Farah masih saja mendapatkan perlakuan kasar dari Adrian, ternyata sikap baik Adrian selama ini hanya karena kondisinya yang sedang sakit.
Sekarang saat Farah sudah sembuh dia masih berlaku kejam, menyiksa Farah, bukan hanya itu Dia masih saja menghina Farah dan melukai Farah dengan kata-katanya.
Farah hanya bisa menangis meratapi nasib yang sedang dia jalani saat ini. Sesekali dia ingin memberontak, namun dia tidak memiliki daya apapun.
Farah masih saja takut, tatapan tajam mata Adrian saja mampu membuatnya bergetar karena ketakutan.
Seperti kemarin Adrian melecehkannya lagi, melakukannya dengan paksa walaupun Farah sudah menolaknya, dia trauma akan perlakuan kasar Adrian.
"Aku mohon, jangan lakukan itu lagi padaku, kau boleh menyiksaku, memukulku, tapi tolong jangan lakukan ini."
Adrian tetap saja melakukannya walaupun Farah menangis dan memohon padanya agar tidak melakukan itu.
Lelaki itu sudah di kuasai hawa nafsunya sendiri hingga tak menyadari perbuatannya sudah bagaikan iblis.
Perasaannya pun telah berubah perasaan cintanya pada Adrian perasaan hangatnya hilang begitu saja karena perlakuan kasar Adrian terhadapnya.
Hati Farah mulai membenci Adrian, tak ada lagi rasa kagum akan sosok Adrian, seperti yang dia rasakan dahulu.
Karena dia wanita pendiam dan polos Adrian lantas memperlakukannya seperti itu bahkan tak memandangnya sama sekali.
Farah hanya bisa menangis meratapi ketidakadilan yang terjadi dalam hidupnya yang merenggut hati dan perasaannya.
Farah sudah tidak tahan lagi, ia tidak sanggup menerima siksaan hingga pelecehan seperti ini dari Adrian.
"Sekarang aku sudah kotor, menjijikkan, kenapa dia melakukan aku seperti ini!" teriak Farah.
Wanita itu mengusap dengan kasar seluruh tubuhnya, saat dia mengingat perlakukan Adrian terhadap dirinya kemarin.
Aku tidak membunuh tunangannya, aku bukan pembunuhnya, kenapa aku harus di perlakukan kejam, hanya karena aku lemah dan penakut," Ia menjerit meluapkan gemuruh di dada, seolah ingin di dengar, tapi sayang tak ada orang disana.
Siapapun yang di perlakukan seperti itu pasti hatinya lambat laun akan berubah, meskipun Farah wanita yang lemah, tidak semestinya dia mendapat perlakukan tidak manusiawi seperti itu.
Farah ingin mengakhiri semuanya, agar rasa sakit dan ketidakadilan yang dia terima bisa hilang tanpa jejak.
Farah Merasakan sakit yang luar biasa dia sedang berada di titik terlemah dalam hidupnya, bahkan kini imannya mulai goyah.
Dia sudah tidak tahan lagi dan sudah tidak sanggup menahannya, dia sudah lelah mendapatkan siksaan yang terus-menerus.
Farah berbuat nekad dengan menggores nadinya sendiri, farah memecahkan gelas minumannya, darah segar lantas menetes di lantai.
Selamat tinggal Adrian, selamat tinggal dunia, setelah ini aku akan bisa terbebas dari semua siksaan Adrian.
Salah satu pelayan datang kekamar Farah, pelayan itu ingin mengantarkan makanan untuknya, pelayan itu kaget melihat Farah bersimbah darah.
Ia langsung berlari menghampiri Tuannya, mencari keberadaan Adrian dalam rumah itu.
"Tu ... Tuan, Non Farah Tuan," ucapnya sambil mengatur nafas.
"Ada apa lagi dengan Wanita itu, cepat katakan," tanya Adrian.
Pelayan tua itu langsung berkata, Non Farah bunuh diri Tuan,"
Adrian kaget mendengarnya di langsung saja berlari menghampiri Farah, saat di depan pintu, lelaki itu melihat banyak sekali darah yang keluar dari nadinya.
"Joe, siapkan mobil kita kerumah sakit sekarang," ucap Adrian langsung menggendong Farah dan membawanya turun kebawah.
Joe sudah siap dengan mobilnya, dan mengantar mereka ke rumah sakit.
"Cepat Joe, kenapa jalanmu lambat sekali," bentak Adrian dia merasa Joe pelan mengemudikan mobilnya padahal dia sudah sangat kencang kecepatannya sudah di batas maximal.
Joe memperhatikan wajah panik Tuannya. Dia mengerutkan kening, apakah dia tak salah liat seorang Adrian yang terkenal dingin dan kejam bisa panik seperti itu.
"Kenapa kau melakukannya, aku sedang menyelidiki kasus itu, kau tak boleh mati sebelum aku menemukan kebenarannya kau hanya boleh mati di tanganku."
Adrian melihat ke arah Farah wanita itu pucat sekali, sesampainya di rumah sakit dia meminta Andre untuk memeriksa kondisinya.
Untunglah Farah bisa di selamatkan, setelah mendapatkan pertolongan dia mampu melewati masa kritisnya, walaupun sempat kehilangan banyak darah.
Farah masih tak sadarkan diri, Adrian duduk disamping Farah menatap dengan lekat wanita itu, wanita yamg sekarang menjadi istrinya.
Adrian sadar betul akan sikapnya selama ini, dia begitu kasar pada Farah bahkan tidak manusiawi, menyiksa dan merendahkannya.
Rasa bencinya yang membuat dia kehilangan akal, seharusnya dia menyayangi istrinya, memperlakukannya dengan baik, namun Adrian tidak bisa seperti itu.
Dia tidak bisa berlaku baik pada wanita yang membunuh tunangannya, harusnya dia bersama Vania saat ini.
Hidup dengan bahagia menikmati bulan madu mereka, semua gagal dan hancur hanya karena Farah, jika menginggat-ingat hal itu emosi Adrian tak terkendali.
Dia amat sangat mencintai tunangannya itu, dan tak ada satupun yang boleh menyakitinya, satu tetes air matanya saja bisa membuat Adrian meluluh lantahkan orang tersebut.
"Sadarlah kau harus menebus semua dosa-dosamu itu padaku, aku tak rela jika kau mati karena bunuh diri,"
Adrian masih saja berkata seperti itu, dia masih menatap tajam ke arah Farah. Suasana di ruangan itu begitu sunyi karena hanya ada mereka berdua.
Adrian terlihat sedang menelevon seseorang, dia begitu serius sekali mendengarkannya.
"Joe, siapkan keberangkatan kita hari ini, aku sendiri yang akan menyelidiki semua ini." Ardian melangkah berjalan mendekati ranjang Farah.
Joe membungkukkan badannya dia langsung berjalan untuk melaksanakan perintah Tuan mudanya itu.
"Aku akan pergi sebentar untuk suatu urusan, maaf aku meninggalkanmu, cepatlah sadar, aku akan meminta orang untuk menjagamu."
Adrian tetap saja mengajak Farah berbicara walaupun dia masih belum sadar juga, sebelum pergi Adrian menemui Andre di ruangannya.
Adrian langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dan duduk di depan Andre.
"Tolong kau jaga wanita itu, jangan sampai dia kabur saat sadarkan diri nanti, aku akan pergi sebentar untuk mencari kebenaran itu."
"Jika terbukti dia bersekongkol dan melakukan pembunuhan pada kekasihku, maka akan ku pastikan hidupnya akan seperti di neraka."
Andre melihat kearah sahabatnya itu, dia tak percaya kenapa Adrian begitu yakin jika Farah melakukan itu.
"Jika terbukti bukan Farah pelakunya, bagaimana? apakah kau akan menerimanya sebagai Istrimu, atau kau akan melepaskannya?" tanya Andre pada sahabatnya itu.
Adrian pun diam terpaku, dia tak memikirkan tentang itu, dia begitu yakin jika Farah yang membunuh Vania tunangannya.
Jika bukan Farah yang membunuh, dia pun belum memikirkan langkah apa yang akan dia ambil.
"Kau harus membuat keputusan Adrian, karena jika bukan Farah yang melakukannya, kau benar benar harus menerimanya atau melepaskannya." Dokter Andre melanjutkan ucapannya karena Adrian hanya diam saja tak memberikan jawaban.
"Baiklah akan Aku pikirkan nanti," ucap Adrian berlalu pergi begitu saja dari ruangan dokter Andre.
Andre hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah sahabatnya itu. Andre bertekat akan membantu Farah dan berusaha melindungi wanita itu. Dia merasa kasihan padanya.