Farah hanya diam saja mendengarkan perkataan Adrian, ia tak mengeluarkan suara apapun terlalu takut.
Setelah mengatakan itu Adrian lantas pergi meninggalkan Farah seorang diri di meja makan, ia melangkah ke arah ruang kerjanya.
Farah menatap punggung Adrian yang perlahan menjauhinya, hingga ia benar-benar hilang dari pandangannya.
Farah pun semakin membulatkan tekadnya untuk pergi menjauh dari Adrian, ia berniat meminta pertolongan dari dokter Andre.
Namun ia sedikit ragu, karena dokter Andre adalah sahabat dari Adrian, Farah takut jika dokter Andre akan berpihak pada Adrian.
Farah merasa amat sangat sedih meratapi nasibnya, ia tak menyangka akan mencintai orang seperti Adrian.
"Aku sekarang paham bahwa sejak pertama kali kau menuduhku dan menyakitiku, hatiku, tubuhku serta hidupku sama sekali tak berarti untukmu. Lakukanlah hingga kau merasa puas, tapi saat kau mengetahui kebenarannya aku sudah pergi dari hidupmu," ucap Farah, ia masih menatap ketempat dimana Adrian berada.
Farah mengusap air matanya lalu ia pun meninggalkan tempat makan dan langsung pergi ke kamarnya.
Farah sangat yakin walaupun dia pergi dan menghilang, Adrian tak akan merasa kehilangan sama sekali atau bahkan ia tak akan menyadari kepergiannya.
Sedang di sisi lain, Adrian merutuki dirinya karena hilang kendali dan mengatakan sesuatu yang menyakiti hati Farah.
Ia merasa sangat tak berguna karena tak bisa mengontrol emosinya saat Farah mengatakan hal tersebut, lelaki itu tak mampu mengungkapkan sesuatu hal yang mampu mengambil hati Farah, selalu saja berakhir dengan menyakitinya.
Farah mulai membaringkan diri di tempat tidur ia menangis, hingga terlelap.
Adrian yang merasa bersalah pun tak berani untuk menghampiri Farah, egonya sungguh sangat tinggi sebagai seorang laki-laki.
Lewat tengah malam Adrian baru masuk kedalam kamarnya, ia melihat Farah tertidur di ranjang, ia pun mulai mendekatinya.
"Maafkan aku, atas apa yang ku ucapkan tadi, aku sungguh menyesal," ungkap Adrian ia duduk di tepi ranjang sambil membeli kepala Farah dengan lembut.
Adrian lalu mengitari tempat tidurnya lalu tidur di samping Farah, wanita itu sebenarnya sudah bangun saat Adrian membuka pintu dan masuk kedalam kamar.
Namun dia pura-pura tidur dan tak ingin melihat Adrian, Farah mendengar semua yang diucapkan oleh Adrian, akan tetapi wanita itu enggan untuk mempercayai ucapannya.
Pagi harinya seperti biasa Farah menyiapkan sarapan, ia tetap melaksanakan tugasnya sebagai istri.
Adrian datang menghampiri dirinya dengan menuruni anak tangga, mereka pun makan bersama dalam keheningan.
"Aku ada rapat sebentar, bersiaplah, aku akan menjemputmu nanti, kita makan siang bersama di luar," ucap Adrian memecah keheningan.
Farah melihat ke arah Adrian saat ia berkata seperti itu. Namun ia tetap diam saja.
"Apa kau tak ingin keluar bersama suamimu ini, hanya untuk sekedar makan siang diluar?" Adrian menatap Farah dengan penuh harap.
Mendengar kata suami Farah pun akhirnya menerima ajakan Adrian padanya.
Setelah kepergian Adrian, Farah membersihkan rumahnya lalu mempersiapkan diri untuk pergi bersama Adrian.
Adrian sengaja mengajak Farah untuk makan siang sebagai ucapan maaf atas apa yang ia lakukan tadi malam.
Ia ingin memperbaiki semuanya, memulai hubungan yang baik dengan Farah, ia sudah bertekat bahwa Farah akan menggantikan posisi Vania.
Setelah jam makan siang benar saja Adrian menjemput Farah dan mereka makan bersama, Farah senang akhirnya setelah sekian lama dia menikah dy keluar juga dari rumah itu walau hanya sekedar makan di luar.
Sikap Adrian benar-benar baik, mereka layaknya pasangan suami-istri pada umumnya yang terlihat bahagia.
Setelah makan siang mereka berbelanja keperluan Farah seperti baju dan perlengkapan lainnya.
"Untuk apa kita kesini?" tanya Farah heran, karena Adrian bukan hanya mengajaknya makan siang namun mereka skrg sedang berada di butik sebuah pakaian dengan brand ternama.
Adrian tersenyum manis pada Farah lalu mengandeng tangannya dan berkata, "Kita akan berbelanja pakaian kamu sayang, aku ingin kau terlihat cantik sepanjang hari, kau adalah istriku, istri dari seorang Adrian kau harus merubah tampilanmu ini, kau istri dari seorang tuan muda."
Adrian memberi kebebasan kepada Farah untuk memilih apa yang dia suka, Farah akhirnya memilih baju da gaun yang membuat dia nyaman.
Tak hanya pakaian mereka pun berbelanja tas sepatu, mereka ke supermarket membeli sayur buah dan keperluan lainnya.
Sesampainya di rumah Adrian meminta bibi untuk meletakkan semua belanjaan itu kedalam rumah, Adrian dan Farah pun masuk kedalam kamar mereka.
"Istirahatlah, biar bibi yang mengerjakan segala sesuatunya di rumah ini, tugasmu hanya mengawasi pekerjaan mereka."
"Tapi ...,"
"Sekarang segala sesuatu yang ada di rumah ini, aku serahkan padamu, karena kau adalah istriku nyonya rumah ini," ujar Adrian memotong ucapan Farah.
Farah terkejut mendengarnya ini sudah ketiga kalinya Adrian mengklaim dirinya sebagai istri, ia bingung dengan lelaki itu sikap nya benar-benar berubah hari ini.
Adrian bersikap layaknya suami pada umumnya. Memperlakukan Farah seperti istrinya, Farah hanya diam saja menuruti ucapan Adrian.
Hari-hari pun berlalu Adrian benar-benar bersikap baik padanya, dia benar-benar berubah, Farah mulai luluh oleh perlakuan manis Adrian.
Namun ia tak ingin di tipu kembali oleh lelaki itu. Hari ini Farah hendak bertanya pada Adrian ia harus tegas, dirinya tak ingin di permainkan ag olehnya.
Saat jam makan malam Farah sudah bersiap menyambut Adrian, ia memasak dan menyiapkan Makan malam untuk suaminya.
Adrian pulang pukul tujuh malam ia langsung bergegas ke kamar dengan di ikuti Farah di belakangnya.
Lelaki itu lantas mandi, Farah mssih setia menunggunya di kamar sambil menyiapkan pakaian untuk suaminya.
Setelah Adrian selesai mandi mereka pun bergegas kebawah dan makan malam bersama, seperti biasa mereka makan dalam keheningan.
Adrian selesai makan ia hendak pergi keruang kerjanya.
"Apa kita bisa berbicara? Aku ingin bicara padamu." Farah memberanikan diri bertanya pada Adrian.
Adrian tersenyum ini kali pertamanya Farah mengajak dirinya berbicara.
"Tentu saja, malam ini waktuku hanya untukmu,"ia tersenyum menggoda ke arah Farah.
Degup jantung Farah berdetak degan kencang saat melihat senyum manis yang Adrian tunjukan, pipinya merah merona seketika.
Adrian begitu gemas melihat Farah yang seperti itu ingin sekali ia memeluk wanita di depannya namun ia tak akan membuat kesalahan lagi.
Merek duduk di ruang tamu, Farah merasa gugup da takut namun ia harus memberanikan dirinya kali ini.
"Kenapa dengan sikapmu selama ini?"
Adrian melihat ke arah Farah, ia bingung, sikap dia yang mana yang di pertanyakan oleh istrinya itu.
"Kenapa kau berubah menjadi begitu baik, bukankah kau membenciku dn menuduhku membunuh tunanganmu?"
Sekarang Adrian paham akan maksud dari Farah mempertanyakan sikapnya.
"Aku hanya bersikap sewajarnya, aku ingin memperbaiki semuanya, kita jalani hubungan ini sebagaimana mestinya, aku minta maaf akan sikap ku selama ini, aku ingin kita melupakan semuanya dan memulai hidup kita ag dengan lembaran baru."
Adrian mendekati Farah dia duduk di bawah lalu meletakkan kepalanya di paha Farah.
"Aku tau, aku salah aku berusaha melupakan semuanya, aku ingin kita menjadi pasangan suami istri yang sesungguhnya," ungkap Adrian
Farah terkejut mendengarnya, "Benarkah yang diucapkannya itu?" tanya Farah dalam hatinya. Ia sungguh tak percaya Adrian melakukan ini semua.