Chereads / lelakiku / Chapter 5 - Tidak ada apa-apa

Chapter 5 - Tidak ada apa-apa

Aku sungguh merasa bersalah kepada Agus.

"Maaf." kata yang slalu ku ucapkan kepadanya.

Dia terdiam sesaat, dan menghela nafas panjang.. "huuufftt...., sabar, sabar" mengelus dadanya.

Aku semakin bersalah.. Tak sadar mataku sudah berkaca-kaca.. Kita pun saling bertatapan, apapun yang akan terjadi biarlah terjadi, pikirku dalam hati. Sekali lagi Agus membuat aku terpana, dia mudah sekali tersenyum padaku. Mungkin jika orang lain bukan dia, pastilah tak akan seperti itu. Beruntung nya aku memilikinya.. Suasana yang tegang pun sudah kembali mencair.. Aku tak mengerti apa yang dia pikirkan hingga berlapang dada seperti itu. Tangannya mulai jahil, terus menggodaku. Tangannya mengusap rambut ku dan perlahan menarik kepala ku agar di pangkuan nya. Aku sengaja menurutinya karena rasa bersalah ku.

Sambil membelai rambut ku dia pun berkata, " aku bisa saja marah padamu, tapi sayang sekali, aku sungguh menyukaimu.. mana mungkin aku bisa marah. "

"maaf.. " kataku penuh penyesalan

"iya, jangan diulangi lagi. seandainya saja ada chatting dari laki-laki lain, aku tak apa-apa, namun kamu harus jaga sikap kamu. kamu sekarang sedang dengan siapa." katanya dengan lembut

Setelah dia mengucapkan kalimat itu, aku terus berpikir, bahwa memang aku salah..

Selagi aku menyesali perbuatan ku, sekali lagi ponselku berdering. Lagi-lagi panggilan dari Agung. Lalu ku tunjukkan kepada Agus, "dia telepon. " kataku

"angkat saja. nggak papa. aku juga mau dengar apa yang ingin dikatakan. " katanya dengan wajah yang menahan cemburu.

"aku angkat ya. " sahutku

...

"hallo? " jawab telepon dari Agung

"Assalamu'alaikum" sapanya

"waalaikum salam" jawabku

"Kamu sibuk?? kok lama banget angkat teleponnya. " tanyanya

"iya, aku lagi di luar" jawabku

"Sama siapa? Pacarnya ya? " sambil menggoda

"Iya.. kenapa? " tanyaku sambil berbisik

"owh, yaudah. maaf kalo ganggu kamu. " jawabnya

"emang ada apa? " desakku

"nggak papa. nanti aja kalo di rumah aku telepon lagi. Assalamu'alaikum" langsung di tutup

.....

Aku terdiam sejenak,. Agus yang mendengar percakapan itu langsung saja seperti tak peduli. Dia memainkan ponselnya sendiri seperti anak kecil yang sedang marah karena cemburu tak diperhatikan..

"sudah ditutup telepon nya. " gumamku

"iya kan ada aku. coba kalo nanti di rumah, pasti juga lama ngobrolnya" (dia yang sedang merajuk)

"ya nggak tau ya.. " godaku sambil senyum padanya.

"kalo kamu macam-macam, lihat saja ntar.. " ancamannya

"cemburu ya... wkwkwkk" sambil ku cubit hidungnya dan aku tertawa terbahak-bahak.

Dia pun ganti menggelitik pinggang ku, sontak aku pun menjerit. Orang-orang disekitar melihat kami, dan kami pun tertawa bersama..

Waktu cepat berlalu, kita memutuskan untuk pulang saat itu juga.

"sudah sore, ayo pulang" ajak ku

Dengan manja dia pun merangkul ku, "aku tak mau pulang. masih kangen kamu"

"idiih.. kayak kagak pernah ketemu aja" jawabku

"tapi kan jarang bisa keluar kayak gini. Minggu depan jalan lagi ya. " pintanya

"aku lihat jadwal dulu ya" kataku bercanda

"sok sibuk" sahutnya

"siapa tahu Minggu depan ada jadwal sama yang lainnya, weeekk... " ledekan ku untuk nya

"owh.. awas saja kalau berani. " katanya (mulai menggelitik pinggang ku)

Aku berlari menghindarinya, namun dia pun mengejarku. Seperti anak kecil yang bermain kejar-kejaran. Memang kalau sudah jatuh cinta, dunia serasa milik berdua..

......

Sesampainya di rumah, dia langsung pamit pada orang tua ku. Kami pulang juga membawa oleh-oleh, itu pun yang membelikan juga Agus. Dia pria baik, yang mengerti sopan santun, meski tak berpendidikan tinggi (sarjana). Aku berpikir mungkin itu yang aku suka darinya, hingga berani memberikan hatiku untuknya.. Namun, setelah dia pulang, Agung mengirim pesan.

"sudah dirumah? " pesannya

"sudah" balasku

Tanpa meminta ijin, dia langsung menelpon ku.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikum salam"

"Sudah mandi? "

"Sudah"

"Sudah sholat? "

"Sudah"

"Sudah putus? "

"Maksudnya? "(aku langsung tercengang mendengar nya)

" wkkwkk.. bercanda. " (dengan ketawa terbahak-bahak)

"nggak lucu" jawabku ketus

Agung pandai sekali membuat hatiku seperti Rollcoster.. Ucapannya selalu membuat ku bimbang. Pesan singkat bahkan telepon yang hanya basa basi itu menurutku biasa saja. Jadi aku terbiasa curhat dengannya. Termasuk tentang Agus kekasih ku. Agung tak pernah peduli bahwa aku memiliki kekasih, tapi terkadang dia juga menunjukkan perhatian lebih dari seorang teman. Namun anehnya, aku terbiasa akan hal itu. Oh, iya, aku bertemu Agung baru sekali, itu pun saat kami tak sengaja ketemu di pasar. Namun, di pertemuan pertama kami, tak ada yang spesial. Seperti teman biasa, karena waktu itu juga dengan temannya yang memberinya nomorku. Jadi ceritanya, kita nggak sengaja ketemu di pasar, terus karena Agung orang baik, dia dan temannya akhirnya mampir ke rumah untuk silaturahmi. Karena niatnya baik, ya aku nggak ada masalah. Namun, aku tak memberitahu Agus saat dia ke rumah. Aku hanya menceritakan kalau aku berpapasan dengan Agung waktu di pasar. Entah Agus percaya atau tidak dengan ceritaku, namun dia tak mempertanyakan apa pun kelanjutan dari pertemuan ku dengan Agung. "Betapa baiknya kekasihku ini Tuhan.. " kata hatiku.

Seiring waktu berjalan tahun sudah berganti dan aku sudah mendekati ujian akhir SMA.

Aku sibuk dengan kegiatan sekolah, namun dua orang yang selalu ada yaitu Agus dan Agung masih menemaniku, mendukung ku setiap pilihan ku. Hingga waktu itu ada pentas konser grup band indie. Teman-teman ku merencanakan untuk melihat konser bersama, begitu juga aku. Seperti biasa, aku selalu mengatakan apapun rencana atau kegiatan yang aku jalani seharian dengan mereka, Agus dan Agung. Tak ada rahasia yang aku sembunyikan, walaupun seharusnya hanya dengan Agus aku menceritakannya. Tapi entah kenapa aku melakukan hal yang sama dengan Agung.

Ketika mereka tahu aku ingin melihat konser, mereka pun menawarkan diri untuk menemaniku. Inilah pilihan sulit untuk ku..

"jadinya sama siapa? " tanya Nopi teman sebangkuku

"taulah.. " (menyenderkan kepala ku ke meja)

"ajak Agung aja, kan kamu jarang sekali ketemu dia. " sarannya

"trus, ntar kalo Agus tanya gimana? mau jawab apa? ntar dikira aku selingkuh darinya. " jelasku

"bukannya selama ini begitu.. " candanya

"dasar kau.. " (mulai berpikir otakku)

Mungkin yang dikatakan Nopi ada benarnya juga. Karena perlakuanku terhadap mereka sama. Harusnya aku berlaku tertutup terhadap Agung, karena aku sudah mempunyai kekasih yaitu Agus. Tapi apalah dayaku, hanya seorang wanita yang suka dimanja oleh pria..