Dengan bantuan Javier, Yona melepaskan dressnya menyisakan bra tanpa tali. Kulitnya yang putih sangat kontras dengan warna bra hitam yang dikenakan Yona. Astaga mata Javier sangat mesum saat melihat kulit di dada Yona. Ukurannya tidak berlebihan, seperti wanita dewasa pada umumnya tapi pas untuk disentuh.
Saat itu juga Javier baru menyadari sesuatu tapi gairah sudah mengalahkannya. Kepala Javier menunduk dan semakin turun untuk membelai kulit di dada Yona, punggung Yona melengkung saat Javier mengusap ujung dadanya dengan lembut, semantara mulutnya menyusup di bagian dada lain.
Yona benar-benar terbakar selimut halus itu ia cengkram dengan gelisah menanti penyatuan Javier. Tapi lelaki itu malah terus bermain seperti yang tadi dikatakan Yona harus menahannya, maka sekuat mungkin wanita itu menahan lelehannya meskipun basah sudah terasa mengalir.
Setelah puas bermain dengan dada Yona yang sudah menegang dari tadi kini Javier semakin turun ke bawah perutnya. Yona tidak bisa lagi bersuara setiap kecupan bibir lelaki itu semakin membuatnya melayang dan sialnya ia harus menahan entah sampai kapan atau mungkin sampai lelaki itu selesai menjelajahi seluruh tubuhnya, lihat saja sekarang padahal Yoan sudah sangat mendamba lelaki itu bermain di kewanitaannya nyatanya tidak ia malah kembali ke dadanya.
"Kau sedang mempermainkan ku?" tanya Yona. Persetan dengan ekspresi wajahnya kini, ia sudah sangat gila jika tidak mendapatkan daging kenyal itu dalam tubuhnya saat ini.
Javier malah menyeringai bahkan tanpa obat perangsang pun, wanita yang bersamanya tidak pernah bertahan lama. "Katakan seperti itu, tapi aku yakin setelah ini kau akan menyukai apa yang aku lakukan."
"Makal lakukan sekarang, sebelum aku yang lagi memulainya."
Javier kembali terkekeh pelan, seperdetik kemudian lidahnya sudah kembali membelai dada Yona. Wanita itu kembali mengerang dan kali ini Javier benar-benar membuktikan perkataannya, tanganya membelai di bawah sensitif Yona sedangkan lidahnya terus bermain.
Yona semakin gelisah ingin segera Javier puaskan rasanya siksaan kenikmatann ini terlalu membuai, bisa-bisa ia tidak lagi bisa bertahan dan kemudian meleleh di tangan Javier. Obat sialan, Yoan benar-benar dipermalukan obat itu atau mungkin godaan Javier yang terlalu memabukan.
"Tahan sekali lagi," bisik Javier lagi. Tangannya hanya bermain di luar, padahal Yona berharap Javier memasukkannya dan membiarkan Yona merasakan klimaks seperti tadi.
Sudah tidak bisa berpikir selain membiarkan lelaki itu puas dengan apa yang diinginkan atas tubuh Yona, kepala Yona sudah pening seluruh inderanya seakan Javier pancing.
Merasakan permainan lidah lelaki itu menghilang dari dadanya, Yona membuka matanya seakan memberi waktu untuk menetralkan gejolak panas.
Shit!
Apa yang ingin lelaki itu lagi perbuat, hanya tinggal memasukan lantas bergerak. Yona menutup wajahnya jengkel, haruskah ia menyentuh dirinya sendiri. Ini benar-benar menyiksa.
Javier membuka salah satu laci nakas yang ada di samping ranjang. Yona melihat dengan jelas sesuatu yang menggunduk di balik boxer hitam yang lelaki itu kenakan, Yona yakin rasanya pasti sangat tidak nyaman namun anehnya lelak itu sanggup bertahan dengan memberikan Yona kepuasan sentuhan terlebih dahulu. Sejauh ini yang pernah ia rasakan lelaki akan terburu buru menerjangnya sampai puas tanpa memberikan kemanjaan.
Keluar dari pemikirannya Javier sudah kembali ke sisinya lagi dengan dasi di tangan. Pertanyaan untuk apa, kini bersarang di otak Yona. Seperdetik kemudian kedua tangan Yona Javier bawa, lantas diikatkan pada sebelah tangannya juga. Seakan tidak akan membiarkan Yoan pergi sekalipun ia menginginkan untuk pergi.
Javier membuka boxernya dengan daging kokoh menjulang, paha Yona ia buka. Sekali lagi jarinya mengusap usap disana, Yona kembali menggeliat merasakan jari besar itu mengusap lembut basah yang ada di sana. Javier terus melakukan itu dengan matanya yang sudah berkilat gairah tapi puas melihat wanita di bawahnya yang terus menggeliat kenikmatan setiap kali ia menggeseknya dengan jari.
Yona menjinjitkan kaki semakin menekuk lututnya dan secara otomatis kewanitaannya semakin jelas terlihat menahan sensasi demi sensasi. Javier mengecup dahi Yona sesaat sebelum penyatuan mereka terjadi.
"Mm…" Yona meremas tangan Javier yang menahannya, setiap kali Javier bergerak ia meleleh dan sialnya Javier bergerak, menarik kemudian memasukan lagi dengan perlahan, benar-benar ingin merasakan setiap kali Yona melelah basah.
"Bagaimana rasanya?" Bisik Javier ditambah gigitan kecil di dada Yona. Yona semakin menggila, seluruh tubuhnya rasanya akan meledak jika Javier tetap bergerak perlahan. Yona ingin menjerit mengatakan untuk lebih cepat ia sudah tidak bisa lagi bertahan.
Sekali lagi Javier menarik lantas memasukan sekaligus. Yoan kewalahan ia sudah tidak bisa lagi berkomentar atas sensasi yang Javier berikan, rasa seperti ini malah semakin menguras tenaga tapi jika sekaligus keluar tidak akan terkuras tenaga, astaga Javier ingin membuat Yona tidak bisa jalan besok pagi.
"Sekarang waktunya." Javier semakin membuka paha Yona, bersiap memberikan sensasi lain sekaligus menghilangkan efek obat itu. Javier mulai bergerak cepat satu tanganya yang lain menyentuh area sensitif Yona sedangkan tangan yang lain menahan ikatan tangan Yona membuat gadis itu tidak bisa berkutik dalam siksaan kenikmatan.
Javier terus menggila bergerak dengan kasar juga jarinya yang juga terus mengusap sensitif Yona.
Yona menjerit, ingin menyudahi apa yang Javier lakukan. Kepalanya sudah bergeleng ingin Javier menghentikan aksinya atas area sensitif. Javier malah semakin kuat menahan ikatan tangan Yona yang ingin menahan gerakan Javier sampai punggung Yona terangkat dan sialnya Yona malah dengan jelas menyaksikan apa yang Javier lakukan pada tubuhnya. Tangan Javier yang menyentuhnya juga gerakan maju mundur pada area sensitifnya.
Lelaki itu tidak bergeming terus melakukan aksinya dengan cucuran keringat. Tubuh dan tangannya bergerak seirama sesekali melihat Yona yang menjerit, merasakan bagaimana wanita itu tidak tahan dengan sensasi tubuhnya sendiri.
Sampai akhirnya punggung Yona terangkat tinggi, tubuhnya menggelinjang hebat seiring dengan air seni yang keluar, Javier menambah mengusapnya. Tubuh Yona bergetar hebat sampai rasanya ia ingin pingsan atas ledakan yang tidak bisa dikontrol tadi. Napasnya memburu, rasanya sangat ngilu.
Yona melipat pahanya berguling ke samping masih dengan tangan terikat dasi pada lengan Javier. Javier juga terengah mendekati tubuh mungil itu lantas melepaskan ikatannya.
Seberapa gila ia bercinta dengan wanita, dan ini yang paling gila atas sensasi yang diberikan tubuh wanita padanya. Apa Javier sudah selesai? Jawabannya belum, setelah melihat ekspresi wanita itu Javier tidak akan tega untuk memuaskannya. Dalam engah napasnya, miliknya masih tegang sempurna bahkan menginginkan pelepasan segera.
Alih-alih melakukan Javier malah melepaskan ikatan tangan Yona yang sudah tanpa tenaga, jika pun Javier melakukannya lagi. Javier yakin wanita ini tidak akan bisa melawan selain pasrah dengan menerima setiap perlakuan atas tubuhnya.
Javier menggendong Yoan membaringkannya dengan benar di tengah-tengah ranjang lantas menarik selimut. Mendekapnya dalam pelukan.