Chereads / The Liberators / Chapter 21 - Depresi pada Meja

Chapter 21 - Depresi pada Meja

Jika tidak ada siaran televisi yang mau menayangkan berita tentang keadaan kota kita saat ini bagaimana kita tau kalau kota sekarang ini sudah dalam kondisi aman atau belum.

Sangat aneh rasanya jika siaran berita yang biasanya mengejar ngejar masalah kecil untuk ditayangkan bahkan terkadang menambah nambahkan narasi yang melebih lebihkan, narasi yang bahkan kebohongan, sekarang seakan menghindari untuk menayangkan berita sebesar ini, berita yang memang sedang ditunggu oleh semua orang.

"Jadi bagaimana mungkin kita bisa tau sesuatu yang terjadi diluar sana, bu?" mematikan televisinya Lachlan berbalik dan bertanya dengan wajah masam.

"Tidak penting untuk mengetahui apa yang terjadi diluar sekarang, yang penting keselamatan kita setidaknya untuk saat ini masih terjamin" dengan senyum yang tenang diwajahnya, Ibu mencoba menenangkan hati Lachlan yang tampak gelisah.

"Baiklah"

Kembali kekamarnya, Lachlan menyalakan komputernya. Saat ia ingin menjalankan internet, ia tiba tiba terkejut "ha? Bagaimana bisa tiba tiba tidak ada sinyal, buruk ini sangat buruk"

Melihat komputernya tidak bisa menjalankan internet, Lachlan merasa janggal dan langsung merasakan firasat yang tidak baik.

'Bagaimana sekarang, mereka sepertinya semakin mendominasi konflik ini, siaran berita dan internet sudah terputus. Sekarang tidak akan ada dari masyarakan yang bisa mengetahui kondisi diluar rumah.

Ini sangat berbahaya, jika polisi dan aparat keamanan lainya tidak bisa menangani kasus ini secepatnya, pasti akan ada sesuatu yang lebih besar akan terjadi.

Sepertinya mereka bukan kelompok biasa, perampokan seperinya bukan satu satunya keahlian mereka. Bagaimana ini bisa terjadi, apa tujuan mereka menyerang kota ini.

Bum!

Tanpa sadar dengan kesalnya Lachlan membanting tangannya ke mejanya, "Bagaimana mungkin?" betapa terkejutnya ia saat melihat bagian meja yang menampung bantingan keras dari tangannya tadi.

Depresi kecil dan retakan mulai timbul dimeja bagian itu, seakan baru saja dipukul menggunakan palu sebesar telapak tangan. Terlihat sedikit bekas dari telapak tanganya, walau samar samar tapi kelihatannya butuh benda sepadat palu jika ingin meninggalkan bekas seperti itu di meja kayu miliknya ini.

"Mengapa jadi seperti ini, apa yang terjadi dengan meja ini. Bukannya ibu menempa ini dengan kayu yang bagus, kenapa sepertinya terlihat sudah sangat lapuk. Apa mungkin ibu telah ditipu oleh para tukang yang mengerjakan meja ini?" sambil menggaruk garuk tangannya Lachlan bertanya tanya dengan ekspresi bingung mengapa mejanya bisa menimbulkan depresi seperti itu padahal cuma di pukul dengan tangannya.

sambil sesekali menatap kearah mejanya, Lachlan kembali ke kasurnya dan duduk menghadap jendela, menikmati indahnya malam ditengah bulan yang bersinar penuh membentuk purnama.

Ditemani dengan sekelompok bintang bintang yang bekerlip di seluruh penjuru langit, melukiskan bentuk tertentu jika menarik garis dari satu ke yang lainnya.

Sambil menikmati malam yang terasa begitu damai ini, dia meratapi sekali lagi maksud perkataan pria berjubah aneh yang sudah beberapa kali muncul dihadapannya itu.

'Apa ini ada hubungannya dengan misi yang diberikannya? Hm... Apa perampok ini benar benar seberbahaya itu? Jika aku mengumpulkan orang orang sepertiku...' tiba tiba ia tersentak sejenak seakan menyadari suatu hal yang sangat penting.

"Orang orang sepertiku! Apakah maksudnya mereka juga bisa menghentikan waktu? Apa benar benar ada orang seperti itu selain diriku didunia ini. Ini sungguh mengejutkan.

Jika dugaanku benar, mereka pasti orang orang tangguh dan mungkin saja aku bisa belajar untuk menggunakan kemampuan ini agar bisa mengontrolnya lebih baik lagi.

Ini gila, ini benar benar gila. Jika sekelompok orang seperti itu benar benar ada dan aku adalah salah satunya, ini sungguh tak terbayangkan.

Tunggu sebentar? Jika ada orang lain yang memiliki kemampuan khusus selain diriku, apakah mungkin dia yang muncul di swalayan Gonzales adalah salah satunya? Dia juga muncuk siang tadi dikomplek perumahan ini.

Jika itu memang benar dia adalah salah satunya, aku harus mencarinya segera.

Tapi bagaimana... Ini masih terlalu sulit, mengingat bagaimana dia bisa muncul dan menghilang sesuka hati."

Semakin memikirkannya semakin ia bertanya tanya didalam pikirannya. Untuk memikirkan hal paling rasional ia harus menyanggah sesuatu yang muncul dibenaknya, dan mengeleminasi hasil pemikirannya dengan banyak pertanyaan agar menguatkan dasar pondasi pemikirannya.

Tanpa sadar, ia terlelap sekali lagi ditengah kasur dan selimut yang menutupi tubuhnya, cahaya bulan yang mulai memudar karena diserang oleh sumber asli dari cahaya yang dipantulkannya mulai terbit dengan cahaya yang lebih terang.

Fajar! Ketika Lachlan mulai membuka matanya, ia sudah bisa melihat cahaya mentari yang menusuk melalui pentilasi udara dan membentuk garis gatis ditembok seberangnya.

"Ah sudah pagi" meregangkan punggkungnya dengan malas, ia membuka dan menggosok gosok matanya.

Berjalan dengan malas membuka pintu kamar dan menuju dapur, ia menuangkan segelas air sebelum menenggaknya sekaligus. Lalu kembali berjalan kearah depan menuju ruang tengah.

"Kau sudah bangun?" melihat anaknya masih berjalan dengan malas menuju dirinya, ia menggelengkan kepala sambil tertawa kecil.

"Makanlah, Ibu sudah memasak makanan yang lezat hari ini" bangun dari kursinya, Ibu langsung menuju dapur dan menyajikan hidangan untuk mereka berdua.

Lachlan yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya pun langsung berbalik badan mengikuti ibunya dari belakang, setelah itu ia langsung mencuci wajahnya baru saat itulah ia mendapatkan kembali seluruh kesadaran dan semangatnya.

"Bagaimana bu? Apa sudah ada berita dari mereka?" sambil ia mengambil beberapa makanan, ia bertanya kepada ibunya terkait kondisi kota yang sedang menegangkan ini.

"Pagi tadi berita menyiarkan kalau mungkin setidaknya kita harus berada dirumah selama dua puluh empat jam lagi, karena mereka harus benar benar memastikan keamanan" dengan tenang sang Ibu menjawab sambil menyiapkan beberapa hal diatas meja.

"Jadi begitu, bagaimana dengan kelompok itu? Apakah polisi sudah menangani mereja semua atau mereka masih bersembunyi sekali lagi?" tidak mungkin untuk mengatasi masalah ini secepat itu.

Dalam dua hari polisi sudah bisa mengatasinya? Ini lebih seperti mereka yang memberikan izin tersebut. Jika polisi bisa membersihkan mereka dalam dua puluh empat jam lagi seharusnya kantor mereka tidak menjadi lokasi penyerangan kemarin.

Kekuatan masih sangat kontras untuk membandingkan antara para polisi dan kelompok bertopeng itu, jadi sulit untuk percaya mereka bisa mengatasinya apalagi dalam waktu dekat.

Walaupun meminta bantuan dari pusat, akan sedikit sulit untuk membersihkan mereka secepat itu, terlebih mereka memiliki sesuatu yang masih tidak bisa diduga duga.

Informasi Robot Topeng dan lambang aneh mereka saat ini hanya Lachlan yang tau, dan mungkin jika ia bisa mengungkapkan dan memecahkan misteri ini, akan lebih mudah untuk memenangkan pertempuran melawan orang orang bertopeng itu.

Tapi, bagaimana caranya. Ia hampir tidak memiliki akses untuk mencari informasi lebih dalam bahkan dengan petunjuk digenggamannya.