Dua hari berlalu, hujan kota London terasa teramat dingin, Tasya menikmat rintiknya melalui jendela taxi online yang sedang dia tumpangi, sempat berfikir indah kali ya jadi hujan, turun ya tinggal turun dan gak pernah sendirian.
Membuka softcase nya, ada kartu nama Agung di sana, ah iya dia punya tugas lainnya untuk menghafal nomor laki-laki itu agar mudah untuk menghubunginya.
"Hallo"
"Hallo Sya, butuh bantuan?"
Dan di sini mereka sekarang.
🔺🔻🔺
Operasi Plastik, ya menganggat sel kulit yang sudah rusak dan menggantinya dengan silikon, dia menolak awalnya, hanya saja luka bakar di wajahnya akan menimbulkan trauma serius, dan tidak akan pernah sembuh, selain operasi plastik, Tasya juga harus menjalani beberapa pengobatan dan treatment lainnya, karena ini berhubungan dengan kulit juga akan sangat susah kalau tidak di tangani dengan serius.
"Oke dokter"
Pengecekan tentang kesehatannya berjalan selama satu jam tiga puluh menit, vitalnya bagus dan bisa menjalani operasi besok, katanya biaya untuk ini semua sudah ditanggung oleh Bumi selaku suaminya.
Tapi kenapa Tasya tak bahagia sama sekali, dia tidak merasa tersanjung atau sebagainya dengan sikap Bumi, dia malah merasa laki-laki itu melecehkannya sebagai wanita.
Ya melecehkan dalam bidang yang lain ya, bukan sexual. Seperti merendahkan martabatnya, yang berfikiran wanita itu akan cantik karena operasi plastik.
"Kalau lo gak mau kan bisa nolak Sya"
"Percuma Bang"
"Kayak apa sih Bumi nyakitin lo sampai lo kayak gini?"
Tasya tersenyum miris, entahlah kalau dia jelaskan juga, pasti Agung akan emosi nantinya, lagian kan gak ada baiknya juga menceritakan aib kehidupan rumah tangganya kepada orang lain.
"Lo ngerasa gak enak sama gue?" Ucapnya sembari menatap Tasya penuh harap.
"Bang, ini urusan gue sama Bumi, gue gak lagi pacaran sama dia tapi udah nikah, privasi gue lebih tinggi lagi dari sebelumnya, gak mungkir gue umbar aib hubungan gue sama orang lain."
Tasya gak bohong jika kasalah itu, ya malu dong kalau orang lain tau buruknya suatu hubungan suami istri, lagian itu namanya istri yang bongkar aib suami, gak tau deh dosanya kayak apa.
"Ya udah gue hormatin keputusan lo, mau makan atau pulang?"
"Gue gak punya uang lagi, ini aja aplikasinya diisini dia saldonya, kalau gue pakek makan ya kurang"
Agung terkekeh, semenjak menikah dengan Bumi sepertinya cewe metropolis ini mendadak miskin, padahal dulu dia jaya sekali.
"Uang nulis lo udah abis emang?"
"Kan belum gajian Bang"
"Yang lama?"
"Gue pakek lah pokoknya"
Tasya menabung, ya itu jawabannya, karena dia tak tau kehidupan ini akan berputar seberapa cepat, jadi seenggaknya dia punya pegangan kala Bumi dengan sadar melepasnya pergi.
"Gue traktir deh"
"Yang murah"
"Kok yang murah?"
"Kan lo anak kos Bang"
Agung menoyor kepala Tasya gemas, dia malah berpikir setiap nasip anak kos itu sama, ada loh mereka yang kreatif dan ngehasilin uang.
"Bisnis clotingan sama pomed gue masih jaya banget kali Sya, gue gak bakalan miskin walaupun traktir lo makanan fancy sekalipun, dah ah ayo ke parkiran"
Agung menarik jaket Tasya cepat, dia tidak berani menggenggam tangan mantan kekasihnya itu lagi, karena status wanita itu adalah sebagai istri temannya.
"Lo kuliah jurusan apa Bang?"
"DKV, gue hobi banget design kan jadi gue mau nyalurin minat dan bakat gue, selama SMA gue main-main mulu, ampe sekolah 6 tahun karena tinggal mulu, ya urusan tauran dan kerjaan sih uang jadi faktor utama, sekarang gue udah bisa buka store sendiri jadi gue mau ngasah kemampuan gue, iseng daftar kesini eh kocaknya malah lolos" Tasya tertawa karena melihat Agung juga tertawa, hidup itu lucu ya kalau tidak diharapkan malah kejadian, kalau lagi mau banget malah gak kesampean.
Kadang banyak hal yang pengen banget Tasya rasakan, tapi Tuhan gak pernah ngabulin, apa karena itu tidak baik untuknya, atau karena memang segala macam hal ini harus ditunda agar dia bisa menikmati hasilnya yang sempurna, entahlah.
"Sya"
"Hmm?"
"Lo gak pengen kuliah gitu?"
"Pengen, cuma ya ntar aja deh"
"Kapan? Selagi lo belum punya anak kan"
Tasya tersenyum masam, kembali teringat perkataan Bumi waktu itu, jika dia tidak akan mau memiliki anak dengan Tasya, entah apa alasannya cuma cukup menyakitkan kala mendengar itu semua.
"Ya sih, nanti gue tanya Bumi deh"
"Apa-apa emang harus Bumi ya Sya?"
Kening Tasya berkerut, dia tau persis jika Agung benci jika dia mengaitkan segala hal ini dengan Bumi, tapi ya mau bagaimana kan, suaminya itu Bumi, jadi mau tidak mau ya dia harus menurut dengan Bumi.
"Oke gue ngerti kan dia suami lo, cuma gini loh masa dia gak nanya lo mau kuliah apa gak, dia enak bisa nuntut ilmu, lah lo? Masa gak bisa ngerasain hal yang sama?"
"Gue belum pernah nanyain sih Bang, nanti deh"
"Kalau lo mau kuliah nanti gue kasih deh brosur kampus gue, eh kampus laki lo juga dong ini ya"
"Iya... sssshhh"
Tasya menyanggah tubuhnya ke tembok, tiba-tiba kakinya sakit luar biasa, padahal kemarin sudah tidak terlalu parah.
"Eh lo kenapa?"
"Duduk dulu Bang, kaki gue tiba-tiba sakit"
"Oke-oke"
Tasya meringis, membuat Agung merasa penasaran dengan luka yang ada di kaki kanan milik Tasya, karena ya wanita itu kemakai jeans panjang yang mungkin susah untuk diangkat ke atas karena bagian bawahnya yang sempit.
"Kaki lo kenapa? Luka bakar itu?"
"Bukan, pernah jatoh trus di jait, itu kali ya"
Agung cukup terkejut, banyak sekali luka yang tidak wajar ada di tubuh Tasya, dan membuatnya dibalut rasa penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tangga mereka ini, kok malah rasanya janggal sekali karena Tasya menderita banyak sekali luka lebam dan bakar, serta ini apa katanya dia juga pernah jatuh dan di jait.
Bahkan sebanyak itu wanita yang dia temui, semuanya bahkan merawat tubuhnya dengan baik, ya kali gadis secantik Tasya gak rawat diri, mustahil jika mengingat gadis itu dua tahun yang lalu, di super stylish dan si super wangi, mungkin yang harus dia beli bukan makanan setiap harinya tapi skincare, saking merawat dirinya.
Tapi apa yang dia temui hari ini, Tasya yang urakan, Tasya yang tak terlalu peduli bentuk tubuh bahkan luka di tubuhnya, Tasya yang lemah, padahal dulu dia sangat vokal sekali, tapi mendadak menjadi diam dan tidak banyak membantah.
Padahal dulu sewaktu mereka pacaran, Agung sulit sekali memahami bagaimana cara Tasya berpikir saking banyak sekali kejutan yang gadis itu suguhkan, tapi tidak dengan saat ini dia cenderung lebih pasif dari biasanya.