Masa sekolahku akan segera berakhir, ini saat nya aku menentukan pilihan, apakah setelah ujian sekolah aku melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi atau aku harus bekerja. Semua itu akan menentukan masa depan ku selanjutnya..
Untuk saat ini, aku mengesampingkan urusan percintaan atau sejenisnya., aku akan fokus pada ujianku. Namun bukan berarti aku putus dengan Agus ataupun berhenti chatting dengan Agung. Aku tetap berhubungan dengan mereka, tapi frekuensi bertemu kita sudah tak seperti biasanya. Aku lebih cenderung melakukan komunikasi lewat chatting atau panggilan saja. Aku juga melarang Agus untuk menemuiku di rumah, aku takut nanti aku tidak fokus saat belajar. Sebagai kekasihku, dia mengerti keadaanku. Tak jarang juga dia ke rumah, namun bukan untuk mengajakku kencan melainkan hanya untuk memberikan bingkisan, seperti cemilan favorit ku kemudian dia langsung pulang. Dia tahu betul aku suka makan, jadi wajar saja dia membelikanku snack untuk cemilan sambil belajar.
Saat kepalaku penat dengan tugas sekolah, sesekali aku menelpon dia hanya untuk melepaskan penatku.
Hari demi hari ku lalui dengan belajar, belajar dan belajar hingga ujian sekolah tiba.
Saat itu aku gugup sekali, namun doa dari orang tua ku dan juga orang-orang yang menyayangi ku yang selalu membuat ku semangat dan bangkit lagi.
"Semangat sayang.. " pesan dari Agus untuk menyemangatiku
"Makasih sayang" balasku singkat.
Tak ketinggalan pula Agung menelpon ku, dan meyakinkan ku kalau aku bisa.
Hari ujian itupun berlalu dengan cepat. Hari setelah ujian aku masih masuk sekolah, namun itu bukan seperti biasanya yang harus selalu membawa banyak buku dan tugas-tugas. Sebagai siswa aku tetap aktif masuk walaupun hanya sekedar absen, mengumpulkan buku atau tugas untuk menambah nilai rapor dan atau mengurus administrasi sekolah. Aku memanfaatkan waktu bersama dengan teman-temanku, karena nggak semua dari kita akan bertemu lagi nantinya.
"kamu mau lanjut kuliah kemana? " tanya Nopi padaku
"kayaknya aku mau kerja aja" jawabku
"emang nggak mau sekolah lagi..? " tanyanya
"sebenernya pengen sih.. tapi orang tua ku sudah tua, tak mungkin aku membebani mereka lagi. " kataku sambil bermain ponsel
"aku mau coba iku program beasiswa di Universitas Baru, kamu mau ikut.! siapa tahu nanti ketrima. " ajaknya
"emang bisa? bukannya udah di tutup pendaftarannya?" tanyaku
"masih ada waktu 3 hari kok. ini aku juga baru mau ngurus persyaratannya. " katanya sambil menunjukkan alamat website universitas tersebut.
Aku mulai berpikir lagi, siapa tahu nanti aku lolos seleksi. Akhirnya, aku memutuskan untuk iku daftar di Universitas Baru tersebut.
Setelah pulang sekolah, aku minta ijin ke orang tua ku untuk daftar ke Universitas Baru. Mereka mengijinkan, namun Bapakku berkata, "Bapak sudah tua, untuk bekerja lebih keras lagi seperti nya tidak mungkin. Tapi kalau memang nanti lolos ya Alhamdulillah"
Hatiku langsung sedih mendengarnya. Kenapa saat aku ingin melanjutkan pendidikan ku, tak ada yang mendukung ku.,tanyaku dalam hati. Dulu waktu kakakku kuliah, bapakku masih muda dan senang bekerja keras, tapi ketika aku menginjak SMA bapakku sering sekali lelah saat bekerja, bahkan kakinya sekarang tak sekuat yang dulu. Mungkin karena faktor usia, namun aku merasa kalau aku kurang beruntung. Kakakku yang sudah lulus kuliah itu pun kini sudah menikah dan tinggal dengan istrinya. Mereka jarang sekali ke rumah, bahkan kadang lebaran pun tak mengunjungi kami. Orang tua ku memakluminya karena mungkin karena jauh, tapi setidaknya masih bisa ditempuh beberapa jam saja.
Aku tetap melanjutkan pendaftaran di Universitas Baru, namun akhirnya aku gagal mungkin juga karena orang tua ku kurang begitu yakin. Kata orang, kalau orang tua mendoakan dan yakin pasti akan berhasil, sedangkan orang tua ku saja sedikit ragu. Kegagalan itu, membuat aku tak berniat untuk mendaftarkan diri ke universitas manapun.
Aku memutuskan untuk bekerja saja, toh nanti kalau aku sudah punya uang sendiri, aku pasti bisa melanjutkan pendidikanku lagi, itu yang ada dipikiran ku.
Suatu hari, saat aku ke sekolah tak sengaja aku bertemu dengan Agung. Kebetulan juga saat itu aku berboncengan dengan temanku, karena ujian sudah selesai jadi kadang-kadang teman-temanku mengajak ku untuk keluar bersenang-senang.
"Mau berangkat? " tanya Agung sambil mengendarai motornya disisi samping
Aku menolehnya, "iya, emant kamu mau kemana"
"Aku ada urusan sama temanku," jawabnya sambil teriak
Kemudian temanku menepikan motornya.
"Kok berhenti? " tanyaku pada Lisa (temanku yang sering mengajak berboncengan karena rumah kita dekat)
"Iya, nggak enak ngobrol sambil motoran. " jawabnya
Agung pun mengikuti kami, berhenti di tepi jalan.
"Kok berhenti? " tanya Agung
"Iya, lebih baik daripada teriak-teriak di jalan" sahut Lisa.
Setelah aku turun dari motor Lisa, langsung saja Lisa menyalakan starter motor dan bilang, "Lebih baik aku berangkat duluan aja ya"
Aku belum sempat menjawab, namun Lisa pergi begitu saja. Aku spontan berteriak, namun Agung membungkam mulut ku dengan tangannya.
"nggak usah teriak-teriak, ini di jalan. Percuma saja dia sudah pergi. " katanya
"Hla aku ditinggal gitu saja" kataku dengan kesal
"Kan ada aku. Ayo aku antar" ajaknya
Tanpa bicara aku langsung saja naik ke motornya. Kemudian Agung menyalakan motornya dan berkata, " ini pertama kali aku bonceng kamu ".
Aku diam dan memang selama ini belum pernah aku dibonceng Agung.
" Jangan-jangan kamu sengaja ya mau bonceng aku" bercanda ku padanya.
"emang nya nggak boleh. " sahutnya
" Nanti ada cowok ku gimana? " tanyaku sambil bercanda
"nggak masalah, kalau pun kamu putus ya Alhamdulillah. " sambil tertawa
" yeee.. itu kan maunya kamu" dengan senang hati aku mengucapkannya
Kami pun bercanda dan saling menggoda satu sama lain saat berboncengan. Namun tiba-tiba dia mengajakku untuk berkencan.
"Nggak usah masuk sekolah ya. " pintanya.
"Hloh.. emang kenapa? " tanyaku penasaran
"Ayo, ikut aku jalan-jalan. lagian bolos sehari juga nggak papa. Ujiannya sudah berakhir pula, tinggal nunggu kelulusan aja. " katanya menyakinkan ku.
Mungkin tak masalah kalau cuma bolos sehari, pikirku. Apalagi aku tak pernah keluar berdua dengan Agung. Akhirnya melalui banyak pertimbangan, aku menyetujuinya.
"Emang mau kemana?? aku masih pakai seragam, nanti pasti banyak orang yang tau kalau aku bolos sekolah. " tanyaku
Tiba-tiba motornya berhenti di depan toko baju yang sepertinya pegawainya baru membuka pintu tokonya.
"Ayo, beli baju ganti dulu" ajaknya dengan menggandeng tanganku menuju ke dalam toko.
Aku dengan senang hati memilih baju, celana dan juga sendal. Seperti aku sedang belanja dengan uang ku sendiri. Saat itu Agung yang membelanjakan baju yang aku pilih. Dia langsung saja menyuruh ku memakainya. Akhirnya aku langsung berganti di kamar ganti toko tersebut. Seragam dan sepatu yang aku pakai, aku simpan di dalam tas.
"Kalau gini kan nggak ada yang tau kalau kamu bolos.. " ucapnya sambil tersenyum manis
Ini pertama kali aku memandang wajah Agung dari dekat. Dia cukup tampan juga, dan senyumannya manis pula. Duh, hatiku berdebar saat dia menyentuh tanganku. Saat itu aku sesaat lupa kalau aku punya kekasih. Aku masih remaja, mungkin wajar saja kalau terkadang masih menyukai banyak pria selain kekasih ku, Agus.
"Ayo." ucapan Agung yang menggandeng tanganku ke arah motornya.
Kami segera meninggalkan toko tersebut.
Saat Agung menyalakan motornya dan mengegas starter, entah itu disengaja atau tidak tiba-tiba aku seperti kaget hampir jatuh kebelakang, dan akhirnya aku memegang jaketnya.
"Makanya pegangan biar nggak jatuh" tegasnya
"iya.iya." jawabku seperti tak tahu apa-apa.
Aku tak begitu saja setuju perkataannya, aku tetap seperti orang asing yang menjaga jarak saat berboncengan.
Dengan sikapku yang seperti itu, dia selalu menoleh ke belakang melihatku.
"Ada apa? " tanya ku
"Nggak papa. Cuma mastiin aja kamu masih duduk di belakang. " candanya
Setiap kali dia menoleh, aku tersenyum padanya dan hatiku berdebar-debar.. Segera saja aku langsung menatap ke depan, melihat lampu hijau yang sebentar lagi akan merah.
Saat itu dia menggunakan remnya denga tiba-tiba. Aku pun terpantul ke depan.
"Sorry." ucapku reflek
Langsung saja dia tak membiarkan tanganku pergi dari pinggang nya. Dia memegang tanganku dengan erat. Aku terdiam, walaupun sejujurnya aku ingin melepasnya. Namun, aku tak mampu, melawan genggamannya yang begitu kuat.
"Jangan dilepas" pintanya
"Aku sudah punya Agus, aku takut dia tahu dan salah paham" paksaku melepas tangannya
"Biarkan saja salah paham. Putus juga Alhamdulillah. Nanti kamu milikku seutuhnya. " ucapnya dengan mudah
Aku terdiam, karena aku juga salah sudah membiarkan perasaannya kepadaku. Aku memahaminya namun aku pura-pura tak tahu kalau dia menaruh hati padaku.
Waktu itu, Agung mengajakku ke sebuah taman yang indah di luar kota dengan perjalanan 1 jam. Setibanya di sana, dia mengajakku berkeliling taman itu dengan tak melepas tanganku, malah dia merangkulku seolah-olah kami adalah pasangan.
Di saat itu, ada tempat duduk di bawah pohon, aku berhenti di sana.
"Duduk sini yuk, capek aku" pintaku padanya.