Stella menyalakan televisi di rumahnya. Baru saja dinyalakan mereka sudah dibuat terkejut.
"Kabar terhangat. Telah dikonfirmasi bahwa salah satu orang terkaya di kota New York meninggal dunia. Mr. Duck telah dibunuh di salah satu club malam ketika sedang merayakan pesta …."
"Dilansir dari pemberitaan online. Leo Sukma Atmaja mengatakan. Bahwa salah satu dari organisasi Black Eyes yang sudah membunuh Mr. Duck. Dia juga membeberkan barang bukti bahwa anggota Black Eyes-lah yang bertanggung jawab atas kematian Mr. Duck."
"Sampai berita ini diturunkan. Belum ada pihak keluarga yang mau diajak wawancara. Mereka masih menutup diri, sebab kepergian Mr. Duck yang mendadak tentu menyisakan duka terdalam bagi keluarga besar."
THEK ….
Stevi merebut remot dari tangan Stella, dang langsung mematikan televisinya.
"Ya, ada apa? Mengapa kamu mematikan televisinya? Bukankah itu berita yang sangat besar," kesalnya.
Stella merebut lagi remotnya dari Stevi, "Ya, jangan dinyalakan lagi," kata Stevi terdengar takut.
"Ada apa denganmu? Mengapa aku tidak boleh menonton tv?" tanya Stella heran.
"Aku masih merasa takut. Kau dengar tidak. Pembawa acara itu menyebut nama Leo Sukma Atmaja? Setelah aku tahu bahwa orang itu seorang mafia, aku merasa takut. Dirinya takut jika dia datang dan membunuhku," sambung Stevi lagi.
Alasannya tentu beralasan. Berita tentang meninggalnya Mr. Duck memang membuat warga New York menjadi syok. Terutama Stevi. Meski dia bukan warga asli negara ini, tetapi yang Stevi takuti adalah Leo.
Saat pembaca berita mengatakan bahwa yang mengkonfirmasi kematian Mr. Duck adalah Leo, maka Stevi merasa hidupnya dalam bahaya.
Ditambah pemberitaan mengatakan pula, jika Mr. Duck dibunuh oleh salah satu anggota organisasi Black Eyes.
Setiap mendengar kata organisasi, Stevi akan langsung merasa takut. Entah sejak kapan dirinya merasakan ini? Tidak jelas, tetapi ini tercipta dari trauma masa kecil.
Stevi menjelaskan semuanya kepada Stella, "Oh, jadi seperti itu. Baiklah, maafkan diriku karena sudah membuatmu takut," ungkap Stella iba.
"Maaf, karena sudah membuatmu trauma kembali," imbuh Stella menyesal.
"Tidak apa-apa. Kau tidak usah mohon maaf seperti itu. Lagi pula mungkin aku yang terlalu berlebihan saja," ujar Stevi membalas.
"Seharusnya aku bisa berpikir lebih luas lagi. Sebab tidak mungkin pria bernama Leo itu mengejarku untuk balas dendam. Aku yang terlalu berlebihan," kata Stevi menambahkan.
"Sini, peluk."
Stella memintanya. Dia memeluk saudara barunya itu. Tidak lagi seperti teman. Stevi sudah seperti kakaknya sendiri.
Mereka saling menguatkan satu sama lain. Tidak ada kata orang asing dalam pertemanan mereka.
****
Di sisi berbeda. Tempat di mana jasad Mr. Duck sedang disemayamkan. Para pelayan silih berganti berdatangan menabur bunga sebagai penghormatan terakhir dari mereka kepada Mr. Duck.
Dengan mengenakan setelan jas hitam serta kacamata hitam. Leo, Sky, dan Naga sedang berjaga-jaga di depan tempat persemayaman Mr. Duck.
Mereka tidak berada dalam satu tempat. Ketiganya menyebar agar tidak terlihat sangat mencolok.
"Bagaimana mawar? Apa di sana aman?" kata Leo menyapa Naga.
"Mawar di sini. Titik ini masih terpantau aman. Bagaimana denganmu, Bakung," balas Naga untuk Leo.
Mawar adalah kode untuk Naga, sedangkang Bakung adalah kode untuk Leo. Sementara Sky memakai kode Anggrek.
Masing-masing memasang earphone di telinga, memudahkan ketiganya berkomunikasi.
Sampai sekarang masih terpantau aman. Di titik yang dijaga Naga tidak terlihat hal yang mencurigakan. Sama dengan Naga, di posisi Sky pun masih dalam kondisi yang aman.
Para pelayat mulai berdatangan. Tak henti-hentinya orang memberi ucapan duka kepada keluarga Mr. Duck. Sampai di waktu para pelayan membeludah. Membuat area persemayaman ini menjadi ramai dan cenderung berdesak-desakan.
Terutama di titik yang dijaga oleh Leo. Bukan berniat memberi ucapan duka saja, tetapi para pelayan di sana juga sibuk mendatangi Leo.
Ya, siapa yang tidak mengenal Leo Sukma Atmaja. Pria ganteng dengan sejuta talentanya itu sangat digandrungi oleh banyak orang.
Terutama saat dirinya mengumumkan kematian Mr. Duck kepada publik, dan Leo yang menjadi bahan pembicaraan publik.
Ketampanan dan karisma Leo membuat banyak orang menjadi terpikat. Bahkan saat sekarang pun dia malah banyak didatangi gadis-gadis.
"Maaf. Aku harus pergi," katanya menolak lembut.
"Aaaa, suaranya," jerit para gadis.
Leo memilih diam. Sebab dia tahu ini ada yang salah. Meskipun sudah membuat penyamaran, mengapa juga dirinya masih dikenali oleh banyak orang.
"Mawar! Mawar!" Dia mencoba menghubungi Naga.
"Anggrek," sambungnya kepada Sky.
"Ya, Leo," balas Naga bersama dengan Sky.
"Aku akan mencoba kesana. Aku sudah tidak bisa berjaga di sini, karena para pelayat sudah mengenal diriku. Penyamaranku gagal," ujarnya seraya menghindar dari kejaran para gadis.
"Baiklah. Kita bertemu di tempat yang sudah kita sepakati," usul Naga.
"Ya, aku akan kesana," balas Leo setuju.
Ketiganya sudah sama-sama memutuskan untuk melakukan pertemuan bersama terlebih dahulu.
Naga dan Sky meninggalkan posnya dan pergi ke titik yang sudah disepakati bersama.
Namun, sebelum mereka sama-sama bertemu, hal mengejutkan terjadi.
DOR ….
Suara tembakan terdengar keras. Leo terdiam sejenak dan begitu juga dengan Naga serta Sky.
"Leo," sebut Naga. Lalu, Sky mengatakan hal yang serupa.
"Darimana suara itu berasal?" tanya Leo.
"Sepertinya di aula tengah," tebak Naga.
"Baiklah. Ayo pergi!"
Tidak perlu pikir panjang. Mereka berlari menuju aula tengah yang kemungkinan menjadi titik penembakan tersebut.
Leo berjaga di luar gedung membuatnya harus ekstra cepat untuk masuk ke aula utama.
Sedangkan Sky berjaga di area belakang. Di titik ini pula cukup terpantau ramai. Namun, dengan suara tembakan tadi, membuat banyak orang menjadi panik.
Sementara itu. Naga berjaga di lantai dua. Titik yang cukup dekat dengan aula utama. Hal ini memudahkan Naga untuk sampai terlebih dahulu di sana.
Suasana yang semula tenang kini menjadi riuh dan kacau. Orang-orang berhamburan keluar gedung dan mencoba untuk menyelamatkan diri masing-masing.
Dengan kondisi yang tidak kondusif seperti ini membuat siapa saja menjadi tersangka penembakan tadi.
"Permisi. Tolong tenang semuanya," kata Naga.
Dia berusaha menembus kerumunan ini. Sulit menjangkau aula utama jika orang-orang di sini tidak bisa tenang.
"Kau di mana?" tanya Naga menghubungi Leo.
"Aku masih terjebak di depan gedung. Orang-orang disini sulit diatur. Aku tidak bisa masuk ke dalam gedung sekarang," balas Leo.
Bagaimana cara Leo untuk mencapai aula? Sedangkan dirinya harus terjebak di antara banyaknya orang yang ingin meninggalkan tempat ini.
Tidak pikir panjang. Leo mengangkat pistolnya ke atas.
DOR ….
Dia melepaskan satu tembakan ke udara. Sontak dari sana orang-orang menjadi diam.
"Merunduk semuanya!" perintahnya.
Saat itu juga orang-orang di sana langsung jongkok dan menundukan kepala mereka.
Dengan begini Leo bisa masuk ke aula tanpa hambatan lagi.
"Kalian diam, jangan ada satupun di antara kalian yang bergerak!"