Chereads / As A Princess (Indo Version) / Chapter 34 - 34. Kewajiban Untuk Avery

Chapter 34 - 34. Kewajiban Untuk Avery

Alice menghembuskan napasnya. Gadis itu menyuruh Avery untuk menghadap padanya. "Pangeran, kembalilah seperti seorang pangeran Avery yang kukenal. Lupakan Diona. Diona sudah menikah dengan pria lain. Apakah kau akan seperti ini terus? Sampai kapan kau akan seperti ini? Aku selalu ada di sampingmu. Maka kau tidak perlu takut menghadapi hal lain. Pergilah.. temui puteri Ariadne dan bantu dia." Kata Alice.

Avery menatap kedua mata Alice. Lelaki itu seperti terbius oleh mata biru milik Alice. Kedua mata Alice tiba-tiba sangat terlihat cantik bagi Avery. "Kau ingin aku pergi menemui Ariadne atau tetap di sini bersamamu?" Tanya Avery dengan tatapan yang sangat dalam.

Alice tersadar bahwa posisi bicara mereka berdua terlalu dekat. Gadis itu melepaskan pegangan eratnya pada kerah baju Avery. Alice sangat gugup dan memalingkan wajahnya ke arah lain. "Ah, maafkan aku. Aku tidak bermaksud bicara sangat dekat denganmu, pangeran." Kata Alice.

Avery dan Alice sedang berada di ruangan kosong yang terpisah dari gedung istana yang lain. Ruangan kosong yang pernah menjadi tempat Avery dipukul oleh Raja Eden.

Kondisi ekonomi kerajaan mutiara kini setiap bulan semakin membaik. Kerajaan mutiara menjadi kerajaan yang jaya kembali seperti tahun lalu. Membuat Raja Eden tidak lagi menuntut banyak hal pada Avery.

"Memangnya mengapa jika kita berbicara sangat dekat?" Tanya Avery dengan meraih pinggang Alice untuk menempel pada tubuhnya.

Alice terkejut. Kedua tangan gadis itu reflek memegang dada bidang Avery yang memakai pakaian kerajaan yang mewah. "Pangeran, aku---"

"Beberapa hari ini, kau terlihat cantik di mataku."

Degup jantung Alice berdetak begitu cepat saat Avery mengucapkan hal itu. Apa maksud dari perkataan Avery?

Tangan kanan Avery membelai lembut pipi kiri Alice. Dan Alice menikmati sentuhan itu dengan memejamkan kedua matanya. Gadis itu langsung menggenggam tangan kiri Avery untuk menghentikan sentuhan itu di pipinya. "Pangeran, apa maksudmu berbicara seperti ini?"

Posisi mereka berdua tetap berdekatan seperti tadi. Tangan kiri Avery tetap merengkuh pinggang Alice. "Kau sudah lama menyimpan perasaanmu padaku, mengapa kau tidak pernah menyatakan perasaanmu padaku?"

"Pangeran, kau tahu dari mana?"

"Aku selalu tahu semua hal, Alice. Aku tahu kau suka padaku sejak dulu. Bahkan kau tidak pernah menahanku untuk bertemu dengan Diona. Kau selalu ada di sisiku dalam kondisi apapun. Apakah kita akan tetap bersama sebagai sahabat? Atau kau ingin lebih dari itu?"

Suara Avery terdengar begitu intim. Avery berbicara seperti itu di samping telinga kiri Alice dengan sangat menggoda. Alice bahkan terbius dengan harumnya kulit leher Avery. Wangi mawar yang membuat Alice memejamkan matanya.

"Jika aku ingin lebih dari seorang sahabat. Apakah hal itu diperbolehkan?" Tanya Alice pada Avery. Kedua tangan Alice bergantung pada leher Avery. Membuat wajah mereka semakin dekat.

Deru napas Alice bisa Avery rasakan dengan jelas. "Aku mengijinkanmu menyukaiku, Alice." Kata Avery dengan yakin.

Suasana terlihat mendukung untuk melakukan adegan romantis. Alice dan Avery mendekatkan wajah mereka semakin dekat. Bibir Avery mulai menyentuh bibir Alice dengan sangat intim. Mengecup dan melumatnya seperti permen yang manis.

Keduanya terbius oleh suasana intim yang tercipta. Tangan Avery meremas pinggang Alice yang masih terlindungi gaun tebal.

Ciuman mereka sangat lama dan belum berakhir. Ini adalah ciuman pertama milik Alice yang berhasil direnggut oleh Avery. Ciuman mereka berdua sangat panas. Bahkan Avery tidak membiarkan bibir Alice terlepas dari bibirnya. Rasanya manis dan membuat candu.

Saat tangan Avery mulai berada di dada Alice yang masih terlindungi gaun, tangan Avery mulai meremas dadanya. Dan ciuman mereka berhasil dihentikan oleh Alice. Alice terkejut saat dadanya diremas oleh Avery. Napas gadis itu terengah dan berat.

"Hentikan ini, pangeran."

"Aku tidak bisa berhenti, Alice.."

"Tidak seharusnya kita seperti ini."

"Aku mencintamu Alice.."

Mendengar perkataan Avery yang mengatakan bahwa lelaki itu mencintai dirinya, Alice menatap Avery lagi. Kemudian gadis itu mencium bibir Avery dengan sangat dalam. Alice membiarkan ciuman panjang itu terjadi di sepanjang malam. Membiarkan tubuhnya berada dalam dekapan tubuh Avery yang hangat.

Suasana malam ini seolah sengaja diciptakan untuk mereka berdua. Alice dan Avery tenggelam dalam aktivitas panas mereka di atas ranjang. Tidak peduli bahwa ranjang kayu itu berderit dan menimbulkan bunyi.

Alice berhasil menjadi milik Avery seutuhnya malam ini. Tubuh Alice seutuhnya menjadi milik Avery. Dan setelah ini, Avery berjanji tidak akan meninggalkan Alice dalam keadaan apapun.

Mereka berdua tidak tahu, jika malam itu adalah awal dari kesalahan mereka yang akan dibawa sebagai sebuah masalah yang tak pernah selesai dalam waktu yang sangat lama. Dan bahkan bisa mengorbankan seseorang.

***

Dua hari berlalu. Hubungan Alice dan Avery dilakukan mereka secara diam-diam. Tidak ada yang mengetahui percintaan panas mereka setiap malam di dua malam kemarin itu. Bahkan ibu Alice tidak pernah curiga pada Alice. Ratu Berenice juga tidak pernah mencari keberadaan Avery di mana setiap malam.

"Nikmatilah sarapanmu, pangeran." Kata Alice dengan sangat lembut. Gadis itu meletakkan semangkuk bubur lezat di hadapan Avery dan mengelus kulit leher Avery dengan pelan. Kemudian Alice meninggalkan ruang makan.

Avery tersenyum saat pandangan matanya bertemu dengan pandangan mata Alice. Keduanya sama-sama diliputi rasa cinta yang begitu besar.

Avery berjanji pada Alice jika suatu hari nanti ia akan bicara pada Eden dan Berenice tentang hubungan mereka. Avery juga berjanji akan menikahi Alice jika Alice mengandung bayinya.

Suasana sarapan sangat tenang. Raja Eden dan Ratu Berenice tampak hangat di depan mata Avery.

"Avery, bagaimana keadaan area produksi mutiara? Dua minggu lagi musim salju akan berakhir. Kau harus terus mengawasi para pekerja saat mereka memindahkan semua kerang ke wilayah laut." Kata Eden.

Avery mengangguk dengan sopan. "Semuanya baik, ayah. Tentu saja aku tetap mengawasi area produksi. Ayah tenang saja.."

"Kau tidak bertanya kemarin aku pergi ke mana?"

Avery mendongak menatap Eden. Kegiatan sarapannya berhenti saat mendengar nada suara Eden yang serius. "Pergi ke mana ayah? Apakah kemarin kau pergi meninggalkan istana?"

Raja Eden mengangguk. "Iya. Aku kemarin pergi bersama ibumu. Kami pergi mengunjungi kerajaan berlian. Kami bertemu dengan puteri Ariadne. Kerajaan berlian mengalami masalah besar dengan Kerajaan Utara. Bukankah kau sudah mendengar hal ini?"

Avery mengangguk. "Iya Ayah, aku sudah mendengar berita ini."

"Pertambangan berlian milik kerajaan berlian hampir dikuasai kerajaan utara. Mereka tidak bisa menerima keterangan kontrak kerjasama yang Ariadne berikan. Kerajaan Utara mengancam nyawa para pelayan dan pengawal puteri Ariadne jika tidak menyerahkan sebagian wilayah pertambangan berlian. Mereka membutuhkan perlindungan kita, Avery."

"Lalu apa keputusanmu, ayah?"

"Menikahlah dengan puteri Ariadne. Lindungilah kerajaan berlian dan bantulah dia mempertahankan pertambangan berlian. Kerajaan berlian harus bersatu dengan kerajaan kita. Agar kerajaan utara tidak bisa menyerang kerajaan berlian. Kerajaan utara akan mengumumkan peperangan jika kerajaan berlian tidak segera memberikan keputusan tegas. Dan keputusan ini adalah kewajiban untukmu, Avery." Kata Eden dengan sangat serius.

Rasanya dunia Avery seolah hampir runtuh. Haruskah ia menikah dengan Ariadne di saat kondisi seperti ini? Bahkan Avery sudah tidur dengan Alice dan menyatakan cinta pada Alice. Apa yang harus Avery lakukan?

*****