Penampilan lusuh, wajah sangar dengan senjata tajam golok panjang. Mereka, sekelompok berpedang panjang. Ternyata, hanyalah bocah ingusan perampok yang membuntuti para pendatang masuk ke kawasan tak perpenghuni.
Zhao Yang menegakkan tubuhnya, lalu menepuk bahu Jing Mi agar dirinya melawan kelima orang tersebut. "Bersihkan!" perintahnya sambil memundurkan langkah.
Keempat pria akhirnya bertarung melawan Jing Mi, sedangkan salah satu dari mereka hendak melawan Zhao Yang dengan golok miliknya.
Dengan santai, Zhao Yang mengelakkan tubuhnya terayun lepas dan bebas ke arah aman. Zhao Yang membuat orang itu menjadi kewalahan karena bertingkah konyol. Golok panjang sesekali mengibas ke arahnya, tetapi sama sekali tak mengenainya.
Zhao Yang dengan kesal memukuli ke belakang punggung si pria tersebut. Pukulan keras dari jemarinya dengan gemulai namun memberikan rasa sakit. "Akh!!" ringis pria itu.
Hingga wajah pria itu memperlihatkan raut yang sangat melemah sekaligus kesakitan. Pria itu pun memajukan langkahnya, sedangkan Zhao Yang malah tersenyum melebar.
"Sakit?"
Kepala Zhao Yang merunduk, senyumnya miring.
Sementara itu, Jing Mi melakukan hal yang lebih serius dari Zhao Yang. Menjulurkan pedangnya dengan bagian yang tumpul ke masing-masing tubuh si penyerang.
Para komplotan geng perampok mulai merasa gusar akibat mendapat serangan biasa dari Jing Mi. Dengan cekatan, Jing Mi pun memberi pukulan serta tolakan tendangan ke bagian perut mereka.
Pow!
"Akh!!"
"Aaargh!!"
Akhirnya meringis dengan memilukan. Kedua dari empat pria akhirnya lebih memilih mundur, diikuti oleh dua pria yang ada di depan. Selanjutnya, satu orang pria sudah dalam genggaman tangannya.
"Aaahh!!!"
Keempat pria itu pun terbirit-birit menjerit ketakutan ke sembarangan arah. Ternyata, yang mereka pertarungkan itu bukanlah orang biasa. Mata boleh saja tertipu dari Zhao Yang yang tidak membawa senjata. Akan tetapi, silat bela diri adalah persembunyian nomor satu.
Zhao Yang merampas baju pria itu hingga menatapnya dengan dua bola mata yang mengesalkan.
"Hei, kenapa kalian menyerang kami? Apa kalian seorang perampok yang butuh uang?!!" gertak Zhao Yang menggeram.
Zhao Yang pun melempari pria itu ke arah Jing Mi dengan santai, lalu ditangkap cekatan olehnya.
Zhao Yang mulai mendekati si pria yang mencoba menyerang mereka berdua. Tangannya mengapit dagu si pria dengan geramnya. Lalu menatap dengan sungguh-sungguh ke tepat wajahnya.
"Hei, kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?!" Zhao Yang mengulang lagi.
"Haaa ... ma-maafkan kami, Tuan," ringis pria itu.
"Ka-kami terpaksa melakukannya," lanjutnya.
Zhao kembali menatap tajam ke arahnya. "Siapa kalian?!" cecahnya.
"Hanya ... Hanya perampok biasa, Tuan. Kami butuh makan, karna itulah kami melakukannya," ungkap pria tersebut.
"Ooo … kalau begitu, pergilah dari tempat ini! Jangan pernah mengelabui kami," pinta Zhao Yang dengan seriusnya.
"Ba-baik, Tuan!"
Pria itu dengan membungkuk.
Jing Mi melepaskan tubuh pria itu dengan tegasnya, sedangkan pria itu masih saja membungkuk mempercepat diri untuk menjauh.
Zhao Yang memperhatikan pria itu hanya menggeleng terdiam, sedangkan Jing Mi mengangguk perlahan ke arahnya. "Apa perjalanan akan kita lanjutkan, Tuan?"
"Tentu saja!" sahut Zhao Yang membalikkan badannya dan kembali melanjutkan perjalanan.
Menuju bukit tertinggi, sebuah Kuil yang akan memberikan keteduhan di hati mereka. Tempat yang paling agung untuk mereka kunjungi di kota Thianshui. Dimana orang-orang menyempatkan waktunya untuk berteduh dan memohon doa restu di sana.
Semua yang dikelilingi dengan hutan sejuk dan nyaman, memberikan sentuhan yang ada di ujung penglihatan mata. Pandangan seringkali tak menyehatkan. Tapi, tempat yang membuat kita lebih nyaman adalah kehijauan dari segala yang membuat tenang.
***
Tidaklah terasa waktu berjalan dengan begitu cepatnya. Hingga malam pun menyambut keindahan dari sore mendatang. Zhi Yang menduduki ruang kamarnya dengan menyiapkan beberapa peralatannya.
Mungkin, inilah rencana yang akan ia datangi kembali ke kota Chang'an. Beberapa pakaian dan beberapa alat dari pengobatan.
Namun, tubuhnya mengendur sambil menekuk lutut hingga memeluknya.
"Nona!"
Terdengar suara wanita dari luar dinding kamarnya. Sementara dia duduk di lantai tanpa beralas.
"Masuklah, tidak dikunci!" seru Zhi Yang.
Krek!
Yang masuk pasti bukan seseorang yang asing, siapa lagi kalau bukan Shan Mi? Ya, itu dia yang sudah berdiri dengan mengepal kedua pergelangan tangannya di depan perut. Sambil berdiri agak sedikit membungkuk.
Sementara matanya menatap gelisah mengarah Zhi Yang.
"Oh!" sergah Zhi Yang agak menatap heran dengan memperhatikan raut wajah si pelayannya.
"Nona," lirihnya.
"Hei, kemarilah!" seru Zhi Yang merasa resah harus menunggu dirinya terus berdiri tanpa jawaban.
Shan Mi pun terikut hati, lalu mendekati Zhi Yang yang sudah menyiapkan beberapa peralatan untuk segera meninggalkan kota Thianshui.
Keduanya saling memandang, ketika Shan Mi duduk di hadapannya.
"Nona serius akan pergi?"
Shan Mi khawatir.
"Ya, tentu saja! Kenapa? Kau tidak mengizinkanku pergi?" lontar Zhi Yang serius.
Shan Mi mulai menatap pilu, "Bagaimana dengan dirimu jika sampai di sana? Kau sudah melupakan tempat yang di sana," keluhnya.
Zhi Yang memegangi bahu Shan Mi dengan hangatnya, "Shan Mi, ini aku! Zhi Yang. Aku tidak akan tersesat. Di sana wilayahku, aku tidak mungkin melupakan tempat dan arah jalannya."
Dalam hati ia berkata.
[Ya, setidaknya aku memang tinggal di Chang'an. Dengan nama baru dari kota Xi'an.]
[Jadi, aku bisa sedikit mempelajari tempat yang belum berubah dan yang sudah berubah.]
Gumamnya lagi dalam hati.
"Nona, aku ingin pergi bersamamu," pinta lirih.
"Jangan!" kelit Zhi Yang mengendurkan genggamannya.
Zhi Yang memalingkan wajahnya ke lantai—tempat mereka berpijak dan duduk. Pandangannya kini melentur tanpa adanya senyuman.
"Aku tidak ingin melihat kalian diketahui oleh banyak orang. Mereka tidak akan mengenaliku, aku akan menyamar," putusnya dalam hati.
"Jika aku mengajak kalian pergi bersamaku, kita semua akan mendapat masalah."
Zhi Yang menolak.
Shan Mi meraih tangan Zhi Yang sambil mengelusnya, "Nona, aku merasa terjual dan merasa tidak tenang ketika kau harus meninggalkan tempat ini. Aku jadi kehilangan tanggung jawabku," keluhnya.
"Biarkan aku pergi bersamamu," pintanya sekali lagi.
Shan Mi terus memaksa agar dirinya untuk ikut bersama Zhi Yang. Di samping itu, ia tidak akan merasa nyaman karena sepeninggal Zhi Yang.
"Bagaimana kalau kita berdua ditangkap oleh mereka?"
Zhi Yang mengumpat.
"Aku akan tinggal jauh dari kota itu asal kau kembali sesekali," usul Shan Mi.
"Hei, jangan konyol! Tolong kau urusi tempat ini. Jika kau pergi bersamaku, maka tempat ini akan menjadi kacau. Kau berpengalaman mengurusi pengobatan dan segala urusan bisnis ini," kelit Zhi Yang mempertahankannya.
Zhi Yang akhirnya beranjak dari posisi duduknya, tubuhnya menegak tanpa harus melirik Shan Mi. "Biarkan aku pergi dan memutuskan semua ini sendirian. Di sana masih banyak yang membutuhkan pengobatan. Aku bisa melakukannya sendiri!" pungkasnya.
Setelah baca wajib taruh ke dalam rak!
Direview juga dong ceritanya biar seru-seruan gitu!
Jangan lupa ikuti IG :@rossy_stories.
Nantikan bab selanjutnya yang banyak kejutan. Terima kasih.