Bab 6.
Joe dan Adrian tiba di rumah sakit, sebelumnya mereka sudah menghubungi Andre, Dokter itu sudah menunggu kedatangan mereka di depan Rumah sakit.
Joe meletakkan Farah di brankar Suster langsung mendorong, membawanya ke ruang UGD untuk di priksa.
"Adrian, dia harus mendapatkan perawatan khusus mentalnya terganggu," ucap Dokter itu menjelaskan.
"Berikan penanganan untuknya, namun aku tak mau dia berada di Rumah sakit, rawat saja Wanita itu di rumah," ucap Lelaki itu dengan datar tanpa ekspresi.
"Joe, persiapkan apa saja yang di butuhkan oleh Wanita itu," titah Adrian, pria itu lantas pergi begitu saja.
"Baik Tuan." Joe langsung membungkukkan kepalanya dan melaksanakan perintah Adrian.
Andre hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku temannya itu, namun dia merasa senang, karena Adrian mau mendengarkan ucapannya dan merawat Wanita itu.
Setelah semua keperluan medis telah siap, Dokter Andre dengan sabar merawat Farah dan memberikan penanganan yang terbaik untuknya.
Kondisi Farah berangsur- angsur membaik, namun kondisinya masih harus di pantau.
"Bagaimana keadaan Wanita itu," tanya Adrian pada Andre saat mereka tengah berada di bar mini milik Adrian.
Andre meminum, minumannya sudah lama dia tak duduk berdua dengan sahabatnya itu.
"Dia baik-baik saja perkembangannya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, beruntung dia memiliki tekat hidup jika tidak, kau akan kehilangan Istri secantik dia," ujar Dokter Andre
"Jika kau tidak menginginkannya lagi lepaskanlah, biarkan dia hidup bahagia, berikan dia padaku, dengan senang hati aku akan menampungnya," canda Andre pada sahabatnya.
Adrian melotot tajam kearah Andre, namun lelaki itu malah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi sahabatnya.
Andre pulang setelah tugasnya selesai, sedang Adrian melangkahkan kakinya menuju kamar Farah, dia ingin melihat wanita itu.
Entah kenapa dia sendiri merasa heran dengan sikapnya ini. Dia tak mengerti kenapa dia berubah, namun sebisa mungkin dia menepis semuanya.
"Untuk apa kau datang kemari, belum puaskah dirimu menyiksaku, kau bahkan menuduhku melakukan sesuatu yang tak ku lalukan," ucap Farah tanpa menatap kearah Adrian
Adrian menarik sudut bibirnya, "Sudah berani sekali kau mempertanyakan tindakanku." Adrian mendekat kearah Farah.
Lelaki itu melihat Farah menitikkan air matanya, Adrian menarik dagu Farah agar dia melihat kearahnya.
"Jangan buang-buang air matamu aku takkan pernah merasa iba, karenamu aku kehilangan orang yang aku cintai," ucap Adrian langsung mencekram dengan kasar dagu Farah, hingga dia meringis kesakitan.
"Sudah aku katakan jika bukan aku pembunuhnya, kelak kau akan menyesal saat mengetahui kebenaran yang sesungguhnya." Farah memandang lurus kedepan tanpa menoleh sedikitpun kearah Adrian.
Ada penekanan disetiap kata-kata yang keluar dri mulutnya, Wanita itu terlihat lebih berani dari sebelumnya.
Farah sebenarnya takut, namun dia memberanikan diri untuk berucap seperti itu. Dia bertekat akan melawan Adrian, karena memang dia tak salah.
Farah teringat akan perkataan Dokter Andre, bahwa dia akan membantu Farah mengungkap semuanya.
Dokter itu meminta Farah untuk berani dan kuat agar Adrian tak selalu menyiksanya, bahkan Dokter itu memberi tahu Farah tentang sebuah rahasia.
Dibalik sikap kejam dan dinginnya seorang Adrian terdapat kasih sayang di dalamnya, jika tidak Adrian tak akan mengizinkannya merawat Farah.
Farah percaya begitu saja dengan ucapan Dokter Andre, dia bertekat akan membuat Adrian berubah.
Pandangan mereka bertemu, Adrian menatap mata indah Farah, mata teduh itu mampu meluluhkan hati Adrian.
Adrian lantas melihat bibir ranum Farah, bibir itu membuat rasa aneh di tubuhnya, Adrian ingin menyesap rasa manis bibir itu kembali.
Adrian terus saja mengingat malam saat dia bergumul dengan Farah, Wanita itu benar-benar masih suci.
Tubuh itu membuat candu, hanya dengan membayangkannya saja tubuh bagian bawah Adrian sudah bereaksi.
"Ah sial, kenapa aku harus memikirkan perempuan itu, aku tidak boleh goyah sedikitpun," ucapnya, Adrian dalam hatinya.
Dia mengalihkan pandangannya lalu meninggalkan Farah di kamarnya, menutup dengan kasar pintu itu.
Adrian berjalan menuju kamarnya, ada sesuatu hal yang harus dia tuntaskan, wanita itu membangunkan sesuatu milik Adrian.
Setelah menuntaskan aktifitasnya di kamar mandi Adrian lantas kembali bekerja, saat malam tiba lelaki itu pulang ke kediamannya.
Adrian menghentikan langkahnya saat dia berada di depan pintu kamar Farah, dia masuk kekamar itu memastikan keadaan Farah.
Wanita itu sedang tertidur pulas di ranjangnya, namun aneh sekali Adrian membiarkannya begitu saja, tanpa memarahi wanita itu.
Pagi hari menjelang Adrian telah siap dengan setelan jasnya, dia akan berangkat kekantor dan memulai pekerjaannya,
Farah saat ini sedang berada di dapur, dia memberanikan diri untuk melangkahkan kaki kesana.
Perutnya perih terasa lapar sekali, wanita itu kedapur untuk mencari makanan disana. Farah tidak tahu jika Adrian sedang memperhatikannya disana.
Adrian lalu menghampiri Farah yang sedang menyantap makanannya dengan sangat lahap.
"Sedang apa kau disini?" tanya Adrian pada Wanita itu.
Farah membeku dia terdiam, tak tahu jika Adrian akan pulang secepat ini. Farah takut jika disiksa kembali.
A ... Aku, Aku lapar sekali perutku perih, sudah dua hari aku tidak makan," ucap Farah lirih dia sudah sangat ketakutan.
Adrian hanya diam saja tak menanggapi ucapan Farah, ada rasa Iba dihatinya. Melihat perempuan itu.
Adrian lalu membiarkan Farah melanjutkan kembali makannya, lelaki itu melangkah pergi meninggalkan Farah di dapur.
"Apa aku tak salah, dia mengizinkan aku untuk makan, ada apa dengannya," batin Farah, dia berfikir bahwa Adrian akan marah dan menyiksanya kembali.
Farah menghabiskan makanannya, lalu bergegas ke kamarnya untuk beristirahat, dia bingung harus melakukan apa.
Hari telah berlalu begitu cepat sang mentari digantikan oleh senja, Farah melangkah kedapur menyiapkan makan malam, dia mulai memasak.
Adrian pulang pukul tujuh malam, dia melihat Farah sedang menyusun makanan di dapur dia lantas melangkah menuju kamarnya dan mmbersihkan diri.
Setelah selesai dia kembali turun dan melangkah kemeja makan. Melihat hidangan makan malam disana.
Aroma dari masakan itu menggugah selera membuat perut Adrian berbunyi, Lelaki itu lantas mengambil piring dan mulai memakan makanan itu.
"Hemm, tidak buruk, rupanya dia pintar memasak." Adrian melahap habis makanannya setelah itu dia langsung pergi ke atas
Saat dia hendak kekamarnya, Adrian melihat kamar Farah sedikit terbuka, Lelaki itu lantas masuk mencari-cari keberadaan Farah.
Farah sedang berada di kamar mandi membersihkan diri, Adri langsung merebahkan tubuhnya di ranjang milik Farah.
Setelah selesai mandi Farah tertegun melihat Adrian sudah terbaring di tempat tidurnya.
"Apa aku salah masuk kamar, kenapa dia ada disini," gumam Farah, Wanita itu melihat keseluruh isi ruangan, itu benar kamarnya.
Farah hanya berdiam diri mematung di depan pintu, dia tak tahu harus masuk atau keluar kembali, Farah tak ingin Adria menyiksanya kembali.
"Sedang apa kau disana?" tanya Adrian dengan keadaan matanya masih terpejam.
"Bagaimana dia bisa tahu aku berdiri disini sedangkan dia menutup matanya, apa dia memiliki indra keenam?" Farah bertanya dalam hati, lelaki itu susah ditebak.
Farah memberanikan diri melangkah, dia lantas memilih tidur di lantai, Adrian membiarkan wanita itu meringkuk disana, mereka langsung terlelap.