Jreengg..
Aku mencoba gitar yang sudah lama aku simpan di lemariku. Sudah cukup berdebu, karena cukup lama juga aku tak menyentuhnya. Terakhir kali aku ingat saat "MOS" di sekolah awal masuk SMA ini. Itulah terakhir aku memainkan gitarku saat PERSAMI dulu.
Kubersihkan dengan kain lap dari debu-debu yang cukup banyak menempel disana. Sedikit ku betulkan senar-senar yang mulai kendor. Kuputar dan kueratkan tuner senarnya. Dan sesekali aku mencoba suara dari gitarku.
jreng .. jreng.. Dan aku mulai menyenandungkan sebuah lagu.
"Waktu pertama kali
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan dirimu
Hati tenang mendengar
Suara indah menyapa
Geloranya hati ini tak kusangka
Rasa ini tak tertahan
Hati ini selalu untukmu
Terimalah lagu ini
Dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Tulus padamu" Jreenng...
Aku tersenyum sendiri usai memainkan gitarku. Suaraku tak cukup bagus.Tapi juga tak begitu buruk untuk didengar. (Tapi, sepertinya suaraku udah mirip sama penyanyi aslinya kan?hahahaha). Dan rasanya aku ingin sekali menyanyikan sebuah lagu untuk Anaya. mengungkapkan perasaanku lewat syair lagu yang indah.
Ahh... Benar kata orang, cinta itu membuat orang gila. Tersenyum sendiri karena mengingat hal-hal manis saat bersama pujaan hati.
Aku mengakui, semenjak mengenal Anaya aku tak lagi bersikap pendiam, dingin dan jutek pada orang lain. Dan bagiku ini adalah perkembangan yang bagus buatku. Dan itulah kenapa aku menampik pendapat orang tentang jatuh cinta yang hanya membuat orang gila atau bahkan cinta buta. Karena cinta punya arti sendiri bagi para pelakunya. Dan aku ingin cintaku ini membawa ku ke kebaikan dalam kehidupanku.
Aku baru ingat sore tadi saat mengantarkan Anaya pulang, kami sudah tak lagi malu-malu seperti awal jadian kami. Awal sentuhan fisik kami adalah seminggu yang lalu saat Fira melabrak Anaya hingga pacarku itu menangis. Aku yang mendahului memeluknya. Dan hari-hari setelahnya. Kami selalu berpelukan meski hanya saat diatas motor. Atau terkadang aku suka mencuri kecupan di pipi atau di keningnya. Meski bukan yang pertama kali, tapi tetap saja saat setelah mengecup kening atau pipi Anaya hatiku berdegup kencang tak karuan.
Tapi aku tahu batasanku. Aku tak ingin lebih jauh dari itu. Karena aku ingin menjaga Anaya sepenuh hatiku. Aku tak ingin merusaknya. Seperti kebanyakan lelaki lain yang sudah saling cumbu sana-sini. Bagiku itu adalah hal yang seharusnya dilakukan saat sudah ke hubungan suci pernikahan. Bukannya aku sok suci. Hanya saja itu sudah jadi prinsipku setelah mengenal agama.
Kudengar suara langkah mendekatiku.
"Dhan, bantu Bapak sebentar di warung ya?" ucap wanita paruh baya yang sudah pasti itu Ibu ku. Kuletakkan kembali gitarku. Dan segera mengiyakan perintah ibuku.
Kulangkahkan kakiku seperti biasa menuju tempat berjualan orang tuaku. Sesampainya disana ternyata Bapak masih banyak pelanggan yang membeli Bakso di warung kecilku itu. Aku segera membantunya dan sesekali aku lihat dan mendengar orang berbisik tentang diriku.
Sudah biasa bagiku mendengar pujian-pujian seperti itu. Namun bukan berarti itu membuat aku hatiku senang. Justru malah aku risih dibuatnya.
"Anaknya ganteng ya pak?" (Ah ya! Aku memang ganteng dari lahir kok, hahaaha)
"Pintar ya, Pak! Ganteng-ganteng mau bantuin orang tuanya jualan." (kalau gak mau bantuin jualan bisa-bisa gak makan gak sekolah atuh bu. xixixixi) cicitku dalam hati.
" Wah Pak anaknya sudah besar yah. kelas berapa itu? Nanti kalau sudah besar dijodohin sama anak saya aja pak?" (ini apa lagi ya Allah. Gue masih muda kali. Masih sekolah. Main ajak nikah aja. Mau dikasih makan apa entar istrinya bu? teriakku dalam hati lagi)
Namun Bapak ku orang yang santun sehingga menjadikan semua itu hanya candaan umum orang dewasa. Hanya tersenyum menanggapi para ibu yang cerewet itu. Aku pun ikut tersenyum saja seperti yang dilakukan Bapak.
Sambil membantu Bapak berkemas, kami berbicara. Bapak bertanya padaku katanya apa aku bisa mengoperasikan internet untuk mendaftarkan dagangan Bapak di online. Ah iya! Kenapa aku tak terpikirkan kesitu ya?
"Benar, Pak! Kenapa kita gak coba aja jualan Bapak di daftarkan ke online. Jadi gak hanya terima pesanan langsung ditempat. Tapi bisa melayani pesanan di Online juga. Nanti Ardhan coba ya, pak, di rumah. Bismillah. Semoga jadi peluang usaha yang lebih baik kedepannya." Aku bersemangat untuk membantu mengembangkan usaha jualan Bapak dan Ibu lewat online.
Usai membereskan dagangan Bapak kami pulang. Sesampainya dirumah pun aku segera membuka ponsel pintar ku untuk mengunduh aplikasi untuk berjualan online. Ah ternyata perlu mengisi data-data yang diperlukan. Dan ini harusnya data Bapak. Berhubung Bapak sudah beristirahat aku mengurungkan mengisi form aplikasi tersebut.
Kubuka aplikasi perpesanan ku. Dan aku melotot ketika ada beberapa missed call dan berpuluh-puluh pesan dari 'Pacar'. Kubuka dan kubaca satu persatu pesan itu.
"Assalamu'alaikum."
"Dhan"
"Hallo"
"Sbuk yah?"
"Ih kok dicuekin sih? :("
"Sepi,"
"Bete,"
"Ardhan nyebeliinn!"
Begitu akhir dari pesan yang terkirim padaku dari Anaya. Aku terkekeh geli setelah membaca pesannya.
Lalu kutekan tombol hijau bersimbol gagang telepon. Tuuutt.. Sekali tak diangkat..Dua kali masih tak dijawab... Ketiga kali masih sama dan aku berniat menutup teleponnya.
Namun sebelum kutekan tombol merahnya. Tiba-tiba kudengar suara serak khas bangun tidur dari pacarku itu. Kulihat jam dinding dikamarku. Lalu seketika aku menepuk jidat karena ternyata sudah pukul sebelas malam. Aku merasa bersalah karena mengganggu istirahat gadisku.
"Hallo..." jawabnya terdengar malas.
"Maaf ganggu. Aku gak liat waktu, nelpon di jam segini. Selamat tidur cantik," ucapku hendak memutuskan panggilan.
"Aku nungguin kamu dari tadi," rajuknya dan kudengar itu manis sekali di telingaku
"Maaf tadi bantuin Bapak jualan," jelasku sambil tersenyum meski kutahu Anaya tak bisa melihatnya.
" Ardhan aku sayang kamu, banget," ucap Anaya tapi setelahnya aku mendengar dengkuran halusnya. Aku tersenyum lebar. Karena pasti Anaya mengucapkan itu antara sadar dan tidak. Karena dia pasti sangat mengantuk sekali. Mengingat hari sudah sangat larut.
"Ya. Aku juga sayang kamu. Tidurlah. Sudah larut malam. Besok aku jemput ya?" ucapku lembut. Tapi aku tak lagi mendengar suaranya. Hanya dengkuran halusnya yang samar-samar aku dengar.
"Good night cantik. Good night sayang. I miss you too," pungkasku mengakhiri panggilan.
*******
Pagi hari nya setelah solat subuh, sebelum semua melakukan aktifitas masing-masing, aku mengatakan pada Bapak bahwa untuk mendaftarkan online butuh data-data seperti nomer induk KTP dan lain sebagainya. Bapak beranjak mengambil semua keperluan yang dibutuhkan.
Aku segera mengisi sederet data abjad dan numerik untuk mendaftar di usaha online untuk jualan Bapak. Semua sudah beres hanya tinggal menunggu konfirmasi saja dari aplikasi onlinenya.
"Sudah, Pak! Tinggal menunggu di konfirmasi dari pihak onlinenya. Nanti kalau sudah di konfirmasi udah bisa melayani pesanan di online, Pak," kataku menjelaskan pada Bapak dengan bahasa yang bisa dimengerti. Bapak hanya mengangguk-angguk. Lalu kami semua pergi melakukan aktifitas masing-masing.
Bapak dan Ibu bersiap ke Pasar. Aku bersiap sekolah dan membangunkan Ahsan untuk sekolah juga.