Chereads / BUMI UNTUK TASYA (Sequel Sekala Senja) / Chapter 27 - dua puluh tujuh

Chapter 27 - dua puluh tujuh

Jakarta.

Senja dan Rose berdiri di salah satu cafe di bilangan Sudirman itu, ya dia sedikit mengingat dimana terakhir dia bertemu dengan beberapa orang yang dia curigai sebagai tersangkanya.

"Latte deh, aduh apa Sen gue gak terlalu ngerti kopi soalnya"

"Latte aja deh Mas" ucap Senja.

"Di tunggu ya Mba, atas nama siapa?" Ucap barista dengan ramah.

"Rose sama Senja"

"Baik"

Senja mencoba mengingat kembali tempat di mana dia duduk waktu itu, ya rasanya kursi kayu yang menghadap ke jalan raya itu adalah spot yang dia rasa dia pilih.

"Mas, saya boleh liat CCTVnya gak?, Soalnya saya abis dari sini itu dipukuli sama beberapa orang tapi saya gak bisa ingat mereka karena saya mengalami amnesia" ucap Senja.

"Ah iya tah Mba? Saya hubungi meneger saya dulu" ucap barista itu sembari menelphone bos nya.

Entahlah, dia bahkan tak punya harapan lebih dengan semua hal ini, sekedar mengetahui saja mungkin sudah lebih dari cukup.

"Iya ada yang bisa saya bantu Mba?"

Alfi, ya dia adalah manager dari Titik Temu ini, dia untungnya adalah orang yang kooperatif, dia mau berbagi hal yang privasi dari cafe nya jika memang alasannya adalah hal yang sangat bahaya seperti itu.

"Ini tanggal 13, sekitar jam 4 sore Mba?" Ucap Alfi mengkoreksi.

"Ah iya itu saya Mas"

"Mba pesen kopi sekitar jam 4 lewat 5 menit kayaknya abis telphonan"

Senja memperhatikan itu semua, dan ya benar dia memesan dua buah coffee yang untuk siapa itu dia juga tidak tau.

"Ini ada temen Mba yang dateng"

Mata Senja dan Rose langsung membola karena sangat jelas sekali yang datang dan duduk di sebelah Senja itu adalah Tasya.

"Dia narik Mba keluar sekitar jam 14.45 menit, kayaknya Mba lagi bertengkar dengannya"

"Ada CCTV yang di luar Mas?"

"Ah ada Mba, sebentar"

Alfi mengotak atik kembali CCTV bagian luar dan samping cafe mereka, dan ya dugaan Senja benar, yang membawanya waktu itu ada satu laki-laki dan dua perempuan yang satu diantaranya adalah Tasya.

"Mba di paksa masuk dengan di pukul bagian kepala belakang hingga pingsan"

"Boleh saya minta, ini untuk bukti di pengadilan"

"Boleh Mba"

"Makasi Mas"

Mau emosi ya gimana, toh Tasya juga di antah berantah keberadaannya sekarang, ya ini sebagai dokumentasinya aja, barangkali dia nanti akan bertemu lagi dengan wanita itu di lain kesempatan.

"Gue udah feeling sih, cewe murahan itu yang nyakitin lo"

"Udah, biarin aja"

"Biarin lo bilang Sen?, Lo gila apa gimana? Gue gak mungkin diem aja kalau lo diginiin sama dia, emang dia siapa sih, berani banget nyakitin orang lain, punya kuasa apa dia" ucap Rose tersulut.

"Gue juga jahat sama dia Rose"

"Maksud lo"

"Bumi gak cinta sama Tasya"

"Huh?"

Ya kenyataan baru lagi yang cukup membuatnya kaget bercampur bingung, lalu kalau tidak cinta kenapa harus menikah?.

"Bumi nikahin Tasya karena dia mau selamatin rumah tangga gue dan Elang, dan Bumi janji dia akan buat Tasya menderita karena pernah berhubungan sama gue atau bahkan ganggu gue, dia juga bilang bakal nyiksa Tasya kalau sekali aja Tasya ganggu gue, dan gue biarin itu terjadi Rose"

Rose terdiam, tak tau lagi untuk merespon seperti apa, kalau memang itu kenyataannya, artinya Tasya juga dalam bahaya.

"Gue gak cegat dia, lo ingat hari kedua sebelum dia menghilang, luka lebam di tubuh Tasya gue rasa bukan karena jatoh kayak yang Bumi bilang, tapi emang Bumi yang pukulin dia, dan gue mulai ingat dia bisikin di telinga gue, dia bilang gara-gara bela gue Bumi nyiksa dia, ya itu yang selama ini itu yang ganggu banget di kepala gue Rose." Senja menunduk, apa mungkin ini alasan Bumi untuk membawa Tasya pergi karena Bumi tau apa yang terjadi dengan dirinya dua bulan lalu, Bumi tau siapa pelakunya, dan Bumi tau bagaimana menghancurkan TKP agar Tasya tidak bisa di temukan dan tertangkap.

"Jangan bilang apa yang gue pikirin itu juga yang ada di otak lo"

"Kayaknya sih Rose"

"Sialan"

"Eh mau kemana lo?"

"Ya mau ambil kopinya lah, kan udah selesai"

"Ya elah"

Senja menghembuskan nafasnya lega, dia kira Rose akan mengatakan ini kepada Elang, ah ternyata, ya tupai tetaplah tupai, kalau ada makanan dia pasti akan mendedikasikan dirinya untuk itu dibanding harus repot mengurus si Tasya dengan perintilannya.

🔺🔻🔺

London.

Subway, makanan terenak sepanjang masa menurut beberapa kalangan pecinta sandwich, semua yang disuguhkan memang menarik dan rasanya juga enak.

Bumi bahkan sudah menghabiskan dua sandwich tuna kesukaannya, dan ya Ayumi sebagai penonton terlihat sangat puas ketika melihat Bumi makan dengan lahap.

"Makan Yum"

"Liat lo makan aja gue ikutan kenyang, seneng banget gue liat lo ngunyah asli"

Bumi tersenyum sembari menyipitkan matanya, dia juga senang bisa makan makanan enak ini dengan orang yang dia kagumi, ya hari ini entahlah dia sangat menyukai Ayumi, style nya yang simpel dan make up yang tipis menambah keanggunan wanita itu.

"Makan Yum, keburu gak enak ntar"

"Ya, eh iya dari pada staycation ni mending kita ke kebun binatang aja? Staycation mah gitu-gitu aja gak ada serunya, kalau jalan-jalan ke kebun binatang kan bisa juga liat-liat hewan, sekalian belajar.

"Ah boleh deh, soalnya yang gue perlu itu ya jalan-jalan kayaknya, ya udah lo habisin makanan lo dulu ntar kita ke gas station dulu gue mau isi bahan bakar"

"Oke"

Ayumi menghabiskan makanannya dengan semangat, ya walaupun dia masih belum fit karena kakinya dia tidak akan pernah menolak jika di ajak untuk jalan-jalan, karena kata keramat itu sepertinya penyembuh yang manjur untuk beberapa penyakit.

"Lo suka hewan apa?"

"Panda sih gue"

"Kalau lo?, Cappibara mungkin"

"Apaan tuh?"

"Apa ya kayak percampuran hamster, tikus, dan juga kucing, gue gak terlalu paham sih, lo cari aja deh di google"

Ayumi mengangguk dan kembali menikmati makanannya, dia bahkan merasa tak sabar lagi untuk segera sampai di kebun binatang, agak sedikit aneh sih karena di umurnya yang sudah 22 tahun dia baru beberapa kali pergi ke kebun binatang, bahkan sewaktu kecil dia lebih sering pergi ke mall atau ke toko kue sang Mama, ya tapi bukan berarti masa kecilnya tidak bahagia, hanya saja dia dan keluarganya terlalu sibuk hanya untuk mengunjungi yang namanya kebun binantang, mungkin pas dewasa ini dia ingin untuk sekali seumur hidup untuk datang dan menikmati semua hal yang ada di sana.