lagi-lagi Daisy hanya mengangguk menjawab pertanyaan tersebut.

Daisy pun menjelaskan, "Aku memiliki banyak teman! Dan Tim adalah teman baikku!" Jawab Daisy kepada Lucas.

Daisy pun mulai menceritakan kehidupannya di taman kanak-kanak, "Kau tahu?? setiap sekolah, Tim selalu menunggu kedatanganku dikelas! Dia juga selalu memberikanku permen yang disisakannya hanya untukku! Bahkan kami berjanji untuk pergi ke sekolah dasar yang sama … dan … dan … aku sangat senang karena Tim memberikan pin milik kakaknya kepadaku kemarin, apakah kau mau melihatnya, Lucas??" tanya Daisy kepada Lucas, setelah dirinya bercerita cukup panjang kepada Lucas, yang membuat Lucas menganggukkan kepalanya untuk menanggapi pertanyaan itu.

Daisy pun tersenyum dan kemudian mengeluarkan sebuah pin berbentuk kepala ular yang sangat indah dari dalam kantong tas kecil yang selalu dibawa oleh Daisy kemana-mana, katakan saja jika kantung kecil itu adalah barang kesayangannya dan Daisy memperlihatkan pin tersebut kepada Lucas.

Melihat pin berbetntuk kepala ular, membuat Lucas teringat dengan lambang yang ia miliki dan menyadarkan Lucas bahwa ia tidak bisa berdiam saja seperti saat ini. "Apakah itu cantik??" Lucas kini kembali menatap pada Daisy yang bertanya, yang akhirnya membuat Lucas menganggukkan kepalanya dan menatap pin tersebut dengan seksama.

"Pin ini indah" Lucas menjawab pertanyaan itu yang akhirnya membuat Daisy tersenyum dengan cerah menanggapi ucapan dari Lucas.

"Syukurlah! Aku juga merasa bahwa pin ini sangat indah!" Daisy membalas ucapan Lucas dan akhirnya mereka tersenyum dan tertawa.

"Aku menyukaimu! Apakah kau ingin berteman denganku?" Daisy bertanya kepada Lucas yang saat ini tertawa mendengar pertanyaan itu,dan Lucas pun menganggukkan kepalanya untuk menerima ajakan dari Daisy yang kini melompat dengan senang di hadapannya.

"Tentu … mari kita berteman!" itulah jawaban yang diberikan oleh Lucas kepada Daisy.