Chereads / lelakiku / Chapter 6 - Melihat konser

Chapter 6 - Melihat konser

"Sudahlah.. aku mau pulang dulu. " pamitku pada Nopi

"Besok Sabtu jangan lupa. Kita udah janji lihat konser." tegasnya

"Kalau aku tak ada yang nganter gimana? " tanyaku

"Tak masalah, kamu langsung ke rumah ku saja. Nanti kita berangkat sama-sama. " ajaknya terus

"Aku kan nggak enak ama cowok lu.. " ucapku lemas

"Duuh.. kayak baru ketemu cowok gue aje lu.. lu kan paham kalo cowok gue santai. " katanya sambil menepuk pundakku

"okelah.. sampai ketemu besok" ucapku segera pergi.

Sambil mengendarai motorku, aku berpikir keras, Kira-kira siapa yang aku ajak ke konser. "Huft.. kenapa pusing sekali kepalaku. " mengeluh pada diriku sendiri.

"Tin.. tin.. tin.. " suara klakson motor dari samping.

Aku tak menyangka ternyata Agus mengikutiku. Segera saja aku menepi, kebetulan juga ada tempat berteduh seperti gubuk namun itu seperti lapak kecil yang biasa digunakan orang untuk berjualan es di pinggir jalan.

"Nglamun mlulu,. mikir apa? kok nggak sadar aku daritadi di belakang. " kata Agus sembari menghampiri ku dan melepas helmku.

"aku kan fokus kalau lagi nyetir. " ngelesku padanya

"Mau makan dulu ato ngobrol disini saja? " tanyanya

"Ngobrol sini saja." jawabku

Lalu kami pun duduk di bangku itu. Untung saja, pemandangannya di dekat sawah di pinggir jalan, jadi enak aja berteduh disitu apalagi ditemani kekasih. Sungguh syahdu sekali.

" kok nggak kasih kabar kalau mau jemput aku? tau gitu tadi pagi aku nebeng temenku. " kataku sambil merayunya.

"Uluh.. uluhh.. ngarep dijemput. (sambil mencubit hidung ku). Aku kebetulan saja, lagian aku sudah pulang kerja, terus pengen kasih kamu kejutan. " katanya

"wow.. aku terkejut low.." (sambil tertawa)

Dia memegang tanganku, dan aku pula menyandarkan kepalaku di bahunya.. Nyaman sekali rasanya, seperti beban berat sudah aku pindahkan ke bahunya..

"aku lelah.. " ucapanku untuknya

"kayak kerja berat aja bilang lelah.. " godanya

Langsung ku tatap dia dengan cemberut.

"gitu saja marah. nanti cepat tua" sambil mencubit pipiku

"aduuh.. sakit tau.. " (ku usap pipiku yang dicubit) "Besok sibuk nggak? " tanyaku

"kenapa? mau ngajak kencan ya..?? " godanya

"besok teman-temanku mau ngajak liat konser band indie. mereka bawa pasangan masing-masing. terus aku sama siapa?" tanyaku dengan lesu

"maaf sayang.. besok aku kerja sampek malam.. " jawabnya.

Mendengar hal itu pun aku semakin bad mood.. Namun, tak seharusnya begitu, dia bekerja keras untuk hidupnya jadi aku tidak akan memaksanya..

"nggak papa. kamu kerja aja, itu juga demi masa depan kamu. besok aku ke rumah Nopi, berangkat bareng Nopi aja aku. " dengan sedikit kecewa.

"jangan ngambek ya.. " bujuknya.

"iya." sahutku

Tangannya merangkulku menenangkan aku yang terlihat kecewa dengan jawaban yang dia berikan.

"Ayo pulang, sudah sore. " ajak ku

Aku mencoba berdiri dan berpaling darinya, namun tangannya tak mau melepas tanganku.. Aku menatapnya dengan dingin, kemudian dia melepaskan genggamannya.

Langsung saja aku menyalakan motor dan pergi. Sikapku masih kekanakan, tapi memang saat itu aku berharap dia menemaniku untuk Sabtu esok.

Sesampainya di rumah, aku langsung berbaring tengkurap di atas kasurku. Seperti anak kecil yang tak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Namun, saat itu ponsel ku berdering.. Itu panggilan dari Agus tapi tak ku jawab. Setelah beberapa kali berdering, ku lihat lagi ponsel ku dan ada pesan masuk dari Agung.. Mungkin itu sedikit menenangkan hatiku yang lagi badmood.

"aku lagi badmood" chatting ku pada Agung

"kenapa? " tanyanya

"Sabtu esok ada konser band indie, temenku semua hadir disana sama pasanganpasangan, tapi aku sendiri. " dengan emoticon sedih

"pacarnya kemana? masak nggak mau nganter? " godanya

"dia sibuk kerja. " jawab ku singkat

"ya sudah, besok aku temani. " balas nya dengan emoticon hati

Aku yang sedang merajuk, membaca pesannya membuat ku senang. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi dengan Agung. Kita mengobrol sampai larut malam, ada panggilan dari Agus yang tidak bisa terhubung karena aku sedang melakukan panggilan dengan Agung. Mungkin itu membuat Agus penasaran, sampai dia mengirim pesan, "Teruskan, kalau lagi telepon sama Agung". Sontak aku kaget membacanya, dan langsung aku balas " maaf.. aku nggak tahu kamu telepon ".

Setelah itu, dia tak membalas pesanku..

Sabtu itu pun tiba, aku sudah bersiap untuk menemui Agung namun, tiba-tiba Agus ke rumahku. Aku bingung, nanti kalau Agung ke sini dan mereka bertemu apa jadinya. Segera saja aku mengirim pesan ke Agung.

" kamu jadi ke sini nggak?? " tanyaku

"Iya tapi aku sedikit terlambat, ada kerjaan mendesak. " balasnya

Otakku berpikir keras, bagaimana caranya agar mereka tak bertemu.. Karena terlalu lama aku di kamar, Agus langsung saja menelpon ku.

Setelah ponselku berdering, langsung aku keluar kamar dengan senyum nyinyir..

"kayak jauh saja telepon segala" ucapku

"kamu lama nggak keluar kamar" dengan nada kesal

"maaf.. " kataku sambil duduk disebelahnya.

"ayo, berangkat" ajaknya

"kemana? " tanyaku

"katanya liat konser, aku udah ijin ortumu. katanya boleh. " tegasnya

"tapi aku terlanjur janjian sama orang lain" ucapku sambil menunduk.

"sama Agung?? " tanyanya dengan kesal.

"iya. kemarin dia kebetulan ngajak aku. jadi aku pikir kenapa nggak.. maaf nggak bilang sama kamu" semakin aku menundukkan kepala.

"Ya sudah, kita tunggu saja dia. " katanya dengan tegas.

Langsung seketika itu aku mengirim pesan ke Agung, " Pacarku kesini, dia mau nganter ke konser, katanya nggak papa kalau sama kamu juga. gimana kamunya?.

Dia membalas, " kalau kamu nggak masalah, aku juga nggak papa. tapi pasti pacar kamu marah, aku nggak mau jadi masalah. kamu sama pacarmu saja. aku nanti juga ke sana sama temanku. kita ketemu di sana saja. "

Balasannya membuat ku lega.

Langsung saja aku mengajak Agus berangkat.

"Dia nggak kesini" ucapku menjelaskan ke Agus.

"Apa dia takut.? nggak papa suruh ke sini saja. " desaknya dengan nada kesal

"nggak. ayo berangkat.. " ajakku dengan menggandeng tangannya.

Namun, dia tak mau beranjak dari duduknya. akhirnya aku yang mencoba menenangkannya. Ku arahkan wajahnya ke wajahku dan aku bilang, "maaf.. jangan marah, ayo kita berangkat.. nanti keburu mulai konser nya.. "

Dia hanya terdiam, dan aku terus membujuk nya dengan lembut. Mungkin dia butuh waktu menenangkan hatinya. Aku tak berani terlalu mendesaknya, namun aku menggenggam tangannya dan mencoba membujuknya..

"ayo, sayang.. kita berangkat" ajakku lembut.

Setelah beberapa menit, dia pun akhirnya mulai beranjak dari tempat duduknya.

Dengan berboncengan, aku memeluknya dan berkali-kali mengucapkan kata maaf. Dia pria baik yang selalu memaafkan semua kesalahan ku.

Diperjalanan, dia memberitahuku kalau dia cemburu dengan Agung. Dia menanyakan kenapa aku dengan mudahnya menyetujui pergi dengan Agung, dan kenapa tak membujuk nya untuk menemaniku.. Aku menjelaskan bahwa saat itu aku salah, dan aku terlalu kekanak-kanakan. Kita saling menjelaskan perasaan masing-masing. Namun, sepertinya dia benar-benar cemburu dengan Agung.

"Sejujurnya, aku benar-benar cemburu dengan Agung. Kamu terlalu dekat dengannya. " dengan rasa sedih.

"Apa salahnya cuma berteman. " aku mencoba menjelaskan.

" Tapi tak wajar laki-laki dan perempuan berteman, pasti salah satu akan menaruh perasaan. " dia yang terasa berat menjelaskannya.

"Iya, maaf. Tapi kamu tetap tak bisa melarang ku berteman dengan siapa saja. " aku menyanggahnya

"Terserah lah.. " Dia mengalah, dan mulai menggenggam tanganku.

...

Setibanya di acara konser, aku dan Agus menemui teman-temanku. Kita semua bersama pasangan masing-masing.. Kita hanya berkumpul sesaat kemudian pisah dengan masing-masing pasangan. Musik cinta yang mengalun indah, mengiringi kemesraan setiap pasangan yang ada di konser itu. Aku pun terlarut dalam suasananya. Agus memeluk ku dari belakang, tangannya yang melingkari pinggang ku membuatku merasa nyaman. Kami saling menatap dan juga ikut melantunkan lagu yang dibawakan saat itu. Tak sengaja mataku melihat sosok pria yang aku kenal, itu Agung. Aku dan Agung saling menatap, namun karena Agus belum pernah bertemu dengan Agung, dia tidak menyadari kalau aku bertatapan dengan Agung. Namun, setelah konser selesai, baru Agus menyadari kalau aku melihat seseorang jauh di sana.

"siapa yang kamu lihat? " tanyanya dengan matanya mencari.

"Dia Agung di sana. " aku menunjuk dengan tanganku

Langsung saja Agus melepas tanganku dan bergegas ingin menemui Agung.

Aku mencegahnya, namun dia bersikeras unt menemuinya. Akhirnya aku mengalah dan langsung menelpon Agung.

"Mas, kamu dimana? Kesini bentar, dia mau kenal sama kamu" (tanpa basa basi)

"Aku di belakang mu, nggak perlu ketemu." langsung dimatikan teleponku.

Aku menghadap ke belakang dan menunjukkan pada Agus, "Itu dia orangnya".

Agus langsung melihat dan ingin menghampiri nya, namun Agung hanya melambaikan tangan dan pergi begitu saja.

" Mau kemana dia? " tanya Agus

"Pulang mungkin. Dia nggak mau ketemu." ucapku

"Masak gitu aja nggak mau ketemu. " masih dengan penasaran.

Dalam hatiku," Alhamdulillah nggak jadi ketemu. " Aku juga merasa nggak enak karena tiba-tiba membatalkan janji dengan Agung..

Aku tahu saat itu Agus masih penasaran dengan Agung. Tapi aku pura-pura tidak menyadari dan berusaha menenangkan hatinya.

Saat itu tiba-tiba Agung mengirim pesan, "mesranya.. aku cemburu tau. " Ponselku langsung diambil oleh Agus dan dia membacanya.

"Tuh kan.. apa aku bilang.. pasti ada yang nggak beres ma tu anak. " dia terlihat kesal sekali.

Aku berkali-kali menenangkannya, namun tak berhasil. Akhirnya aku mengeluarkan sifat ngambekku. Aku diam saja selama keluar dari tempat konser itu. Agus yang selalu gundah ketika aku hanya diam, kini mulai membujuk ku.

"kok kamu yang marah, harusnya aku. aku yang tersakiti. ada cowok yang bilang cemburu kepada pacarku " tegasnya

Aku hanya diam, percuma saja menjelaskan kepada orang yang lagi cemburu. Kediaman ku membuat nya tak nyaman.

Di jalan yang agak sepi,tiba-tiba di balik badanku menghadap badannya, dan dikecupnya bibirku. Aku tak menolak,karena aku juga menikmati kecupan hangat nya saat itu. "Jangan diam lagi ya" bujuknya padaku.

Aku merangkulnya, dan kami berjalan bergandengan mesra sembari aku menjelaskan bahwa aku hanya berteman dengan Agung dan aku nggak mau menjalani hubungan dengan mengorbankan pertemananku. Karena aku lebih dulu mengenal Agung daripada dia. Entah terpaksa atau tidak, dia mengiyakan apa mau ku.