Chereads / lelakiku / Chapter 3 - mengapa disaat tak tepat..

Chapter 3 - mengapa disaat tak tepat..

"ini nomor ku Agus. " pesan teks masuk

"oh.. iya" Jawab ku

"gimana? "

"apanya? " (sambil aku berpikir keras)

"kamu mau nggak jadi pacar ku? " (dengan emoticon hati)

"hah? baru saja ketemu kenapa menanyakan hal itu? "

"aku kan sudah mengenalmu sejak kecil"

"walaupun begitu, aku kan tidak pernah berbicara sama kamu"

"namanya juga masih kecil, apa juga yang mau di obrolin.. wkwkk.." (dengan emoticon ketawa)

"entahlah.. " jawab ku singkat

"kamu belum punya pacar kan..?? " tanyanya penasaran

"belum sih.. tapi aku pernah dekat dengan seseorang. tapi entah sekarang dia menghilang begitu saja tak ada kabar.. " (mengingat kenangan dengan Agung)

"tak masalah kamu dekat dengan siapa pun, yang penting aku juga ingin dekat dengan mu.. "

Aku tak berani untuk membalas pesannya. Saat itu juga sudah larut malam. Aku mengantuk sekali hingga tertidur pulas. Keesokan harinya, aku bangun dan ku lihat tak ada pesan teks apapun yang masuk. Aku berpikir mungkin semalam hanya gurauan Agus saja untuk menggoda ku. "ah.. mungkin dia tak serius" pikirku. Namun, saat aku berada di sekolah, tiba-tiba ponselku menyala dan kulihat ada pesan dari Agus dengan kalimat "Selamat beraktivitas ya.. ". Walau hanya kalimat itu saja, hatiku tersentuh. Aku pun hanya melihat isi pesannya tanpa aku membalasnya. " Sudahlah.. biarkan saja.. nanti juga akan bosan sendiri dia. " pikirku. Namun pikiranku keliru, semakin lama Agus semakin mendekati ku.. Setiap hari selalu ada kalimat manis yang dia kirimkan padaku. Bahkan setiap aku senggang, kita selalu mengobrol lewat telepon. Aku tahu dia sibuk kerja, namun dia selalu mengabariku. Obrolan tak penting atau kata-kata sepele yang dikirim padaku membuat aku merasa nyaman. Aku mulai berpikir " apakah aku sudah jatuh hati padanya?? "

Sudah satu bulan tanpa terasa aku berhubungan dengan Agus tanpa ada kata "aku suka padamu", namun dia selalu yang mengucapkan kalimat itu. Dia tak pernah memaksaku untuk mengucapkan itu. Katanya, " aku saja yang mencintaimu sudah cukup". Sungguh meleleh hati ini mendengarnya. Aku benar-benar merasakan masa pubertas ku. Setiap kali bertemu dengannya hatiku berdebar. Setiap weekend, dia selalu datang ke rumah untuk menemui ku. Bahkan sering sekali dia mengantar dan menjemput ku ke sekolah. Orang tua ku mulai mempertanyakan "kenapa sering sekali menemui ku?". Di jaman saat ini sudah biasa pria yang menyukai wanita slalu mengunjunginya di rumah, itu dimaklumi orang tua ku. Apalagi kakakku, dia orang yang cuek, jadi masa bodoh siapa saja yang dekat dengan adiknya ini.

Pagi ini Agus juga mengantar ku, tapi sejujurnya aku tak enak karena dia juga sibuk kerja. Namanya pasangan muda, apapun pasti dilakukan untuk pasangannya. Ditengah perjalanan aku bertanya, "emang nya nggak apa-apa kalau sering nganterin aku? "

"nggak apa-apa. namanya juga cinta" jawab nya sambil memegang tanganku yang di arahkan melingkar ke pinggangnya.

Aku juga nurut saja tanganku melingkari pinggangnya.

Sampainya di depan gerbang sekolah, aku mencium tangannya untuk pamit.

"aku masuk dulu. " sambil pamitan

Tiba-tiba dia mencium keningku, sontak aku kaget dan reflek "Iiihh.. apaan sih" kata yang ku lontarkan begitu saja, dengan pipiku yang memerah merasa malu sekaligus senang. Untung saja tak ada orang yang melihat, karena saat ini juga masih terlalu pagi. Maklum lah, dia harus berangkat kerja jadi aku harus berangkat lebih pagi jika diantarnya.

"Assalamu'alaikum." pamitnya sambil memutar motornya.

"Walaikum salam. " jawabku sembari masuk ke gerbang sekolah.

.....

Hari ini berlalu begitu cepat, aku pun bertemu dengan Agus lagi. Seperti biasa, dia sudah ada di samping gerbang sekolah.

"Waahh.. on time ya.. " Ejekanku

"iyalah.. buat yang tersayang.. " jawabannya dengan senyuman

"iihh.. lebay.. "

"lak mesti gitu.. " dengan bahasa jawanya

Aku langsung pakai helm dan naik ke motornya.

"pegangan..!! " perintahnya.

"emoh .. " ( bahasa jawanya nggak mau) jawabku

" halah, " (tanganku di arahkan ke pinggangnya). "mau makan apa? " tanyanya

"terserah." jawab ku

"makan mie ayam aja kalo gitu. " tegasnya

"oke."

Tak lama mengendarai motor, kita sudah sampai di tempat makan mie ayam yang biasa kita kunjungi. Setelah selesai makan, kita langsung pulang. Namun, dalam perjalanan, ponselku terus berdering.

"ponselmu bunyi. angkat dulu teleponnya" perintahnya.

Aku melihat ada panggilan dari Agung. Aku langsung kaget dan melepas pegangan tangan Agus.

"siapa? " tanyanya

"hmm.. orang rumah. " jawabku dengan bohong.

Aku mulai saat itu, berpikir terus. "kenapa baru muncul? kenapa sekarang? " pikiranku tak fokus. Agus yang ngajak ngobrol tak ku perhatikan. Aku hanya jawab dengan kata "ya," atau " terus" gitu aja sampai rumah.

Dan setibanya di rumah, aku langsung turun dari motor tanpa pamitan langsung masuk ke rumah. Aku tak tahu apa Agus menyadari sikapku atau tidak, karena itu spontan saja. Dia juga langsung pulang tanpa mampir ke rumah, lagian hari juga sudah sore menjelang malam..

Aku bergegas membersihkan diri dan masuk kamar. Aku melihat ponselku, "kenapa tak telepon lagi.? " gumamku. "atau aku telepon balik aja ya?! " bimbang ku.. Bingung harus gimana, aku terus pegang ponselku.

....

Tiba-tiba..

"kenapa tadi kok buru-buru? " pesan masuk dari Agus

"iya, tadi perutku sakit" bohong ku.

"makanya, kalu makan sambal jangan banyak-banyak. " perhatian nya.

"iya.kan udah biasa kayak gitu. " balasku.

"aku alih telepon kamu ya.. " mintanya

"nggak usah. aku mau ngerjain tugas dulu. kayaknya sampek malam. jadi nggak usah nunggu aku ya. " alasan ku menghindari teleponnya.

"ya sudah. " jawab singkat nya.

Mungkin dia merasakan kalau aku sedikit berbohong. Entah kenapa hatiku mulai bimbang lagi.. Aku memang mengerjakan tugas, namun aku juga menunggu panggilan dari Agung lagi. "Semoga saja nanti dia telepon balik" harapan ku.

Sudah beberapa jam aku ngerjain tugas, tapi tak ada pesan masuk dari Agung, misscalled darinya juga tak ada sama sekali. Namun, pesan dari Agus selalu saja ada untuk mengucapkan "jangan lupa makan" dan "jangan tidur larut malam". Aku mengabaikan nya dengan berharap yang tak pasti dari Agung.

Jam sudah menunjukkan pukul 00.00 tengah malam. Rasanya mataku perih, dan aku mengantuk. Sebelum aku benar-benar tidur ada panggilan telepon dari Agus, aku pun tak menghindari nya karena aku juga merasa kesepian tak ada yang bisa ku ajak ngobrol.

"iya, hallo. " jawabku

"kok belum tidur? belum selesai tugasnya? " tanyanya

"sudah.ini mau tidur" jawabku singkat

"hmm.. ogt aneh ya.. " tanyanya.

"aneh apa? aku ngantuk , aku tidur dulu ya. selamat malam. selamat tidur. " langsung aku tutup telepon nya.