Chereads / The Look Of Love / Chapter 30 - 30. Putus

Chapter 30 - 30. Putus

Ben mendengus kesal. "Aku pikir, hubungan kita sampai di sini saja, Len."

"Hah? Maksudmu … kamu mau putus denganku?!" Selena membelalak tak percaya.

"Aku sudah tidak percaya lagi padamu."

Selena terkesiap dan kemudian ia menundukkan kepalanya. "Ben, kamu benar-benar tega memutuskan hubungan kita?"

"Lebih baik begitu," ucap Ben dingin.

Selena menghela napas dan kemudian menatap Ben dengan ekspresi putus asa. "Tadi itu hanya salah paham, Ben. Aku mohon mengertilah sedikit saja. Aku tidak mengharapkan Patrick untuk menghampiriku. Dia datang begitu saja dan menanyakan keadaanku. Salahku di mana? Kenapa kamu harus memutuskan hubungan kita?"

"Pokoknya aku cemburu dan aku tidak suka melihatnya. Kamu tahu kan kalau aku sangat membenci Patrick, tapi kamu malah berbicara mesra seperti itu dengannya." Ben melipat tangannya di dada dan memalingkan wajahnya dari Selena.

"Ini tidak adil! Kamu sendiri bebas berteman dengan wanita mana saja dan aku tidak boleh cemburu! Seperti Jihan, misalnya!"

Ben menyipitkan matanya dan tidak suka jika Selena mengungkit hal itu.

"Itu berbeda," sergah Ben. "Jihan adalah sahabatku. Aku sudah menjelaskannya padamu berulang-ulang kali, tapi kamu keras kepala dan menganggap Jihan seperti musuh."

"Sama seperti saat kamu membenci Patrick, aku pun sangat membenci Jihan!" timpal Selena, tidak mau mengalah.

"Atas nama Selena Kristiana," ucap seseorang dari pengeras suara.

"Itu, obatmu sudah selesai," ucap Ben dingin.

Selena mendengus kesal, lalu ia menghampiri konter untuk mengambil obatnya. Ben sudah tidak memiliki rasa apa pun pada Selena. Ia mengantarkan Selena ke dokter hanya karena ia kasihan pada wanita itu.

Jika Ben sudah cemburu, maka fatal akibatnya. Seharusnya Selena memahami hal tersebut.

Ben hanya ingin memiliki kekasihnya untuk dirinya sendiri. Titik.

Selesai mengambil, obat Ben pun berjalan ke parkiran mobil dan Selena mengikutinya. Dahinya tampak berkeringat dan wajahnya lebih lusuh dan pucat dari sebelumnya.

Ben sangat tidak suka melihat wajah menyedihkan seperti itu. Ia masih memasang wajah masam dan tidak ingin menunjukkan simpatinya pada Selena.

Dengan bodohnya, Ben mengantarkannya pulang. Mereka terdiam sepanjang jalan hingga mereka tiba di depan rumah Selena.

Ben membuka kunci pintu otomatis. "Ayo turun."

"Ben, kamu harus tahu kalau aku tidak pernah menyukai Patrick. Yang aku inginkan hanya kamu," ucap Selena dengan wajah yang putus asa.

"Ben, aku di rumah hanya sendirian. Kamu tega memutuskanku dan kemudian meninggalkanku yang sedang sakit sendirian di rumah? Kamu kejam sekali, Ben. Bukannya kamu juga pernah mencintaiku?"

Ben menggelengkan kepalanya. "Tidak pernah. Maafkan aku, Len, tapi aku tidak pernah mencintaimu."

Selena terkejut mendengar perkataan Ben. Lalu setetes air mata meluncur di pipinya. Buru-buru ia menyekanya dengan punggung tangannya.

"Ben …."

"Dengarkan aku, Len." Ben menoleh pada Selena dan menatap matanya dengan serius. "Aku tidak pernah mencintaimu. Aku bukanlah pria yang baik untukmu. Kamu bisa mendapatkan pria lain yang lebih baik dan bisa bersikap lebih manis padamu."

"Aku tidak mau yang lain!" rengek Selena yang kemudian terisak. "Aku hanya mencintaimu, Ben."

"Kamu tidak akan mencintaiku lagi kalau kamu tahu aku memiliki banyak teman wanita. Jihan hanya salah satu dari sahabatku. Aku masih memiliki sahabat-sahabat wanita lainnya. Aku tidak akan sanggup menghadapi sikapmu, begitu pula sebaliknya. Jadi, sebaiknya hubungan kita sampai di sini saja."

"Ben! Aku mohon!" seru Selena.

"Sebaiknya kamu memohon pada pria lain, bukan aku."

Akhirnya, Selena pun turun dari mobil Ben sambil membanting pintu dengan sangat keras.

Ben mendesah lega. "Ah, syukurlah."

Sejujurnya, Ben lega karena telah putus dengan Selena. Ia mulai lelah memiliki ikatan hubungan dengan seorang wanita.

Ia lebih suka bebas berkencan atau cinta satu malam dengan wanita yang manis. Ia tidak perlu merasa terbebani oleh wanita itu. Ia bisa meninggalkan wanita itu kapan saja ia mau.

Berbeda dengan Lisa. Wanita itu memiliki ikatan pernikahan dengan suaminya. Menjadi kekasih gelap Lisa sungguh sesuatu hal yang mendebarkan dan membuat adrenalin Ben meningkat.

Ia tahu, seharusnya ia jangan bermain api jika tidak ingin terbakar. Namun, bersama dengan Lisa adalah sebuah petualangan yang sangat menyenangkan.

Setidaknya, hubungannya dengan Selena sudah berakhir dan itu sangatlah melegakan.

Teganya Selena berkata bahwa ia membenci Jihan. Wanita itu tidak tahu jika Jihan adalah sahabat terbaik Ben di dunia.

Sekarang, saatnya Ben untuk menghubungi Lisa. Siapa tahu wanita itu mau menghangatkan lagi ranjangnya seperti tadi malam.