Ketika pesta yang masih berlangsung dengan meriah. Mendadak listrik pun padam. Semua orang yang hadir menjadi panik. Termasuk Leo dan Naga yang cemas karena Sky tidak kunjung kembali dari kamar kecil.
"Di mana Mr. Duck?" tanya Leo.
"Di dalam kamar ini?" balas Sky.
Dikondisi seperti ini, mengapa juga listriknya harus padam, dan kenapa Mr. Duck tidak keluar kamar setelah tahu listriknya padam?
Leo, Naga dan Sky bertanya-tanya. Menduga-duga apa yang terjadi di dalam sana.
Dugaan mereka sedikit menemukan titik terang.
Dor ….
Setelah terdengar suara tembakan satu kali. Dari dalan mereka sudah menebak kondisi yang terjadi di dalam.
Dor ….
Dor ….
Lalu, disusul dengan suara kedua dan ketiga.
Leo dan yang lain tidak akan diam begitu saja. Terutama Leo memang orang yang dekat dengan Mr. Duck.
"Tuan!" teriak Sky.
Dia menggedor-gedor pintunya, dan berteriak memanggil Mr. Duck yang berada di dalam.
Naga mencoba membuka pintunya. Dia mencoba mencari kata sandi pintunya dengan layar ponselnya, tetapi tidak ditemukan kode sandinya
Leo? Sedangkan Leo diam. Diamnya bukan tanpa alasan.
"Minggir kalian!" pinta Leo.
"Kau ingin melakukan apa? Jangan katakan kau ingin mendobrak pintunya," tebak Naga.
"Tidak ada cara lain," singkat Leo.
Bruk …
Leo menabrakkan tubuhnya ke pintu. Mencoba mendobrak pintu yang terkunci otomatis itu.
"Leo," kata Sky.
"Minggir kau! Biarkan aku melakukan ini."
Bruk ….
Semua tenaganya dikerahkan. Bahkan Sky dan Naga baru pertama kali melihat Leo seperti ini.
Mereka juga tidak bisa diam begitu saja. Naga dan Sky juga ikut membantu. Memang ini terlihat tidak waras, tetapi tidak ada cara lain bagi mereka.
Beberapa kali mereka mencoba, akan tetapi tidak ada tanda-tanda pintu akan terbuka.
"Mari kita lakukan bersama," usul Naga.
"Benar yang dikatakan Naga. Kekuatan yang disatukan pasti menciptakan kekuatan yang lebih besar." Sky satu pemikiran dengan Naga.
"Baiklah. Ikuti aba-abaku."
Leo setuju. Dia pun mulai menghitung mundur.
Tiga, dua, satu ….
Hitungan terakhir mereka bersama-sama mendobrak pintunya.
Bruk ….
Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Pintunya pun berhasil terbuka dan bersamaan dengan itu listriknya pun kembali menyala.
Mereka masuk bersama-sama dan mendapati Mr. Duck yang sudah tersungkur di lantai, dengan bersimbah darah di bagian lengan serta kepalanya.
Leo langsung menghampiri Mr. Duck dan begitu juga dengan yang lain.
"Siapa yang sudah melakukan ini kepadanya?" tanya Leo sedikit ada kesedihan.
"Pasti gadis yang tadi Mr. Duck ajak kemari," umpat Sky.
"Benarkah?" Naga langsung memperanyakannya.
Leo pun memikirkan hal yang sama. Sebab dirinya juga melihat gadis yang tadi merayu Mr. Duck.
Mereka mencari keberadaan gadis tersebut. Masalahnya ruangan ini terlalu kacau. Barang-barang berserakan. Meja dan kursi tercecer tidak beraturan.
Tidak perlu repot-repot mencari. Gadis itu pun menampakkan dirinya di depan Leo dan yang lainnya.
"Dia gadisnya," pekik Sky.
Leo dan Naga pasang badan siaga. Sedangkan gadis itu sudah berpakaian rapi dengan pistol yang mengacung ke depan.
"Angkat kedua tangan kalian," perintahnya lembut.
Sky, Naga dan Leo belum mengikuti kemauan gadis tersebut.
"Angkat kedua tangan kalian!" Dia membentak keras. Sky tersentak dan akhirnya mengangkat kedua tangannya secara seponan.
Sementara itu Naga dan Leo tampak biasa-biasa saja. Keduanya malah tenang dan belum mengambil tindakan apa-apa.
"Siapa kau? Mengapa kau membunuh Mr. Duck?" Leo melontarkan pertanyaan kepada gadis itu.
Hahaha, gadis itu malah tertawa keras.
"Pria tua itu memang pantas dikirim ke alam baka," ujarnya serius.
"Dan aku memang diperintahkan untuk membunuh pra tua itu. Lalu, setelah itu kalian," katanya mengancam Leo dan kawan-kawan.
Sky tampak getar-getir mendengar ancaman itu. Sedangkan Naga dan Leo sama sekali tidak takut dengan gertakan kecil itu.
"Katakan siapa yang sudah menyuruh dirimu? Siapa yang membayarmu untuk membuh Mr. Duck?"
Leo mempertegas kembali pertanyaannya. Sekali lagi Leo bertanya siapa yang sudah memerintahkannya membunuh Mr. Duck?
"Hahaha, itu bukan urusanmu. Kalian tidak perlu mengetahui siapa tuanku itu. Namun, jika kalian penasaran tuan menyampaikan pesannya untuk kalian," ungkap gadis itu lanjut.
"Apa pesannya?" umpat Leo.
"Pesannya tidak terlalu pentinga, tetapi dia berkata. Dia menunggumu di perbatasan pukul 09:00," bebernya.
Gadis itu sudah mengatakan yang seharusnya dirinya sampaikan. Leo, sudah mengetahui siapa yang sudah mengirim gadis tersebut.
"Virgo!" pelan, namun menyimpan banyak arti.
"Jadi dia yang sudah mengirim gadis itu? Rupanya dia tidak menerima kekalahannya itu," bisik Naga.
"Pria itu seorang pencundang, yang hanya bisa menggunakan seorang wanita untuk membunuh musuhnya," sindir Leo.
Keduanya bercakap dengan cara berbisim-bisik.
"Hei, kalian berdua! Jangan coba-coba kalian untuk melawanku, atau peluru ini siap mengenai kepala kalain," gertak gadis itu kembali.
Bagaimana cara gadis itu melawan Leo dan Naga, sedangkan dirinya saja bergetar ketika memegang pistol tersebut.
He, Leo menyeringai. Dia menyunggingkan bibirnya ke atas. Dari sana Naga sudah bisa membaca isi dalam benak Leo.
Naga menggedipkan kedua matanya. Dia memberi kode kepada Leo. Entah apa yang akan mereka lakukan?
"Sekarang!"
Leo bergerak. Namun, tidak ada senjata di tangan. Dia menjadikan Sky sebagai pertahanannya.
Bruk ….
Dia mendorong Sky untuk melumpuhkan gadis itu.
"Kena," pekik Naga senang.
Pistol itu terlepas dari tangan gadis tersebut. Sky menabrak gadis itu dan membuat keduanya tersungkur di lantai.
Leo bergerak cepat. Dia meraih pistol tersebut dan segera menarik pelatuknya.
Dor ….
Bukan pistolnya yang berbunyi, melainkan dirinya yang mengeluarkan suara, dan mengejek. Tidak ada peluru yang melesat dan mengenai seseorang.
Sky segera bangun dan serdiri berdampingan Naga.
Leo menodongkan pistol itu ke arah gadis itu.
"Ampun tuan. Aku mohon tuan. Tolong maafkan diriku tuan. Aku tidaklah bersalah tuan. Aku bukanlah pembunuh pria tua itu, Tuan."
Di bawah tekanan, gadis itu mengakui semua bahwa dirinya tidak membunuh Mr. Duck.
"Jika bukan dirimu yang mebunuh, lalu siapa?" bentak Leo.
Gadis itu tidak mengatakan apa-apa. Dia mengunci mulutnya rapat-rapat.
"Cepat katakan siapa yang membunuh Mr. Duck?!" kembali Leo mengertak gadis itu.
Akan tetapi, sepertinya gertakan saja tidak kuat untuk bisa membuka mulut gadis tersebut.
"Hm… Hm…"
Meskipun dia sempat memohon sebelumnya, tetapi gadis itu mengunci dapat-rapat mulutnya.
Leo semakin kesal. Dia tidak suka harus menunggu seperti ini. Leo mendekati gadis itu dengan terus menodongkan pistol tersebut.
"Cepat katakan. Siapa yang sudah membunuh Mr. Duck?"
Nada suaranya diturunkan, walau begitu bukan berarti Leo akan mengalah.
"Aku bertanya satu kali lagi. Siapa yang sudah mengirimmu kemari? Dan siapa orang yang sudah berani membunuh Mr. Duck?!"
Greek ….
Dia tidak mengatakan apa apa-apa. Sebaliknya dia menyayat sampai putus urat nadinya.
Dor ….
Dan Leo mempercepat kepergian gadis itu ke alam baka.
Biarpun wanita itu sudah memotong urat nadi yang ada di lehernya, tetap saja Leo harus menyelesaikan semuanya.
Akhirnya wanita itu tewas dengan luka sayat di leher serta peluru yang bersarang di kepalanya.
***
Siapa yang sudah membunuh Mr. Duck?
JANGAN LUPA BACA BAB SELANJUTNYA!