Chereads / BABY DOLL / Chapter 23 - Pulau Cinta

Chapter 23 - Pulau Cinta

"Apa yang anda lakukan?" tanya Biyan masih dengan ekspresi tidak percaya, ada orang yang menukar kelas bisnis dengan ekonomi di dalam pesawat. Di dalam sana jauh lebih nyaman dan luas dibanding di sini harus berdesakan dengan penumpang lain.

"Aku bosan." Rex memperlihatkan lengkukan bibir yang dipaksakan, tangannya terlipat di dada. "Ah… nyaman sekali, aku jadi mengantuk." Ia memejamkan matanya sedangkan Biyan masih keheranan.

Beberapa saat berlalu kepala Rex turun bersandar pada Biyan. Kaki panjangnya terlihat tertekuk tidak nyaman, benarkah laki-laki ini sudah tidur? Dari yang Biyan rasakan sepertinya kepala Rex benar tanpa tenaga. Biyan juga ikut memejamkan mata.

Kabin pesawat semakin terasa dingin, Biyan menaikan kaki bersila juga tangan yang semakin melipat kedalam. Kepala Biyan bergerak semakin mengerat pada Rex.

Rex mengganti posisi duduk hingga bahunya kembali tinggi dan Biyan semakin nyaman bersandar padanya. Perlahan ia membuka jas lantas menyelimutkan pada gadis itu saat turbulensi terjadi Biyan memegang tangan Rex.

"Harusnya tadi lewat darat saja."

"Ini hanya guncangan kecil, bab." Rex semakin mempererat pegangannya. Biyan lantas tersadar kemudian menarik tangannya langsung.

"Aku tidak suka ketinggian," ujar Biyan.

Rex semakin menatap Biyan lekat. "Lalu apa yang kau suka? Tantangan.?" Senyum tipis Rex.

Biyan terkesip sesat lantas menjauhkan tatapannya dari Rex. "Anda mau kemana?" Biyan mengembalikan jas yang Rex berikan. "Terima kasih."

"Pulau cinta."

"Pulau cinta? Aku juga akan berlibur di sana."

"Oya, baguslah. Aku akan membuat cottage di sana. Bagaimana untuk perkenalan dan promosi kau dan teman-temanmu menginap di sana? Free."

"Free?" Biyan langsung menutup mulutnya atas suara yang terlampau besar tadi. "Maaf."

Rex malah tertawa kecil. Lantas mengangguk.

Begitu pesawat mendarat enam anak gadis itu berkumpul membuat lingkaran dengan merangkul satu sama lain. Rex kembali tertawa kecil.

"Siapa dia Bii? Dia bukan orang jahat perdagangan manusia kan?" tanya salah satu teman Biyan.

"Dia, paman waktu itu?" tanyanya Yona pada Biyan.

"Iya, aku belum lama mengenalnya tapi rumahnya tidak jauh dari rumah yang aku tempati sekarang. Tempatnya tidak jauh dari tempat kita menginap. Bagaimana kalian ingin mencoba datang? Apa kita lihat dulu?"

"Baiklah, lagipula sepertinya dia paman yang baik hati," timpal yang lainnya.

Rex kembali melihat jam tangan, anak-anak gadis itu masih berdiskusi. Masih memunggungi Rex, kemudian semuanya berdiri tegak menghadap Rex.

"Bagaimana, kalian setuju?" tanya Rex. Dilihat dari wajah anak-anak itu semuanya setuju.

Yona melipat tanganya di dada. "Kami setuju, tapi jika nanti kami minta pulang kau harus membiarkan kami pergi?!"

"Setuju." Rex mempersilahkan mobil hitam yang di belakang mobilnya untuk digunakan. "Biyan! Kau di sini, di sana penuh." Biyan melihat semua temannya lantas berbalik arah pada mobil Rex yang ada di depan. Rex membukakan pintu, menjaga kepala gadis itu saat masuk dalam mobil agar tidak terbentur.

Selama di dalam mobil Biyan terus melihat arah luar kaca, melihat pandangan juga hamparan laut yang terlewati.

"Kau pernah ke sini?" tanya Rex.

"Ini liburan pertamaku, kalau tidak karena Yona aku tidak akan pergi," tutur Biyan dengan tatapan lembut pada Rex.

Rex tertegun senyum tipis itu namun penuh sedu. Rex menepiskan penglihatannya pada arah depan. "Nanti akan aku ajak ke tempat yang lebih bagus."

Tiga puluh menit perjalanan dari bandara menuju cottage, mobil masuk dalam parkiran. Belum keluar dari mobil semua sahabat Biyan melongo melihat bagaimana cottage ini. Dikelilingi rindang pohon, taman bunga juga air mancur buatan.

"Oh… my god…"

Semua gadis itu turun dari mobil.

Cottage dengan warna dinding putih gading terlihat mewah namun bersahabat. Tiga orang dengan baju adat setempat mengalungkan bunga pada Rex yang ada di paling depan.

"Mereka tamu VIP ku," ujar Rex.

Biyan dan teman-temannya juga disambut dengan cara yang sama, bunga harum dikalungkan pada mereka.

"Mari ikut kami."

Semua bawaan mereka dibawakan pelay cottage. Rex memisahkan diri dari mereka menuju pondoknya sendiri.

"Waoo…" Baru saja sampai di halaman pondok Yona dan yang lainnya terperangah. Memang bukan pondok mewah tapi ini justru lebih mewah tapi asri.

"Masing-masing pondok ada dua kamar, tapi jika nona-nona menginginkan pondok dengan satu kamar. Kami bisa mengantarkan."

Biyan yang keberatan pasti ini malah. "Tidak, kami ingin yang bersama saja."

"Pondok empat kamar tidak ada nona, pondok ini menyasar pasangan yang baru menikah atau bulan madu yang membawa anak."

"Kalau begitu, kami bisa tinggal di satu pondok saja." Biyan tersenyum kaku.

"Maaf nona, tuan Rex tidak mengijinkan seperti itu."

Yona menyiku Biyan. "Dia orang kaya, Bii. Ini."

Kalau saja Rex bukan milik sahabatnya mungkin sudah Yona dekati. Pintu pondok dibuka. Usianya tidak kalah mewah dengan tempat perapian juga bantal-bantal yang tergeletak di lantai depan perapian, karpet bulu berwarna senada dengan dinding ruangan semakin menserasikan suasana.

Di sebelah kanan ada tanga kayu menuju lantai dua dan secara mengejutkan ternyata kamar yang ada tidak memiliki sekat dengan semua ruangan. Hanya kamarandi yang berpintu berada di sudut dekat televisi.

Dari kamar atas jendela besar sekaligus pintu, lnagsung mengarah pasir putih pantai dan ombak biru. Jika pintu dibuka angin pantai langsung menyeruak masuk juga deburan ombak akan semakin terdengar.

Malam ini purnama di ujung laut sedang memantulkan cahayanya.

Tok! Tok!

Biyan saling melihat dengan Yona lantas Biyan melangkah membukakan pintu. "Tuan Rex, mengundang anda untuk makan malam bersama."

Yona ikut mendekati lantas muncul dari balik pundak Biyan. "Kami juga diajak, kan?"

"Siapapun boleh ikut, kata tuan Rex," tutur pelayan cottage itu.

Tidak berapa lama dua orang sahabat Biyan lainya sudah keluar dengan semangat dari pondoknya. "Baiklah."

"Katakan padaku sejak kapan kalian dekat?" tanya Rose dengan menggendeng pundak Biyan.

"Maksudnya? Aku baru saja mengenal dia," tutur Biyan itu kenapa ia banyak menolak karena belum lama mengenal Rex.

"Tidak usah mengelak, kita bukan anak kecil. Katakan padaku kau simpanannya? Kalian sudah berhubungan?" Rose bersama yang lainnya tertawa.

Bagi Biyan rasanya sangat tidak nyaman namun ia mengerti keadaan, mereka pikir Biyan sama melakukan sex bebas. Biyan tidak pernah memiliki ketertarikan yang berlebihan atas seorang laki-laki, apa tidak ada yang menyukainya? Tentu saja ada. Biyan pernah berkencan dengan teman satu sekolah tapi berakhir tragis dengan tamparan Biyan pada pipinya. Karena menginginkan berhubungan di pinggir jalan gelap, mungkin jika saat itu ada di atas ranjang dan mantan sialanan itu merayu baik-baik mungkin akan Biyan biarkan anak laki-laki itu mbuka bajunya.

"Usstt!" Yona menunjuk arah Rex yang sedang duduk di kursi meja makan.