Chereads / Between Us : Apologize / Chapter 9 - Cotton Candy

Chapter 9 - Cotton Candy

Di tempat yang sama. Joshua dan Zefa pun masuk ke dalam bianglala, serta duduk berdampingan. Wahana yang mereka naiki juga mulai berjalan ke atas. Joshua sangat antusias sekali karena sebelumnya ia belum pernah menaiki benda ini.

Joshua merasa bahwa, bianglala ini telah berhasil memacu adrenalinnya. Walau sebaliknya dengan apa yang Zefa rasakan. Ia mencoba untuk tetap bersikap tenang, karena dirinya tidak mau kalah dari Joshua, walau rasa takut menyelimuti nya.

Semakin tinggi bianglala yang berputar, hingga membuat ketakutan Zefa semakin membumbung tinggi juga. Dirinya, tanpa sadar, memegang erat Jaket abu-abu milik Joshua.

Meremat resah dan gelisah hingga Joshua yang tengah berantusia itu pun. Mulai merasakan, ada yang aneh dengan situasi saat ini. Ia lantas melirik ke arah jaketnya dan melihat tangan Zefa—menggegam erat jaketnya.

Joshua mulai menyeringai saat Zefa sebentar lagi akan kalah bertaruh, apalagi... Situasi di mana wanita ini mendekat padanya telah berhasil membuat Joshua merasa senang menakut-nakuti wanita tersebut.

Pada akhirnya, ia juga tahu salah satu ketakutan yang ada pada Zefa si gadis pemalas tapi pintar dan ia menyebutnya dengan sebutan koala ini.

Tepat disaat bianglala yang mereka berdua naiki berada di puncak. Mesin tiba-tiba saja berhenti. Bersama dengan napas Zefa yang ikut tercekat.

Apalagi, rasa yang tertahan sedari tadi mendorong Zefa kepada jati dirinya sendiri. Ia menengok ke arah luar jendela dan merunduk dengan semua emosi yang tiba-tiba mengguar. "Keparat! Bagaimana mungkin benda ini bisa mati di tengah jalan hah?!" teriaknya.

Zefa yang sama baru menaiki wahana ini, tentu saja sukses membuat Joshua terkejut juga semakin penasaran, gadis yang bersamanya saat ini.

Ternyata, Zefa juga memiliki cukup keberanian yang menggila seiring dengan terpacunya adrenalin, hingga Joshua mengulas senyum samar. "Argh sial! Harusnya aku memang tetap berdian diri di kamar dan tertidur!" ungkap Zefa.

Walau tawa Joshua memang tidak bisa di bendung lagi, hingga Zefa spontan mematri atensi kepada Joshua yang tergelak tawa. "Astaga, ini lucu," ucap Joshua sembari menyeka sudut matanya.

"Apanya kak Joshua?! Menurutmu ini lucu ketika kita berada di ketinggian yang akan membuat kita bisa saja cidera jika terjatuh?!" seloroh Zefa begitu saja.

"Eumm, sebenarnya aku juga baru pertama kalinya menaiki benda ini. Namun, aku tahu... Jika bianglala memang sering berhenti di tengah-tengah wahana," Jelas Joshua. Ia mengulas senyum kepada Zefa yang masih mencoba untuk menetralkan napasnya yang memburu.

Apalagi setiap kedipan cantik yang membuat Joshua semakin ingin terkekeh itu membuat Zefa meluruskan pandangan sebab, Bianglala yang mereka naiki akhirnya mulai berputar kembali.

Zefa merasa lega sekaligus malu setelah mengumpat kepada penjaga bianglala ini, beban yang ada di hati dan otaknya telah menghilang. Namun, ada apa dengan atmosfer yang berubah menjadi lebih canggung sebab Zefa tidak tahu jika bianglala memang berhenti di tengah acara.

"To-tolong lupakan... Yang barusan," ucapnya kaku.

"Duh... Bagaimana ya? Aku tidak ingin melupakannya." Joshua terkekeh untuk menambah beban malu yang membuat Zefa menekuk bibirnya semakin tertekuk.

Joshua juga tidak ber protes mengenai Zefa yang masih menggenggam erat jaketnya. Bahkan, ketika bianglala yang mereka naiki, akhirnya berhenti. Joshua pun keluar terlebih dahulu lalu disusul dengan Zefa yang tanpa sadar masih meremat jaketnya kuat.

"Kita sudah turun Zer, kamu tidak akan melepaskannya?" tanya Joshua. Ia menggerakkan torso ke arah tangan Zefa yang masih senantiasa memegang jaketnya.

Mengetahui hal tersebut Zefa langsung melepaskan jaket Joshua dan memasukkan tangannya ke dalam kedua saku celana cuffed pants miliknya.

Kembali mengikuti Joshua dari belakang dengan semua kecanggungan yang melanda. Joshua pun tidak banyak berkomentar, ketika ia membayangkan akan berjalan bersama dengan Zefa dan menikmati semua wahan.

Bukan malah seperti berjalan sendiri, kemudian mendapat ekor cantik yang membuat tubuhnya mendingin seiring dengan semakin larutnya malam ini.

Zefa bahkan hanya merunduk ketika hanya Joshua yang benar-benar menikmati acara malam ini. Walau langkah Joshua yang tuba-tiba berhenti membuat Zefa membelalak. Buak! Satu kesalahan lagi, sebab kening Zefa menabrak punggung Joshua yang memejamkan mata sabar di depannya.

Zefa bahkan mengusap kening cepat. Ia menyamping kan tubuh serta menengok Joshua yang tengah menilik gula kapas di depannya. Zefa lantas menggulirkan pandangan kepada Joshua yang meraih gula berwarna ungu dengan bentuk bunga mawar tersebut, serta menyodorkannya kepada Zefa.

"Ini untukmu," ucapnya. Zefa spontan berkedip bingung tatkala Joshua malah dengan iseng menyodorkannya gula tersebut hingga menyentuh dagu Zefa yang tercekat, sebab belum kunjung juga menerima gula tersebut.

"Tidak suka?" tanyanya.

"Su-suka," sahut Zefa. Sejujurnya, ia juga menyukai makanan satu itu. Namun, Zefa terlalu gengsi untuk membelinya apalagi ada Joshua yang membuat Zefa malu-malu sekarang ini.

Mereka berdua pun, lantas mencari sebuah tempat duduk untuk menikmati makanan tersebut. Walau di sini, hanya Joshua yang memegang gula kapas berbentuk bulat saja yang menikmati makanan tersebut. Sebab Zefa beberapa kali terus menggulirkan pandangan kepadanya dengan kaku.

Bagaimana bisa, seorang bajingan seperti Joshua menyukai gula kapas.

"Kau tidak memakannya?" tanya Joshua. Zefa yang lagi-lagi tersentak dari lamunanya itu pun kemudian menolah ke arah gula kapas yang ia pegang sedari tadi.

"Oh iya," sahut Zefa. Ia kemudian mencubit gula kapas tersebut serta mengecap gula-gula rasa Taro yang membuatnya mengulas senyum. "Eum, ini enak sekali kalau di campur es krim," ucap Zefa.

Joshua mengulas senyum lebar. Ia juga berpikiran sama ketika mengecap rasa banana yang ia pegang itu memang akan sangat nikmat bila di satukan dengan es krim.

"Menurutmu, gula kapas enak rasa apa?" tanya Joshua. Ia menggerakkan torso ke arah pedagang dengan jejeran bola kapas warna warni sesuai dengan rasa buah-buahan.

"Taro," sahut Zefa.

"Kenapa?"

"Karena aku suka ungu," timpal Zefa. Ia mengulas senyum, termasuk dengan Joshua yang melakukan hal sama.

"Berarti, aku mengambil gula kapas yang tepat?" tanya Joshua. Zefa yang langsung melahap gula kapas tanpa mencubit nya itu pun menganggukkan kepala.

Ia secara terang-terangan menunjukkan rasa sukanya kepada makanan tersebut hingga Joshua terpaku diam. Apalagi, sesuatu yang melintas dalam otaknya, membuat adrenalin Joshua mendominasi pikiran.

"Aku juga ingin mencobanya," gumam Joshua. Zefa yang belum mendengar lebih jelas apa yang Joshua ucapkan itu pun membelalak, saat Joshua mendekat dengan cepat, menyambar gula kapas yang tengah Zefa lahap hingga hidup mereka beradu sejemang tatkala Joshua melahap gula rasa taro tersebut.

Zefa resmi menjadi bongkahan es batu saat Joshua berhasil mengecap rasa taro serta menengakkan kembali dudukannya.

"Hm, enak juga," sahut Joshua. Ia menatap lurus ketika atmosfer benar-benar berubah menjadi jauh lebih canggung. Walau ulasan senyum yang mengembang sempurna, telah membuat tubuh Joshua berdebar hebat.

Begitupun dengan Zefa yang berdeham cepat. "Apa sebelumnya, kakak belum pernah kesini?" tanya Zefa mengalihkan fokus keduanya. Ia akan berusaha saja, jika barusan tidak terjadi apa-apa. Toh, Agus juga sering melakukannya.

"Belum," jawab Joshua dengan singkat.

"Oh begitu ya," balas Zefa. Keduanya terpaku diam kembali. Tidak ada kalimat pengurai suasana canggung ini selain Zefa harus mengedarkan pandangan, serta mencari wahana apa yang akan ia naiki untuk mengusaikan rasa tidak nyaman tersebut.

Apalagi, ulasan senyum Zefa memang terpancar dengan indahnya, ketika ia menangkap sebuah wahana yang mungkin akan sangat disukai Joshua.

Atau lebih tepatnya, tidak di sukai.

To Be Continued...