Chereads / lelakiku / Chapter 12 - Jatuhnya buah apel.

Chapter 12 - Jatuhnya buah apel.

Malam itu aku baru menyadari kalau Agus mungkin akan menginap di kamarku. Aku merasa senang sekaligus takut. Untuk pertama kalinya aku bersama laki-laki dalam satu kamar.

" Kamu mau tidur dimana? " tanyaku.

" Tidur di sinilah.. " jawabnya sambil bercanda.

"Ya sudah, aku tidur di kamar Fitri aja. " jawabku.

Dia memegang tangan ku dan menarik ku dalam pelukannya..

"Tidur di sini saja sama aku. Aku masih kangen ssama kamu" pelukannya semakin erat. Sambil memelukku, dia mengarahkan tubuhku ke tempat tidur. Bluk.. jatuhlah kita berdua di atas kasur. Dia tepat berada di atasku menindihku dengan tubuhnya yang proposional. Lengan yang kekar berisi itu memegang tangan yang di arahkan ke atas kepalaku. Perutnya yang sixpack itu bertemu dengan perutku yang sedikit buncit. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia melumat bibirku dengan lembut. Tak hanya bibirku, seluruh wajahku di kecupnya satu per satu. Mulai dari telinga, pipi, kening, hidung kemudian bibirku. Desahan nafasnya membuat jantung ku berdetak lebih cepat lagi serasa seperti nail roll coaster. Apalagi saat dia mencium leherku, dan tangannya mulai meremas dadaku yang berisi. Saat dia mulai membuka kancing atas bajuku, aku menampik tangannya, namun tetap saja dia membukanya. Perlahan bibirnya mulai mencium dadaku dari atas hingga sampai ke puting.. "Duuuhh, nikmatnya" dalam hatiku. Aku pun mulai merintih, "uh.. ah.. " Dia pun mulai lagi semakin kuat dia hisap putingku. Aku merasa seperti melayang.. "Apa ini yang dirasakan saat kita bersentuhan dengan tubuh lawan jenis? " tanyaku dalam hati dengan menikmati apa yang dilakukan Agus terhadap ku. Agus segera membuka bajunya, aku melihat badannya yang sixpack membuat mataku melotot terus memandangnya. Dia pun melanjutkan, tangan kanan memeras dadaku sebelah kiri sambil dia mencium dan menghisap putingku sebelah kanan.. Dia melakukannya bergantian. Tangannya mulai membuka resleting celana ku, namun aku menolaknya. Dia berbisik, "nggak papa, sebentar saja" sambil terus memaksa melepaskan celanaku. Aku terus menolaknya dan segera bangun dari ranjang.

"Kenapa? bukannya kamu suka? " tanya dia padaku.

Aku malu mendengar pertanyaannya itu, seolah-olah aku suka seks. Mungkin sesaat aku menikmati apa yang dia lakukan, namun setelah dia bertanya, aku memikirkan kembali kalau perbuatan ku itu salah.

Saat itu sudah lewat tengah malam, aku merasa aku harus tidur. Aku besok masih harus kerja. Namun, saat itu aku juga takut kalau nanti Agus memaksaku melakukan hal terlarang. Aku mencari cara agar dia tidur duluan. Akhirnya aku membuat nya makan apel tengah malam karena hanya itu yang tersisa, dan aku berharap setelah makan kenyang dia akan tertidur pulas. Tak di sangka, saking gugup nya aku, buah apel yang ditanganku jatuh.

"Kamu takut ya.. " tanya dia menggodaku.

Akhirnya aku mengaku, "Iya. takut kamu perkosa".

" Ealah yank. Aku nggak akan maksa kamu kalau kamu nggak mau. Jadi tidur sini sama aku, aku kangen sama kamu. " pintanya sambil membujuk ku.

Aku tak berpikir lagi, karena hari sudah lewat tengah malam dan besok aku harus bekerja jadi aku harus tidur.

Agus menarik ku ke pelukannya dan kami pun tidur dalam satu ranjang. Nyaman sudah pasti, namun kami belum ada ikatan serius apapun. Tak ada lima menit aku sudah tertidur pulas di pelukannya. Namun saat tidur aku merasa kalau sesekali dia menciumku.

Beberapa jam kemudian terdengar adzan shubuh, dan aku terbangun, meskipun aku merasa masih ngantuk. Setelah sholat shubuh, aku tidur kembali disamping Agus. Aku melihatnya tidur pulas sekali. Dalam pikiran ku terlintas, apakah nantinya jika aku menikah dengannya akan seperti ini? ataukah nantinya bukan dia yang akan mendampingiku?. Pertanyaan-pertanyaan nyleneh muncul begitu saja.

Alarmku berdering, jam menunjukkan pukul 06.30. Aku bergegas bangun kemudian mandi. Segera mungkin aku menyiapkan sarapan agar saat dia bangun makanan sudah ada. Setiap hari aku memasak karena aku suka dan karena Fitri tak pernah masak, jadi aku selalu berbagi makanan dengannya.

Sudah waktunya aku berangkat kerja, namun dia masih tidur. Akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan dia. Aku membangunkannya untuk pamit. Ku kecup pipinya sebagai tanda aku akan pergi kerja.

Setelah sampai di kantor, aku mengirimkan pesan namun dia tak membalasnya. Mungkin saja dia masih tidur, gumamku.

Saat istirahat kerja, dia baru membalasnya dan mengatakan kalau dia baru bangun dan sedang sarapan. Aku langsung saja tanpa basa basi bertanya kapan dia akan pulang. Namun dia hanya menjawab nggak akan pulang, dia akan mencari kerja lainnya di sini agar bisa hidup denganku. Pikiranku langsung kacau. Saat jarak jauh saja dia posesif apalagi dekat. Duh, malah jadi beban untuk ku.

Sepulang dari kerja, dia sudah ada di depan kantor ku untuk menjemput ku. Aku heran kenapa dia tahu betul alamat kontrakan dan kantor ku. Mungkin aku pernah bercerita namun aku tak menyebutkan secara rinci alamatnya.

"Ayo pulang" ajaknya sambil memasangkan helm padaku.

"Kamu tahu darimana alamat kantor ku? " tanyaku.

"Ya cari tahulah. " jawabnya sambil menyalakan motor.

Tanganku melingkari pinggangnya, dan aku menempel di punggungnya. Aku merasa lelah saat itu. Mungkin saja karena aku kurang tidur.

"Mau kemana dulu nih? " tanyanya.

"Langsung pulang saja ya. Aku capek" jawabku lemas.

Setelah pulang aku langsung tidur di kasur. Agus pun memijatku mulai dari kaki hingga punggung ku. Tak terasa sudah dua jam aku tidur. Saat aku membuka mataku, aku melihat Agus sudah disamping ku dan sedang melihat ponselku. Lagi-lagi dia menemukan nomor Agung yang aku simpan. Padahal setiap selesai chatting atau telepon, aku selalu menghapus nya agar tak meninggalkan jejak. Dan lagi-lagi dia cemburu dan marah.. Aku hanya diam saja. Aku mencoba menjelaskan tapi percuma dia tidak percaya.

"Ya sudah kalau tak percaya tak apa-apa. Silahkan lanjutkan kemarahan mu. " jawabku sambil beranjak dari tempat tidur.

Dia menarikku ke tempat tidur, dan seperti sebelumnya dia mulai menciumku. Aku mencoba melawan namun dia memaksa. Aku tak tahu apa yang dipikirannya. Entah itu nafsu, atau rasa kesal yang diluapkan melalui mencium ku. Sekali lagi aku berontak dan bergegas ke kamar mandi, dia pun mengikuti ku..

"Stop.! aku mau ke kamar mandi! "

Aku mencegahnya untuk masuk ke kamar mandi. Namun dia tetap memaksa ku. Dia menempatkan ku di posisi sulit. Dia mulai memaksa mencium ku hingga aku masuk ke dalam kamar mandi.. Kami berciuman dalam kamar mandi dan dia mulai memaksa membuka kancing bajuku. Aku terus menolaknya, namun dia kasar sekali seperti kerasukan. Nafsunya semakin besar.. Entah apa yang terjadi pada dirinya. Aku tak kuasa menahannya, hingga akhirnya kami seperti sepasang suami-istri yang bercinta di dalam kamar mandi. Namun, kami belum sampai melakukan hal yang dilarang itu meskipun kami sudah bertelanjang. Aku memutuskan untuk mengakhiri semua situasi saat itu.

"Aku cuma ingin kamu menjadi milik ku seutuhnya. aku tak ingin ada orang lain dihatimu. " katanya sambil memeluk ku.

"Tapi ini sudah salah." aku menenangkannya.

Karena sudah terlanjur di dalam kamar mandi, kami pun saling memandikan namun bukan dengan nafsu, lebih seperti anak kecil yang mandi bersama.

Sudah beberapa hari berlalu, aku terbiasa hidup bersama Agus. Dan dia juga dengan cepat mendapatkan pekerjaan entah dia yang gesit atau itu keberuntungannya. Setiap hari kami berangkat bersama dan pulang juga bersama kecuali jika salah satu dari kami lembur. Fitri, teman yang selalu denganku kini juga terbiasa adanya Agus yang sekamar dengan ku. Tak jarang pula kami jalan bersama, dan bermain kartu bersama. Bahkan Agus sudah mulai akrab dengan anak-anak di lingkunganku.