"Sky! Leo!"
Tanpa salam sapa, Oskar langsung saja berteriak, membentak dan menegur Leo dan Sky dengn nada suara tinggi.
"Ya, tuan," pekik Leo cepat.
"Ya, Ayah," sahut Sky pula.
Keduanya segera berdiri dengan posisi sigap. Meski hanya sebatas hologram semata, namun baik dari segi suara dan kencangnya teriakan masih tetap terasa sama.
"Cepat katakan kepadaku. Mengapa di antara kalian berdua sama-sama tidak ada yang melapor kepadaku!" katanya yang diakhir kalimat sedikit terpotong.
"Melapor apa ayah?" tanya Sky menyambut.
"Diam kau! Diriku kesal denganmu Sky!"
Bukan mendapat pujian atau sanjungan, Sky malas dibentak tanpa keterangan yang jelas.
"Kesal kenapa, Ayah? Mengapa ayah marah kepadaku? Apa salahku yang membuat ayah kesal?" ujar Sky bertanya.
"Kau pakai bertanya lagi. Sekarang diriku bertanya. Di antara kalian berdua siapa yang memiliki niat untuk menyembunyikan, tentang pembunuhan seorang pria yang menjadi penumpang satu pesawat dengan kalian?"
Arah pembicaraannya kepada kasus pria Kanada yang harus terenggut nyawanya oleh orang lain.
Leo dan Sky saling bertatapan mata. Sky berkedip, memberi kode agar Leo saja yang menjelaskan semuanya kepada Oskar.
"Tidak mau." Leo menggelengkan kepalanya.
"Kau saja," bisiknya berbalik memaksa Sky.
Keduanya saling mendesak satu sama lain agar satu di antara mereka mau mengaku kepada Oskar.
"Kalian kenapa?!" kembali Oskar membentak Sky dsn Leo.
Diacuhkan dan tidak dihiraukan, membuat Oskat naik pitam.
"Tidak ada apa-apa. Kami hanya sedang berunding bersama saja. Benar bukan Leo?" elak Sky.
Tidak ada pilihan cara lain selain berkata bohong kepada ayahnya.
Sky tidaklah pandai berbohong, maka dari itu dia mengajak Leo untuk bekerjasama.
"Yang tuan katakan semuanya benar. Memang terjadi pembunuhan di pesawat, dan yang menjadi korbannya adalah pria keturunan Kanada yang hendak kembali ke Amerika," beber Leo tanpa regu.
Dibeberkan semuanya. Meski tidak detail, tetapi Leo mau berkata jujur. Oskar sangat mengapresiasikan kejujuran Leo tersebut.
"Jadi seperti itu," balas Oskar, seraya menarik-narik janggutnya.
Tidak ada bulu yang tumbuh di dagu Oskar, akan tetapi ayahnya Sky itu sangat senang sekali menarik dagunya, seolah-olah dirinya memiliki janggut yang panjang.
"Mengapa kau mengatakannya?" cubit Sky di pinggul Leo.
Leo sama sekali tidak menjerit, sebab yang diciptakan dari cubitan itu tidak lebih sakit dari masa lalunya.
"Apakah tuan memiliki tugas untuk kami selesaikan?" tanya Leo.
Sky datang dengan mode menyimak. Sementara itu Naga yang berdiri di belakang hologram tampak diam-diam saja.
"Tidak ada hal yang perlu kalian lakukan. Tetap selesaikan tugas yang diriku berikan kepada kalian."
Bukan lagi keluh, mengomel atau semacamnya. Leo hanya terlihat diam selama perbincangan tersebut.
"Kalian harus segera bertemu dengan Mr. Duck di lokasi yang sudah disepakati bersama," lanjut Oskar menambahkan.
"Baik, tuan. Misi kali ini saya pastikan akan selesai dengan baik. Semoga tidak ada lagi hambatan di dalamnya," balas Leo.
Santai dan dengan gayanya yang karismatik, ideal dengan tubuh atletisnya, serta menawan tentu dengan lesung pipi menambah daya tarik seorang Leo Sukma Atmaja.
Dengan tipe suara Leo yang berat-berat lembut itu, menjadikan dirinya juga sebagai pria yang sedang banyak digandrungi kaum Hawa. Namun, sayang belum ada wanita beruntung bisa mencairkan hati Leo yang beku itu.
"Semoga saja. Diriku menunggu kabar baik dari kalian," tutup Oskar.
Dia berancang-ancang untuk menyelesaikan video call tersebut.
Namun, sebelum video call-nya berakhir Oskar pun berkata.
"Hei kau, Sky Putra Oskar!" tegurnya untuk Sky.
"Ya, ayah!" sahut Sky cepat.
"Diriku ingatkan kepadamu. Jangan pernah main-main lagi setelah ini. Selesaikan tugas pertamamu dan ingat. Jangan membuat Leo repot lagi. Ingat itu!"
"Ya, baik ayah," kata Sky melemas.
Terdengar berlebihan memang, tetapi kenyataannya demikian. Sky selalu tertekan, sedang Leo yang selalu disayang.
"Baiklah, aku sudahi dulu. Pesanku berhati-hatilah dengan Mr. Duck, sebab Mr. Duck dan orang-orangnya tidak bisa dipercaya dalam hal kerjasama. Ingat itu!" pesan Oskar sebelum pergi.
"Satu hal lagi. Berhati-hatilah ketika menyeberang perbatasan. Karena organisasi Black Eyes tidak akan membiarkan kalian melewati berbatasan dengan mudah. Paham!"
"Ya, tuan. Tuan Oskar tidak usah mencemaskan hal tersebut. Tentunya aku sudah mempersiapkan semuanya untuk kemungkinan yang terjadi nanti," kata Leo meyakinkan Oskar.
"Benar yang Leo katakan. Ayah tidak usah mencemaskan hal tersebut. Anak ayah ini akan menjalankan tugasnya dengan baik di perbatasan nanti," ujar Sky menambahkan.
"Baiklah. Pesanku hanya satu. Berhati-hatilah," imbuh Oskar kembali.
"Siap, Pak!" sahut kompak keduanya.
Semangat membara membakar api yang sedang menyala di dalam jiwa. Oskar tidak bisa menutup kemungkinan bahwa anak buahnya akan mengalami kesulitan di perbatasan nanti.
Ada sedikit kecemasan dalam batinnya untuk melepas Sky dan Leo ke perbatasan. Mungkin Leo sudah terbiasa, tetapi tidak untuk Sky.
Ini menjadi misi pertamanya menyebrangi perbatasan utara Amerika, yaitu Kanada. Sudah jelas Oskar mencemaskan hal tersebut. Sebab jam terbang Sky tidaklah banyak. Lain halnya dengan Leo yang sudah menggeluti pekerjaan ini selama 10 tahun terakhir.
Jadi wajar saja jika jam terbang Leo lebih banyak dan lebih berpengalaman daripada Sky yang adalah putra kandung dari Oskar itu sendiri.
Sambungan video pun telah terputus. Mereka yang sedari tadi menahan napas akhirnya bisa menghirup udara kebebasan.
Bagaimanapun juga ketika berhadapan dengan Oskar, baik langsung atau via telepon akan terasa seperti sedang tercekik.
Mereka langsung tepar di kursi. Sedangkan Naga mencabut yang sebelumnya terpasang di gawainya.
"Astaga, mengapa aku merasa takut saat ayah berkata seperti itu? Jarang sekali aku melihat ayah marah dan cemas seperti tadi. Setahuku ayah sangat pendiam saat ada di rumah," tutur Sky.
"Tapi, kenapa sekarang mendadak menjadi singa padang pasir, yang galak dan kejam. Aduh."
Menepuk jidat. Tubuhnya lemas ketika Oskar yang terus-menerus memarahinya. Seakan-akan ayahnya itu ingin menumpahkan semua kekesalannya kepada anaknya sendiri.
Apa itu yang disebut seorang ayah? Keluh Sky, seraya meneguk segelas air putih. Sementara itu Leo sedang asik berbincang dengan Naga.
Meskipun mereka berbicara di depan matanya, tetapi setiap kata yang terlontar sama sekali tidak Sky dengar.
Sky menaruh curiga kepada mereka berdua. Sebab perbincangan mereka terdengar sangat serius. Dan, ya. Mengapa juga mereka berbisik?
Jelas itu menimbulkan banyak persepsi di benak Sky saat ini. Mungkinkah mereka berkomplot untuk menyingkirkan dirinya dari tugas ini, entah?
Tidak menutup kemungkinan Sky dan Naga sedang menyusun rencana untuk menghindari organisasi Black Eyes di perbatasan nanti.
Perbincangan mereka masih berlanjut. Membaca dari raut wajah keduanya. Sky menerawang, ada rasa cemas yang sangat besar dari expresi keduanya.
Namun, kenapa pula mereka berbicara dengan suara yang kecil dan memakai bahasa isyarat juga. Aneh bukan?
"Mari. Kita akan biarakannya di sana!" ajak Leo.
"Baik tuan," balas Naga.
Keduanya terlalu asyik mengobrol, sampai lupa bahwa di tempat itu juga ada Sky. Seseorang yang juga berhak tahu apa yang sedang direncanakan?
Tapi, sepertinya Leo melupakan hal tersebut. Sehingga dirinya dan Naga memilih untuk tidak berbicara di sana.
"Astaga, aku diacuhkan. Bagaimana bisa mereka pergi begitu saja tanpa melibatkan diriku? Mereka itu temanku atau musuhku sebenarnya?"
"Mengapa juga aku harus dilupakan seperti ini? Aku merasa seperti kerikil kecil di pinggir jalan yang tidak akan pernah terlihat oleh siapapun," kesalnya.
Pada akhirnya Sky bukanlah orang penting dalam misi ini. Bukankah seharusnya Leo berterima kasih kepadanya? Sebab jika bukan karena Sky, Leo pun tidak akan tahu bahwa musuhnya berada di negara ini.
Ayo, apa yang akan Sky perbuat?
"Hei, kalian! Tunggu aku!"
Mengejar Leo dan Naga? Atau Sky akan memarahi keduanya?
Penasaran?
JANGAN LUPA BACA BAB SELANJUTNYA!