Chereads / lelakiku / Chapter 13 - setiap orang memiliki rahasia

Chapter 13 - setiap orang memiliki rahasia

Beberapa bulan sudah berlalu, hari itu tepat setahun aku hidup tanpa orang tua. Dan itu juga tepat tiga bulan aku hidup serumah dengan Agus. Hari-hari yang kita lalui bersama sungguh menyenangkan namun saat itu aku merasa gelisah. Mungkin cukup menyenangkan dan hidup bahagia adalah impian setiap orang, namun aku merasa justru terlalu bahagia berhubungan dengan seseorang tanpa ada pertengkaran kecil membuat aku bertanya-tanya. Selama ini Agus tak pernah menceritakan kehidupannya di kantornya. Awalnya aku menganggap itu hal wajar, namun semakin lama semakin dia tak mau membahas masalahnya di kantor. Walaupun aku hanya sekedar bertanya "Bagaimana kerjaan hari ini? " langsung saja dia kesal mendengar nya.

Sepertinya ada sesuatu yang dia sembunyikan dan aku berusaha mencari tahu, namun aku tak tahu harus mulai darimana.

Suatu pagi saat dia sedang mandi, aku mencoba melihat ponselnya, terlihat seperti ada pesan dari teman kantornya, namun pesan itu seperti sudah dihapus. Aku mengutak-atik ponselnya, di riwayat panggilan ada beberapa kali panggilan masuk dan keluar dari teman perempuannya. Saat itu aku mencoba berpikir positif, namun kepala ku tetap saja penasaran. Aku terus mencoba menenangkan diri, dan meletakkan ponselnya.

"Belum berangkat? " tiba-tiba tanya Agus yang sudah selesai mandi. Untung saja aku tadi sudah tak meletakkan ponselnya di meja.

"Ini mau berangkat. Kamu nanti pulang jam berapa? " tanyaku.

"Kayaknya aku lembur, jadi pulang tengah malam. " jawabnya sambil berganti pakaian.

"Oke. Aku berangkat dulu". kataku dan meninggalkan kamar.

Saat itu aku tak sengaja bertemu dengan Fitri di jalan dan mengajaknya berangkat kerja bersama. Fitri biasanya naik angkot, namun menuju tempat angkot dia harus berjalan kaki lebih dulu. Kebetulan pula swalayan tempat dia bekerja searah dengan kantorku, jadi kita kadang berangkat bersama jika aku tak bersama Agus.

"Mbak, Agus kerja dimana sih? " tanya Fitri saat aku bonceng dengan motor.

"Di Pabrik Plastik, yang dekat Pasar itu luw Fit. " jawabku.

"Aku kemarin tak sengaja lihat dia di swalayan ku, tapi dia tak tahu kalau aku kerja di sana soalnya saat aku istirahat. Tapi aku lihat dia. " katanya

"Kapan? Ngapain dia kesana? Dia nggak beli apa-apa saat pulang? " tanyaku penasaran.

"Iya, mbak. Suwer. Aku melihatnya belanja tapi sama cewek. Jangan bilang dia ya " katanya dengan serius.

Aku langsung memikirkan perkataannya. Apa ini yang membuat ku gelisah? tanyaku dalam hati.

"Mbak, jangan bilang tahu dari aku ya. Tapi beneran aku lihat, kalau nggak percaya nanti tak rekamkan CCTV di tokoku. " katanya meyakinkanku.

"Nggaklah.. aku juga tahu nanti akibatnya apa kalau aku crita. " aku berjanji pada Fitri.

Mendengar kata-kata dari Fitri kalau dia sedang belanja dengan cewek lain, aku semakin curiga dengannya. Setelah aku menurunkan Fitri di depan tokonya, aku langsung menuju kantor. Saat perjalanan, aku berpikir untuk apa Agus belanja jauh-jauh, sedangkan lokasi pabrik dan swalayan tempat Fitri bekerja berbeda arah dan lokasi kontrakan sebagai titik tengah. "Ah.. sudahlah.. Aku fokus kerja", gumamku sendiri.

Aku adalah orang yang profesional, saat bekerja masalah pribadiku aku kesampingkan walaupun setiap waktu luang aku selalu melakukan chatting pribadi diluar urusan kantor dengan teman-temanku bahkan dengan Agung. Aku dan Agung tetap berhubungan baik, dan selalu berkomunikasi meskipun saat ini aku tinggal dengan Agus. Agung pun tahu hal itu, makanya kita berkomunikasi saat aku di kantor. Mungkin itu rahasia yang aku sembunyikan dari Agus. Oleh karena itu, aku tak menanyakan pada Agus soal chatting dan riwayat panggilan dari cewek itu. Mungkin karena aku juga merahasiakan tentang Agung.

"Kayaknya Agus selingkuh" pesan yang ku kirim pada Agung.

"Tahu darimana? " tanyanya.

"Aku mengutak-atik ponselnya, ada chatting yang dihapus dan riwayat panggilan semua dari cewek itu, namanya Dita. " balasku.

"Mungkin panggilan itu soal kerjaan" balasannya menenangkan hati ku.

"Tapi Fitri juga lihat dia dengan cewek lain sedang belanja. " balasku meyakinkan.

"Cari tahu dulu, jangan sampai asal tuduh. " balasnya dengan bijaksana.

Mungkin itu yang membuat ku nyaman dengan Agung, dia selalu mengarahkan ku ke hal yang positif. Saat ini pun, Agung sudah mempunyai pacar. Pacarnya namanya April,dia juga teman sekantor dengannya. Aku pernah juga bercakap dengan pacarnya saat video call dengan Agung. Tapi aku tak tahu persis apa yang dipikirkan pacarnya tentang aku yang berhubungan baik dengan Agung serasa lebih dari teman biasa. Bukannya aku tak menghargai hubungan mereka, namun saat aku ingin menjauh, Agung lah yang melarang aku untuk menjauhinya. Aku menjelaskan kalau aku tak enak dengan pacarnya, namun dia menjelaskan padaku kalau pacarnya tak masalah, dan Agung juga menjelaskan pada pacarnya saat awal berhubungan kalau tidak akan mengusik pertemanan kami. Karena itulah aku masih berhubungan baik dengan Agung.

Waktu sudah sore, aku segera pulang. Aku tak langsung pulang, aku mampir dulu ke swalayan tempat Fitri bekerja.

"Mana rekamannya? " tanyaku.

"Iya, iya.. nggak sabaran ni orang. " jawabnya sambil mengejekku. "Ini." dia menunjukkan video CCTV.

Setelah aku perhatikan video tersebut, memang benar yang bersama Agus adalah teman kantor nya yang bernama Dita. Aku tahu karena aku melihat profil Whatsapp Dita yang ada di ponsel Agus. Sebelumnya, aku juga sudah menyimpan semua nomor Dita. Aku tak menyangka dalam kontak telepon di ponsel Agus yang namanya Dita banyak sekali nomornya. Mungkin emang Dita suka ganti-ganti nomor, atau karena takut ketahuan sehingga banyak nomornya.

"Lihat foto ini" aku menunjukkan foto Dita pada Fitri.

"Wah.. yo iki bener mbak arek e.. " jawabnya dengan logat jawa.

Selama ini firasatku tak salah kalau aku curiga pada Agus. Setelah membahas video itu, Fitri mengajakku ke pasar untuk membeli barang yang dia butuhkan. Aku dengan senang hati mengantarnya. Lagipula pasar yang Fitri tuju berdekatan dengan pabrik tempat Agus bekerja. Kami segera menuju pasar.

Saat itu kebetulan malam Minggu, jadi pasar sangat ramai. Aku mengikuti Fitri berbelanja, namanya juga perempuan belanja satu benda saja membutuhkan ber jam-jam untuk memilih. Setelah selesai, kami menuju ke parkiran hendak mengambil motor. Mata Fitri sungguh jeli, dia melihat Agus berjalan gandengan dengan Dita.

"Mbak. Itu kan pacarmu. " sambil menarik tanganku dan menunjuk tangannya.

Aku melihat nya, tepat depan mataku sendiri aku melihat pacarku denga cewek lainnya dan bergandengan tangan. Hatiku panas dan hancur. Aku ingin sekali teriak dan menampar mereka.

"Sabar ya mbak. " ucap Fitri menenangkanku.

"Ayoh, di labrak. Aku kok gemes sekali" ajaknya.

"Nggak usah. Coba video atau foto! " perintah ku padanya.

Langsung saja mengeluarkan ponselnya dan Fitri memfoto mereka saat bergandengan. Kami mengurungkan niat untuk pulang. Kami mengikuti Agus dan Dita, sembari Fitri mengambil video mereka. Saat itu aku marah dan cemburu, namun aku harus berpikir waras. Aku tak mau seperti sinetron yang ada di stasiun TV Indonesia, dimana tokoh utama wanita selalu menangis saat diselingkuhi. Pada dasarnya aku juga tipe orang cuek.

Sampai akhirnya mereka di parkiran, kami pun baru menyapa.

"Waah,, Mas Agus. Sama siapa mas?? " sapa Fitri sambil menggodanya.

Langsung saja aku menatap mata Agus seolah-olah aku memberi isyarat kalau aku sedang marah. Aku diam saja, hanya saja Fitri terus menggoda mereka.

Saat itu Dita bertanya pada Agus namun Agus tak menjawab, Agus seperti salah tingkah. Dan aku langsung mengambil motor dan mengajak Fitri pulang. Aku sudah tak mau tahu mereka kemana dan apa yang Agus katakan pada Dita. Mungkin saja Agus akan berbohong pada Dita, atau mungkin juga Dita tahu kalau Agus sudah punya pacar jadi tak masalah baginya. Dalam perjalanan, Fitri mengomel dan terus marah-marah, namun aku hanya diam saja.

"Mbak, kok nggak dilabrak saja tadi. Aku gemes mau njambak rambutnya. Sok cantik sok kecentilan...............???? " Fitri terus mengomel seolah-olah dia yang diselingkuhi pacarnya.

Mendengar omelan Fitri membuat aku terhibur. Aku tersenyum dan berkata, " Yang diselingkuhi aku kenapa kamu yang marah-marah?"

"Aku gemes mbak. kalau itu pacarku, sudah tak tampar mbak." katanya.

"Aku sebenarnya marah tadi, tapi denger ocehanmu jadi terhibur" kataku sambil tertawa.

Entah kenapa rasa cemburu dan amarah ku hanya sesaat. Mungkin karena memang akhir-akhir ini aku jarang sekali quality time dengan Agus. Kami sibuk urusan masing-masing, sehingga hanya bertemu saat bangun tidur saja. Aku pun terbiasa dengan kebohongannya saat dia mengatakan kalau dia lembur di pabrik. Saat dia bilang lembur, aku mengisi waktu ku dengan chatting atau telepon Agung, atau juga jalan dengan Fitri. Mungkin saat itu, Agus sudah tidak menjadi prioritas ku..

Setiba di rumah, aku tak tidur di kamar ku, namun aku tidur di kamar Fitri.

Aku segera mengabari Agung tentang kondisi ku saat itu.

"Dia benar-benar selingkuh" pesan yang ku kirim ke Agung.

"Agung lagi keluar, nanti aku sampaikan kalau dia kembali" balasan yang ku dapat. Ya itu mungkin April yang membalasnya. Aku merasa malu, karena orang lain tahu apa yang aku ceritakan pada Agung.

Semakin aku memikirkan, semakin aku menangis. Orang yang dulu mencintai ku sekarang menghianati ku. Dan orang yang aku butuhkan, juga sedang bersama dengan kekasihnya. Namun aku masih beruntung, ada Fitri yang menemaniku, meskipun kita baru kenal setahun tapi seperti sahabat lama yang mengerti aku.