London.
Setiap orang punya kebahagiaannya masing-masing begitupun dengan Bumi, dia menikmati udara sepoi-sepoi dengan gelak tawa, berkunjung ke kebun binatang ternyata bukan pilihan yang buruk ternyata.
Dia menyukai segala macam hal, dari suasananya, udara, semua binatang yang ada dan senyuman Ayumi.
Bolehkan dia katakan jika dia menggila sekarang?.
"Mi gue bisa jalan ke situ, lo tungguin gue oke"
"Yum jangan di paksa"
"Udah lo tunggu aja"
Dengan yakin Ayumi melangkah perlahan, dia menatap Bumi dengan banyaknya kecamuk di dalam dirinya, namun dia tetap ingin menyelesaikan misinya ini.
"Pelan-pelan, ya Allah"
Bumi geregetan sendiri, ya dia tau Ayumi sedang berusaha, cuma saja kalau nanti dia terjatuh ya lukanya atau patah di bagian kakinya akan semakin parah.
"Mi gue bisa, gue bisa Mi dan gak sakit"
Teriakan bahagia itu cukup membuat Bumi dan rasa paniknya sirna begitu saja, dengan bangga Bumi memeluk wanita itu karena sudah menyelesaikan misinya, dia cukup bersyukur karena penyembuhan Ayumi lebih cepat dari yang dokter katakan.
"Gue tetep boleh bareng-bareng lo kan Yum kalau lo udah sembuh?"
Ayumi melepaskan pelukannya, dan menatap Bumi lengkap dengan senyumannya.
"Ya pasti dong, lo boleh jadi bagian di hidup gue juga kalau lo mau"
"Sahabat"
"Yap"
Walaupun sebenarnya berbeda, bukan itu yang dia mau, bukan hanya sekedar teman, dia berharap lebih untuk kisah ini, walaupun semuanya mustahil, Bumi tak sekalipun terlihat menyukainya, entahlah dia hanya ingin selalu bersama saja, mungkin akan jauh lebih baik memiliki tampa harus terikat.
"Mau jalan aja apa pakek kursi roda?"
"Kursi roda dulu aja"
"Oke"
Ada banyak burung di sini, namun burung asal Indonesia dengan corak khas dari cendrawasih jantan itu cukup mencuri perhatiannya.
"Bagus banget"
Bumi menatap ke hal yang sama, ya dia juga tak kalah terpana melihat endemik asli Indonesia itu, dan ini kali pertama Bumi melihat semua satwa yang dilindungi dari dekat.
"Gila gue belum pernah liat ini semua Mi, ini kali pertama"
"Lo seneng?"
"Banget"
"Kalau gitu kita akan kesini tiap kalau lo mau kesini"
"Serius?"
"Ya, emang tanpang gue becanda ya?"
"Makasi Mi"
Lagi-laki itu tersentak kala Ayumi memeluknya erat, ada gelenyar aneh yang dia rasakan kala mendapatkan sentuhan fisik itu, dia jarang merasakan ini semua, apakah ini bisa dikatakan sebagai perasaan tertarik akan seorang wanita?.
"Dulu tu ya, gue sibuk bikin kue sama nyokap, boro-boro Mi ke kebun binatang gue, keluar rumah aja jarang banget"
"Oh ya! Sibuk banget emang?"
Menikmati keramaian dengan pemandangan dan juga hewan-hewan yang dilindungi juga salah satu bucket list yang Ayumi idam-idamkan selama ini, dia sangat berterima kasih setidaknya Bumi mengabulkan dari salah satu mimpinya.
"Gue juga pengen banget punya kucing Mi, cuma gue alergi bulu kucing, tapi gue segemes itu kalau liat"
"Mau liat kucing gitu gak? Cuma ya di dari luar kandang aja"
"Boleh?"
"Boleh lah siapa bilang gak boleh dah"
"Iya mau"
"Tunggu gue tanyain sama petugasnya dulu"
Bumi berlari menuju para petugas dan syukurlah memang ada penangkaran kucing di kebun binatang ini.
Ayumi tersenyum, entahlah kalau dia memiliki Bumi seberapa beruntungnya dia nantinya, namun kembali lagi, semuanya hanya omong kosong untuk mereka nantinya, karena Bumi sendiri tidak mau terlibat dalam sebuah hubungan.
🔺🔻🔺
Semua orang masih menatapnya dengan takut, ya karena luka bakarnya, Tasya muak dengan semua perban itu, dan ya dia melepasnya.
Dia tidak peduli dengan cara orang menatap dirinya toh dia makan bukan dari hasil uang mereka.
Suasana hatinya cukup buruk hari ini, melihat Bumi dan melihat dirinya sendiri.
Ah iya gadis yang bersama suaminya tadi cantik sekali, ya sepertinya Bumi memang pintar mencari seorang kekasih.
Tapi apa yang ada di otak Bumi saat ini, bahkan Tasya tak sekalipun berpikir untuk meninggalkan Bumi, tapi Bumi malah bermain dengan perasaannya.
Bahkan dia menyerahkan semuanya kepada Bumi, dirinya, bahkan harga dirinya.
Membiarkan Bumi melakukan apapun yang laki-laki itu suka, bertahan dengan semua hal gila ini tidak mudah tapi layaknya sebuah pemainan setiap kali Bumi selalu menaikan levelnya.
Dia tidak mengindahkan berbagai hinaan kepada dirinya, karena dia termasuk orang Asia tenggara yang banyak dari mereka benci keberadaannya, jadi pura-pura bodoh adalah jalan keluar terbaik.
"Siapa sih cewe itu"
Semua dunianya teralihkan oleh sosok wanita yang bersama Bumi tadi, dan kenapa Bumi memilih untuk berbohong jika memang dia akan pergi dengan seorang wanita, oh ini tugas yang Bumi katakan.
Ada banyak macam manusia bodoh yang Tuhan ciptakan, salah satunya dia, entahlah yang pastinya dia muak untuk selalu merasa salah dengan semua hal yang dia lakukan terhadap Bumi tapi lelaki itu malah sebaliknya.
Tidak ada orang waras yang akan dengan mudahnya menyakiti fisik atau batin seseorang, dan juga tidak ada orang yang waras juga yang mau saja diperlakukan tidak adil.
"Capek banget, tapi gue gak mau selesai, sialan"
Masih di tempat yang sama dia memaki dirinya sendiri dan membuat atensi semua orang beralih kepadanya, namun sekali lagi Tasya tidak terlalu peduli.
"Gue harus hubungin siapa buat nolong gue, ah Agung iya bener Agung"
Dengan berbekal nomor yang sudah Tasya hafal dia menghubungi laki-laki itu, dan ya seperti tebakannya Agung akan dengan sangat amat mau menolongnya, tapi Tasya buru-buru mematikan sambungan telphonenya, jika Bumi tau, Agung akan dalam bahaya.
🔺🔻🔺
Jakarta.
Semua tanda tanya di otaknya mulai mendapatkan jawabannya, apa yang dia takutkan dalam ingatannya adalah Tasya, wanita yang berulang kali ingin mencelakainya.
Sebenarnya apa yang ingin Tasya lakukan kepadanya, dia hanya ingin Elang, tapi gadis itu tidak akan pernah bisa mendapatkannya.
"Kita harus apa ni?"
"Gue pengen temuin Tasya, tanpa Elang tau"
Rose mengerutkan keningnya, bahkan dimana Tasya sekarangpun tidak ada dari mereka yang tau.
"Lo kenal ortunya gak?"
"Sen please deh, kenal dia aja gue gak terlalu, ya kali gue malah kenal keluarganya, ngadi-ngadi lu" sungut Rose kesal.
"Ya kali kan, gue gak tau pergaulan lo sejauh itu"
"Matamu..
Wanita berambut blonde itu memutar matanya malas, ya kali dia berteman dengan yang sepantaran dengan kakeknya, kedua orang tuanya saja masih muda, dan yang dia tau orang tua Tasya sudah berumur, catat.
"Sen, di ig dia ada email kan? Lo email dia deh?"
Seperti menemukan secercah harapan, Senja langsung membuka aplikasi instagramnya, dan benar saja Tasya mencantumkan email-nya di sana, jika mau menghilang dari dunia maya kemungkinan besar dia hanya menghapus semua aplikasi terkait, jika tentang Email Senja tidak terlalu yakin jika Tasya tak menggunakannya lagi.