Chereads / Pengantin Tuan Muda Arogan / Chapter 12 - Kenangan

Chapter 12 - Kenangan

Pengawal itu mati ditangan Adrian, lelaki itu memukuli mereka hingga babak belur, melampiaskan amarahnya karena mereka belum juga menemukan bukti apapun.

Penyelidikan tetap berlanjut, sudah satu bulan Adrian menyelidiki kasus Vania, tetap saja tak menemukan celah apapun, semua bukti mengarah pada Farah.

Awalnya Adrian juga tidak percaya, hingga dia mau melakukan penyelidikan lagi terlebih dokter Andre sahabatnya begitu yakin jika bukan Vania dalang dari semuanya.

Ada orang lain yang bermain di belakang layar mengkambing hitamkan wanita itu, Adrian pun memulai penyelidikannya, ia juga tak ingin salah sasaran namun jika terbukti Farah adalah dalang dari semua ini, maka ia akan membunuh wanita itu dengan sangat keji.

Bukti kuat terus saja mengarah pada Farah, karena sebelum kematian Vania dan Farah sempat bertengkar, terbukti dari ponsel Farah yang telah di sadap oleh Adrian, dia mengetahui seluruh isi pesan dari percakapan pertengkaran mereka.

Dalam pesan tersebut Vania memohon pada Farah agar wanita itu tak mencelakainya, dan itu menjadi pesan terakhir sebelum Vania kecelakaan dan meregang nyawa.

Penyelidikan yang di lakukan oleh Adrian sudah sangat begitu sempurna, seberapa keras ia mengangkat tetap saja semua bukti berakhir pada Farah, dan mengarah pada dirinya.

Saat itu juga Adrian yang geram pun langsung melakukan tindakan, baginya nyawa harus dibalas dengan nyawa, apa lagi itu menyangkut dengan orang yang dia sayang.

Alasan Farah dan semua alibinya tidak kuat, semua bukti mengarah pada gadis itu, terlebih ia di temukan tak jauh dari lokasi tempat Vania kecelakaan, seolah mengkonfirmasi bahwa Farah sedang melancarkan aksinya.

Di samping itu histori pesan percakapan mereka hingga fakta bahwa Farah sudah menyukai Adrian jauh sebelum Adrian mengenal Vania.

Keputusan Adrian adalah mengakhiri hidup Farah seperti Farah mengakhiri hidup Vania. Namun ia tak lantas membunuh gadis itu melainkan menyiksanya terlebih dahulu.

***

Kejadiannya beberapa hari sebelum Adrian memutuskan untuk menikahi Farah.

Adrian menghasut ayah Farah dengan memberikan dukungan modal.pada perusahaannya, agar bisa lebih berkembang lagi.

Adrian sudah yakin dengan niat membunuhnya, ia pun menemui gadis itu, dan menikahi gadis itu demi melancarkan aksinya.

Dia sudah bertekat dengan niatnya itu, rasa sakit hati serta dendamnya membuncah menguasai diri Adrian.

Dengan dendam dan kemarahan yang besar, lelaki itu menemui Farah, gadis itu menyambutnya dengan senyum palsu dan pandangan yang tidak berubah padanya.

Mata yang sama saat pertama kali mereka bertemu, ada sesuatu yang berubah, dendam serta rencana yang ia bawa hancur seketika.

Pertahanannya runtuh, seperti ada yang aneh setiap kali dia melihat Farah saat ada di dekatnya. Hingga dia merubah rencananya.

Harusnya acara rencana pernikahan Adrian dan Farah tak pernah terjadi, karena Adrian kala itu berencana akan langsung melenyapkan Gadis tersebut.

Pandangan mata Farah yang tak pernah berubah, dan senyum manisnya mampu meluluh lantahkan perasaanya, Adrian lantas terdiam saat melihatnya.

Entah ia mendapat pikiran gila darimana, ia lantas mengajak Farah untuk menikah paksa dengannya, menarik tangan wanita itu, untuk mau menerima lamarannya.

Ia seperti mencari alasan untuk tak langsung melenyapkan wanita itu, dan dia berfikir untuk menyelidiki kasus itu kembali.

Kemarahan, dendam, kehilangan bercampur jadi satu dalam dirinya, ia lantas mempunyai alasan dengan menikahi gadis itu untuk menyiksanya.

Semua opini dan pernyataan Vania, tentang perbuatan Farah selama ini, di tumbangkan oleh Farah setelah satu bulan menikah dengan Adrian.

Mempertahankan Farah dengan menikahinya hanyalah sebuah alasan untuk penyiksaan gadis tersebut dan tidak mengambil hidupnya.

Ia bertekat untuk membalaskan dendamnya pada wanita itu, laki-laki selalu berpegang teguh pada ucapannya dan ia akan melakukan apa yang telah diucapkannya.

Maka dari itu dia ingin lebih memastikan lagi, mencari alasan lain, mencari sesuatu yang bisa memperkuat opini kematian Vania, tapi dia pun mencari alasan bagaimana mempertahan ya hidup dari Seorang pembunuh, agar ia dapt membuktikan bahwa Farah lah yang memang telah membunuh Vania.

Dia tak akan di salahkan karena dia membunuh seorang pembunuh seperti Farah.

"Andre mati-matian kau membela gadis itu, seberapa keras kau berusaha tetap saja semua bukti akan berakhir pada Farah," geram Adrian pandangannya seketika berubah.

Ia tak habis fikir apa yang di lakukan sahabatnya itu kenapa dia begitu yakin dan percaya bahwa bukan Farah pelakunya.

Adrian menatap lukisan foto pernikahan ia dan Farah, begitu menyedihkan foto itu di letakkan di belakang foto pertunangannya dengan Vania.

Ia meletakkan kembali lukisan itu pada tempatnya, lalu pergi meninggalkan kamar tersebut, Adrian lantas pergi kekamarnya.

Lelaki itu sekarang ada di kamar mandi mengguyur tubuhnya dengan air dingin di bawah shower, berusaha menghilangkan kesedihan yang ada dalam dirinya.

Cukup lama laki-laki itu membersihkan diri setelahnya ia lantas keluar, mengambil piamanya lalu merebahkan diri diatas ranjang king size miliknya.

Ia memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak, ia merasa sangat lelah sekali, kasus Vania benar-benar menguras tenaganya.

Saat ia terlelap dalam tidurnya, Adrian berada di suatu tempat, ia melihat seorang wanita berbaju Putih sedang berdiri di tamanemandang kearah danau yang ada di hadapannya.

Adrian melangkah mendekati wanita itu, ia sendiri tak tahu siapa wanita itu, namun ia mengira bahwa itu adalah Vania.

"Vania, sayang ... Benarkah itu kamu?"

Ia terus memanggil wanita itu dengan sebutan sayang, namun sang wanita tak meresponnya. Ia tetap memandang ke arah danau tanpa mengalihkan pandangannya itu.

Saat Adrian telah sampai di dekat wanita itu, dan ingin menggapai tangannya, ia langsung berlari menjauh dari Adrian.

Adrian terus saja berlari mengejar wanita itu sampai ia terjatuh, samar-samar ia melihat wajah gadis itu, ia bingung dan frustasi karena tak dapat mengenali wajahnya.

Adrian lantas bangun dari tidurnya, ia terengah-engah seperti habis bermimpi yang buruk.

Ia turun dari ranjang keluar kamar dan menuju kedapur mengambil air dingin disana, ia duduk sendiri di mini bar, sambil menyesap minuman dinginnya.

Setelahnya ia langsung keruang kerja, duduk di kursinya dan mulai membuka laptopnya, ia sudah tidak bisa tidur kembali, hal yang ia lakukan hanya memeriksa pekerjaannya.

Waktu berlalu dengan cepat Adrian masih fokus dengan berkas dan file yang di kirim ke emailnya, ia mengerjakan sua yang bisa ia kerjakan, tanpa terasa lelah melanda dirinya.

Ia merasakan kantuk yang luar biasa, matanya sungguh berat, ia berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan tersebut.

Adrian lantas merebahkan dirinya, dan langsung terlelap dalam tidurnya, karena rasa kantuknya ia sampai telat untuk ke kantor hari ini.

Joe sudah ada di ruang kerja bosnya, ia lantas membangunkan Tuanya itu.

"Tuan, tuan bangun ini sudah pukul 09.00 kita ada rapat hari ini, ya g tak bisa Tuan hindari lagi," ucap Joe membangunkan Adrian.

Adrian membuka matanya dan mulai ingat jika dia ada rapat yang sangat penting, ia lantas bergegas lari ke atas menuju kamarnya dan bersiap.