Zhao Yang memperhatikan kotak kecil berlapis kain sutra berwarna biru langit. Pandangannya lurus sembari menatap raut Zhi Yang dengan penuh kejutan. Zhi Yang masih merundukkan pandangannya sambil memegang kuat dari kotak hadiah tersebut.
Zhao Yang meraih kotak itu secara perlahan, sedangkan Zhi Yang mulai mendongakkan dagunya ke depan pandangan.
Raut Zhi Yang mulai memperlihatkan dua bola merah merona di kedua pipinya. Ia pun membungkukkan badan untuk segera pamit dari hadapan Zhao Yang.
"Kalau begitu, maaf telah merepotkan tuan untuk datang ke sini. Aku permisi dulu, sampai jumpa!" pamit Zhi Yang mulai menyelinap langkahnya ke samping tubuh Zhao Yang.
Dengan cekatan, Zhao Yang meraih lengan Zhi Yang dengan kuatnya. Pergelangan tangan Zhao Yang seakan mengenggam erat dari lengan Zhi Yang.
Sontak, mata Zhi Yang terpelangah dengan pencegahan pria itu kepadanya.
"Kau belum mengetahui namaku," sebut Zhao Yang.
Zhao Yang membalikkan badan sembari melepaskan genggaman tangannya dari Zhi Yang. Namun, Zhi Yang lebih terheran dari sikap pria yang baru saja ia kenal. Matanya menatap lurus diikuti garis kening saling bertautan.
"Kenapa aku harus tahu namamu??" lontar Zhi Yang cemas.
Zhao Yang melirik lurus ke bola mata, hingga merubah sikap dari Zhi Yang kepadanya. Zhi Yang akhirnya membuang muka ke lain arah. Dimana pandangan lurus itu tidaklah menenangkan.
"Kita mungkin tidak bisa bertemu lagi, tetapi kalau tidak ingin mengetahui namaku itu tidaklah masalah," keluh Zhao Yang mengangguk percaya diri.
Zhi Yang mengerutkan kening dengan tatapan sedikit keheranan. Zhi Yang memiringkan kepala bersama dengan rautnya yang dipenuhi dengan keanehan di mata Zhao Yang.
"Sudah selesai, bukan? Aku harus pergi," pamit Zhi Yang mempercepat langkahnya.
Zhao Yang terkinjat dan hendak mengikuti langkah kepergian gadis yang baru saja bertemu dengannya. Wajahnya sedikit kaku ketika gadis itu benar-benar pergi dari hadapannya.
"Huuuft!" dengus Zhao Yang merasa kurang nyaman dari ucapannya.
Salah satu tangannya sedikit terganggu hingga mengusap raut wajahnya sekali. Melihat si gadis telah menjauhi taman kota, ia pun hanya mendiamkan semua berlalu begitu saja.
Zhi Yang melewati jembatan hingga melewati pintu menuju pasar desanya.
Di ujung jembatan, tertinggal Zhao Yang dengan seorang diri. Termangu diam sesekali melirik kotak kecil yang dilapisi kain sutra berwarna biru.
Lambaian angin menerpa sejuk di helai-helai baju yang memanjang. Zhao Yang kembali melirik bunga merah muda yang jatuh perlahan mengikuti irama angin. Matanya memandang indah dengan ukiran senyuman hangat.
Zhao Yang kembali mengenggam kotak kecil tersebut, lalu memasukkkannya ke dalam kain lengan yang melebar.
Ia pun melangkahkan kaki bersama dengan sepatu yang memberikan sensasi suara berjalan mengagumkan. Langkahnya terhenti, lalu membalikkan posisi badan melirik pintu gerbang yang ada di ujung penglihatan.
Zhao Yang tiba-tiba menggeser langkah menuju jembatan yang mengarah pada pintu gerbang itu.
Dalam perjalanannya mulai memasuki keramaian desa yang ada di kota Thianshui ini. Langkah Zhao Yang mulai dipenuhi dengan orang-orang yang sibuk dengan dagangannya. Siulan suara yang memekik pasar terasa hidup lagi menyenangkan.
Di ujung penglihatan, Zhi Yang melihat dan melewati orang-orang dengan senyuman yang melebar. Di setiap langkah, terus menemaninya dengan penampilan pasar yang sangat menyejukkan pandangan serta pikiran.
"Nona, ayo beli pita ini. Ini buatan terbaru," tawar dari seorang pria kepada Zhi Yang yang berhenti.
Mata Zhi Yang yang sedang memperhatikan pita tersebut, kembali mendongakkan dagunya ke depan pria itu. Dengan sekali anggukan ia menjawab, "Nanti saja, Tuan!" sahutnya.
Ia pun menegakkan kembali tubuh, lalu melanjutkan perjalanan menuju ujung pasar desa. Kini, langkahnya sudah sampai pada beberapa rumah yang berjejeran rapi dan bersih. Semua pandangan berhenti pada satu titik kepulangan.
"Hmm, pulang atau pergi , ya?" keluh Zhi Yang bingung.
Zhi Yang pun menjauhi jalanan menuju bukit, ia malah berbelok ke arah kanan dengan pandangan hangat lagi penuh kegembiraan.
Sementara itu, di ujung punggung Zhi Yang yang sudah menghilang, terlihat Zhao Yang masih dalam kebingungan. Mencari dan terus mencari sosok gadis cantik dan manis. Seorang wanita yang baru saja ia kenal.
Akan tetapi, perintah hati kecil seakan-akan menyuruhnya untuk mengikuti sampai bertemu kembali. Zhao Yang pun berhenti pada satu sisi pasar.
Seseorang meraba pundaknya dengan tangkas.
Sontak, Zhao Yang terlonjat dengan teguran dari seseorang dari belakang punggungnya. Ia pun berbalik untuk melihat sambil berjaga-jaga keadaan.
Sosok Jing Mi membungkukkan tubuhnya dengan segala hormat.
"Tuan, aku mencarimu ke mana-mana. Tapi, kenapa kau malah ke sini?" keluh Jing Mi merasa resah.
"Lalu, kenapa kau mencariku? Aku bisa kembali jika sudah waktunya," sebut Zhao Yang membela.
"Kau melupakan misi kita datang ke sini. Bukankah sekarang adalah waktunya," ungkap Jing Mi.
"Hm, kau benar!" sahut Zhao Yang sembari membalikkan badan untuk menatap arah kepulangan Zhi Yang.
Namun, di antara mereka masih belum saling mengenal. Pandangannya mengatakan hal sesuatu yang mengganjal isi pikirannya. "Aku masih penasaran dengan gadis itu, dia begitu mirip dengan orang yang ada di sepuluh tahun yang lalu. Tapi, itu sudah terlalu lama, aku pun tidak bisa mengingat wajahnya dengan jelas," gumamnya dalam hati.
"Tuan?" tegur Jing Mi merasa resah.
"Oh!" sergah Zhao Yang kembali menoleh ke wajah Jing Mi.
"Ayo, Tuan! Kita kembali," lanjut Jing Mi.
"Baiklah," singkat Zhao Yang memajukan langkah di samping Jing Mi yang menyampingkan tubuhnya.
Jing Mi memberikan sela untuk Zhao Yang memimpin jalanan. Kedua pria itu pun meninggalkan pasar desa, dimana mereka masih tidak bisa bertemu untuk yang terakhir kalinya.
***
Zhi Yang mendekati rumah yang memanjang dengan tampilan yang sangat harmonis. Pandangan matanya terlihat ceria ketika ia hendak memasuki pintu gerbang tersebut.
Langkahnya berhenti pada satu ruangan rumah tersebut. Zhi Yang mendekati dari salah satu pria yang sedang menyapu halaman rumah.
"Permisi, Tuan! Apa nenek ada di dalam rumah?" sapa Zhi Yang dengan pertanyaannya.
Pria itu mendongakkan dagunya ke wajah Zhi Yang sambil mengangguk sekali. "O, dia ada di dalam rumah," sebut pria itu.
"Xie xie," sahut Zhi Yang berterima kasih.
Zhi Yang mendekati pintu yang tak jauh dari hadapannya. Zhi Yang terus melangkah ke dalam ruangan dengan membuka perlahan pintu tersebut.
"Nenek??" panggil Zhi Yang memasuki rumahnya.
Matanya mulai berkeliling sambil mencari orang yang ada di sekitar ruangan. Namun, tidak ada tanda-tanda adanya seseorang di balik dinding ruangan. Zhi Yang masih belum puas untuk mencari posisi dimana sang nenek tinggal di dalam rumah.
Zhi Yang berhenti, "Ke mana dia, ya? Biasanya dia sudah keluar jika sudah mendengar suaraku?" gerutunya.
Dengan segala keyakinan, ia pun terus mencari dan mencari. Kini, langkahnya terhenti ketika ia melihat ruangan yang terbuka di sudut bangunan. Zhi Yang perlahan membuka pintu lalu terkejut melihat apa yang terjadi.