Esok harinya Biyan sudah kembali bekerja seperti biasa di sekolah belum ada banyak perubahan, Biyan masih jadi topik utama untuk bahan pergunjingan. Sepanjang pekerjaan yang Biyan lakukan tidak lepas dari perhatian Rex yang sejak tadi sudah ada di kafe.
"Paket…"
Seorang kurir masuk dalam kafe dengan paket yang ditunjukan.
"Untuk Biyan Anastasia," ujarnya membaca paket itu. Biyan yang sedari tadi menunduk di depan mesin espresso menengadahkan wajah melihat kurir itu.
"Saya Biyan Anastasia."
Kurir itu langsung mendekat. Biyan menatap sebuah paket terbungkus plastik dan koran tebal yang disodorkan kepadanya. Biyan pun tanpa berpikir panjang langsung menerimanya.
"Silahkan tanda tangan, Nona. Untuk bukti penerimaan." Laki-laki itu menyodorkan pulpen dan kertas saat Biyan masih kebingungan. Tapi ia tetap menerimanya segera menandatangani nota dari paket tersebut.
"Terima kasih nona," ucap kurir tersebut lantas beranjak dari sana.