"Aku melihat wanita muda yang terus mondar mandir di rumah ini? Apa sekarang anak di bawah umur bisa bekerja di sini?"
"Tidak, Tuan Muda. Dia putri dari pelayan rumah ini. Namanya Biyan Anastasia."
Uukh!
Rex hampir saja tersedak air minumnya. Matanya nyalang melihat kepala pelayan itu. "Kau yakin namanya Biyan Anastasya? Dia masih sekolah?"
"Iya, anda mengenalnya?" tanya pelayan itu juga.
"Mm, tidak. Aku istirahat." Rex baru saja keluar dari kamarnya dan sekarang kembali masuk meninggalkan keheranan kepada pelayan itu.
"Mm..." Rex kembali membalikan tubuhnya. "Kenapa dia tinggal di sini?"
"Ibunya baru saja kehilangan tempat tinggal, karena kasihan mm... Tuan Muda Dili membawanya tinggal di sini."
Mata Rex melebar sempurna, bagaimana nama itu bisa terlibat di sini? Tadinya Rex ingin mengejutkan Biyan dengan langsung menemuinya, sekarang Rex kembali duduk. "Apa hubungan wanita itu dengan, dia?" tanya Rex penuh amarah. Menyebut namanya saja Rex tidak ingin.
"Saya tidak tahu jelas Tuan, apa ada masalah?"
Rex pergi begitu saja menuju kamarnya lantas merogoh saku celana mengeluarkan ponselnya.
"Sedang apa kau?" tulisnya dalam pesan lantas dikirimkan pada Biyan.
Biyan yang sedang mengerjakan tugas di taman belakang sesaat berhenti dengan pulpen di tangan. Biyan membalasnya. "Di taman sedang mengerjakan tugas, paman!" sesaat Biyan terkikik kecil melihat jawabannya sendiri. Di saat gadis seusianya saat ini menikmati malam akhir pekan, Biyan tidak memiliki teman ya... kecuali Yona yang memilih mencari uang malam ini.
Rex yang melihat jawaban Biyan segera berlari turun dari lantai kamarnya. Taman belakang yang Rex datangi, karena tidak mungkin Biyan ada di taman depan. Sampai di balkon belakang Rex membuka pintunya lantas melangkah mendekati pembatas balkon. Pandangannya turun ke bawah dalam ayunan setengah telur Biyan ada sedang membaca buku. Juga ponsel yang ia lihat.
Biyan masih menatap Ponsel itu merasa aneh tidak ada jawaban dari seberang sana. "Kenapa dia? Aneh." Biyan kembali melanjutkan belajarnya dengan Rex yang masih terus melihat di atas balkon.
Sampai malam itu berjalan keduanya hanya saling diam, Rex terus melihat gadis itu dari atas balkon sedangkan Biyan melanjutkan belajar terkadang membenarkan ikatan rambutnya yang mulai mengendur.
"Ternyata itu benar kau. Baby doll."
Setelah malam itu Rex mengumpulkan semua informasi, kenapa Dili bisa ada di antara keduanya? Rex juga mendatangi kamar di mana Biyan tidur beberapa hari ini. Rex patut tenang tidak ada hubungan antara Dili dan Biyan, meskipun bukan halangan keberadaan Dili untuk Rex.
***
Rex sudah sampai kantor pagi ini. di hadapannya saat ini sudah ada Javier. "Bagaimana bagus kan?" tanya Javier yang dari tadi hanya berdiri menunggu Rex selesai melihat apa yang ia kerjakan dan menunggu pujian tentunya.
"Sepertinya kita tidak akan mendapatkan ruang yang mudah untuk berkembang," ujar Rex mengingat bagaimana sulitnya orang-orangnya bergerak dulu.
"Iya, tapi jangan khawatir. Orang-orang kita selalu melakukan pendekatan, segala prosesnya berjalan. Jika semua sudah hampir kita kuasai, sisanya kita bisa usir."
"Pastikan tidak ada kekerasan, aku ingin damai. Cottage ini akan menjadi sumber penghasilan untuk mereka juga."
"Mm..." Javier mengerti semua keinginan Rex. "Kau sudah makan? Aku sangat lapar baru turun dari pesawat pagi tadi dan kau langsung meminta laporan perkembangan di sana."
"Kau punya waktu dua puluh menit untuk makan, bisa di sini atau di ruanganmu!" ujar Rex tanpa peduli dengan reaksi Javier yang melongo.
"Kau sungguh bosa yang kejam, aku baru saja kembali dan kau langsung memberikan pekerjaan. Seharusnya kau memberiku cuti. CEO!"
"Kata siapa kau tidak boleh cuti, kau bisa cuti selamanya jika mau." Rex bangun dari duduknya. Javier meneguk ludahnya, sepertinya saat ini mood Rexford sedang tidak baik. Javier segera mengikuti arah langkahnya menuju deretan staf lain.
Pasti hari ini hari yang melelahkan.
Rapat dimulai sebagai Rex pemimpin tertinggi, Javier harus menahan kantuknya jika tidak ingin lagi identitasnya besok tidak ada lagi di perusahaan.
"Pengaruh dari pasar Eropa pada pasar dunia saat ini menjadi tidak baik. Daya beli menurun, kita harus melakukan terobosan pemasaran yang baru. Tepat apa yang sedang anda bidik? Kita bisa melakukan lebih mudah pada konsumen dengan membuka gerai-gerai kecil," ujar staf yang saat ini sedang melaporkan kondisi pasa pada Rex.
"Tapi usulku masih ditolak oleh penasehat perusahaan." Sesaat Rex melihat Javier yang masih berkutat dengan kantuknya.
Javier menegakkan tubuhnya, menampilkan wajah serius. "Resikonya masih terlalu besar, membuka beberapa gerai kecil bisa saja malah menurunkan daya beli konsumen karena kebanyakan dari mereka belanja ingin tempat yang luas dan megah, untuk sekalian mengajak keluarga jalan-jalan."
Semua orang mengangguk, ikut setuju dengan pandangan Javier jangan sampai kita hanya habis dimodali saja.
***
"Silahkan ditandai, kerjakan semua tugas kalian! Aku akan kembali sebentar lagi."
Biyan sedang belajar bersama teman-temanya, saat gurunya keluar Yona langsung merentangkan kedua tanganya.
"Aaa... kenapa pagi seperti ini harus pelajaran berat, otaku kram."
Biyan tersenyum kecil mulai mengerjakan tugasnya.
"Nanti malam ada pesta, kau mau ikut?" Yona mengambil buku Biyan lantas menconteknya sesuka hati. Setelah selesai kembali diberikan pada Biyan.
"Aku tidak bisa pulang malam, rumahku pindah." Biyan melanjutkan mengisi jawabannya.
"Pindah? Kau tidak cerita padaku, pindah kemana?" Yona kembali menggeser buku Biyan lantas kembali mencontek jawabannya.
"Rumah orang kaya, tempat ibuku bekerja." Biyan menarik bukunya perlahan kembali mengisi jawaban berikutnya.
"Kaya?" Mata Yona langsung berubah mengkilat. "Apa dia punya anak laki-laki?" tanyanya antusias menggeser duduk semakin mendekat pada Biyan.
"Ada, dua. Tinggi sepertinya tampan," ujar Biyan mengingat punggung pria itu.
"Benarkah? Aku ingin berkunjung ke rumahmu. Cepat, selesaikan isinya!"
"Kau ada pesta malam ini," Biyan mengingatkan juga memberikan bukunya yang sudah semuanya diisi.
"Kalau begitu besok." Yona mencatat semua jawaban yang Biyan tulis. Sedangkan Biyan hanya melihat sahabatnya itu dengan senyuman. Banyak hal yang sudah dilalui keduanya.
Pulang dari sekolah Rex kembali membuat kehebohan di depan gerbang sekolah Biyan. Kali ini penampilannya lebih muda hanya dengan t-shirt polos putih dan celana jeans panjang. Semua siwa wanita mengerumuninya, bahkan ada yang memanggil dengan sebutan sugar daddy.
"Kau masih tidak bisa menjelaskan dia, padaku?" Yona masih menginginkan penjelasan priya dewasa itu. Sedangkan Biyan melongo melihat Rex berdiri. Setelah dua hari tidak melihat sekarang ia kembali datang membuat kehebohan.
Kali ini Rex menatap Biyan penuh posesif, membuat Biyan seketika mati kutu dengan tatapannya. Seakan bertanya apa yang salah?
Rex membukakan pintu mobil, tanpa bicara menarik tangan biyan masuk. "Apa yang kau lakukan?" Yona juga hendak menghalangi tapi Rex memberi kepercayaan pada Yona.
"Dia akan baik-baik saja denganku!"
Rex memasuki mobil segera meninggalkan sekolah. Mobil sport itu terus melaju.
"Mau kemana kita?" Biyan sempat mengagumi interior mobil yang super mewah. Biyan biasanya hanya melihat mobil seperti ini di dalam drama-drama, kisah tentang wanita miskin dan tuan muda kaya.