Selesai pesta dengan yang lainnya Yona memilih duduk dibanding bersenang senang dengan yang lainnya. Lelaki asing baru saja duduk di sampingnya. "Kau sendirian? Aku boleh menemani?"
Yona sedang tidak ingin bersama lelaki malam ini, tapi rasanya terlalu angkuh jika menolak. Toh, hanya berbincang. "Silahkan," ujarnya kembali meraih gelas yang beralkohol rendah.
Lelaki itu duduk mendekat, merasa ada pergerakan Yona menggeser tubuhnya agar tidak terlalu dekat. Seharusnya ia memang menolak tadi, isi tempat ini hanya lelaki pemikir kotor yang tidak jauh dari selangkangan.
"Kenapa kau menjauh, bab? Kita akan sangat hangat jika saling mendekat."
Yona mulai tidak nyaman, wajahnya datar melihat lelaki itu. Lelaki itu mengangkat kedua tanganya. "Okay, kau sedang tidak ingin bercinta. Karena wanita yang sedang dipuncak gairah, aku yakin menginginkan pria untuk memuaskan," ujarnya lantang bahkan dengan teriakan.
Astaga... jadi para lelaki hanya menganggap wanita adalah budak gairahnya sendiri. Menjadikan isi otaknya hanya hasrat yang harus tersalurkan. Tidak semuanya salah, hanya wanita juga bisa memilih dengan siapa ia menginginkan untuk dipuaskan. Seperti Yona.
Yona tidak ingin menanggapi lelaki yang mulai melantur, ia memilih turun melepaskan pikiran dengan menggerakan tubuhnya perlahan di bawah guyuran suara musik.
Lelaki itu terus memperhatikan bagaimana Yona bergerak perlahan, namun memukau. Keindahan tubuh Yona memancing sesuatu dari lelaki itu untuk berontak.
Shit!
Ia mengumpat merasakan sesak pada bawah celananya. Lelaki itu membuka dompetnya. "Mari kita lihat, baby. Seperti apa kau liar di atas ranjang jika gairahmu mencapai puncaknya." Lelaki itu semakin memanas membayangkan Yona menari kepanasan di hadapannya untuk dipuaskan. Satu bulat obat kecil dimasukan dalam minuman Yona.
Yona tidak menyadari ia masih menikmati musik hingga beberapa saat kerongkongannya kering. Yona mendekati meja, lelaki itu bersandar pada sandaran sofa. Yona tidak melihat keanehan, ia minum lantas kembali pada lantai tarian.
Suara musik house semakin keras membakar darah. Yona semakin lihai menggerakan tubuhnya disaksikan pasangan mata lelaki. Semakin lama tubuh Yona semakin memanas, rasanya kehausan yang dirasakan semakin menjadi. Yona kembali ke mejanya sesaat melihat lelaki itu membuat seluruh indra kewanitaannya mendamba juga mengeras.
Yona harus menggelengkan kepala, tadi ia sama sekali tidak menginginkan hal itu. Menghilangkan gejolak dalam dirinya Yona pergi ke toilet. Lelaki itu mengikutinya dari belakang.
Yona melihat beberapa pasangan yang bercinta di lorong gelap, biasanya itu akan nampak biasa saja namun mengapa itu seakan memanjing Yona untuk ikut bergabung.
Yona masuk ke dalam toilet, membasuh wajahnya yang mulai memerah. Suara desahan dari dalam salah satu pintu kembali mengganggu Yona, darahnya semakin panas membara juga rasa tidak nyaman pada kewanitaannya yang terus menginginkan pelepasan. Dengan kasar Yona mendorong pintu itu.
Dua orang yang sedang asik bercinta. "kau ingin bergabung?" tanya si lelaki.
Yona benar-benar kewalahan, kakinya hendak ingin masuk. Tanganya mencengkrang pintu. 'rasanya terlalu murahan' pikirnya. Yona meninggalkan dua orang itu untuk kembali ke mejanya jika harus memuaskan gairahnya paling tidak Yona harus ke kamar hotel. Ia bukan wanita murah yang bercinta di mana saja tanpa otak.
Yoan terus mengumpat atas sensasi dahaga sentuhan pada tubuhnya saat ini. Bahkan sesaat Yona meremas salah satu dadanya sendiri.
Yona keluar dari toilet.
Yona keluar dari pintu toilet sudah disambut lelaki tadi dengan menggandeng panggulnya. Sentuhan lelaki itu ba kejutan listrik pada tubuh Yona. Tapi kewarasan masih ia peroleh dengan sedikit mendorong rahang lelaki itu yang menempel pada telinganya. "Mundur!" perintahnya dalam helaan napas berat.
"Baby, aku tahu saat ini kau sedang ingin dipuaskan. Aku juga merasakan yang sama. Aku bisa memberikan apa yang kau inginkan, bahkan berulang ulang sampai kau hanya bisa meneriakan namaku," bisik lelaki itu.
Yona masih menolak, ia tidak menyukai lelaki itu. Dengan kewarasan yang tersisa Yona melangkah keluar dari lorong toilet.
Lelaki itu masih terus mengikuti dengan terus menggoda sentuhan-sentuhan kecil pada tubuh Yona.
Javier yang berjalan sambil memainkan ponselnya hendak menelpon salah satu temannya tidak melihat munculnya seorang wanita yang baru keluar dari lorong toilet dan menabraknya. Yona menarik kemeja Javier agar tubuhnya tidak oleng dan terjatuh. Wajah Yona sudah benar-benar memerah, membuat Javier yakin jika wanita berambut coklat itu sedang mabuk berat.
"Hai nona. Lepaskan kemejaku," Javier masih belum terlalu jelas melihat wajahnya.
"Wanita itu bersamaku!" ujar lelaki di belakangnya langsung menarik bahu Yona.
Yona menahan tubuhnya bahkan berusaha melepaskan cengkraman lelaki itu pada pundaknya. Pemikiran Yona sangat gila saat ini, diapit dua orang lelaki membuat tubuhnya semakin memanas.
'apa ini?' seakan Yona akan kehilangan kontrol pada tubuhnya dan menjadi wanita jalang sesungguhnya.
Yona masih terus mengumpulkan kewarasan. Lelaki itu kembali berbisik untuk menggoda. "Baby. Aku tahu apa yang kau rasakan, aku bisa meredakan rasanya."
"Pergi kau!" bentak Yona seraya mendorong tubuh lelaki itu.
"Kau membuatku hilang kesabaran." Lelaki itu seakan, akan menyingkapkan dress Yona.
"Wwoy!" mimpi apa Javier harus menjadi saksi pasangan yang akan bercinta di depan pintu toilet.
Tapi melihat Yona yang menolak bahkan meminta pertolongan, Javier sadar keduanya bukan pasangan.
"Dia tidak mau padamu!" Javier mendorong lelaki itu sedangkan Yona bersembunyi di belakang tubuh Javier.
"Kalian pasangan?"
"Tidak."
"Iya."
Yona mengatakan tidak sedangkan lelaki itu mengaku jika keduanya berpasangan.
Javier menunjuk pada belakang tubuhnya dimana Yona ada. "Jika wanita tidak mengakui, berarti kau bukan kekasihnya. Lebih baik kau pergi!" ujar javier.
"Jangan ikut campur urusanku! Kau cari mangsa lain!" kukuh lelaki itu ingin menjangkau Yona.
Javier terkekeh. "Aku bukan laki-laki bajingan yang memaksa wanita."
Buk!
Javier meninju perut lelaki itu. "Aku sedang ingin menghajar orang dari tadi."
Dari kejauhan empat orang berlari dengan menunjuk arah Javier.
Shit!
Javier menarik tangan Yona untuk berlari keluar dari club malam itu. Empat orang tadi mendekati lelaki itu. "kejar mereka!"
Javier sudah di depan lift. "aah... sial! Lift terlalu lama."
Dengan keadaan panik Yona meremas rambutnya. "Kau tidak bisa menghadapi mereka?"
"Empat terlalu banyak." Javier kembali menarik tangan Yona. "Lari!"
Keduanya menuju arah tangga darurat, sesekali melihat kebelakang pada empat orang tadi.
"Tunggu, aku pakai high heels!"
"Aah... wanita merepotkan. Cepat lepaskan."
Yona segera melepaskan sepatunya, lantas dipegangi Javier, keduanya berlari menuruni tangga darurat. Sampai pada lantai bawah.
"Apa... mereka tidak lelah terus mengejar?" Javier masih menarik Yona dengan tangan kanan sedangkan tangan kirinya membawa sepatu wanita itu. Melewati barisan parkiran mobil.
Hampir sampai pada mobil Yona. "Naik mobilku!" ujar Yona.
Javier melihat mobil Yona. "Pakai mobilku saja!"
Bunyi dua kali sirine menandakan itu mobil Javier. Yona sempat diam, Astaga...
Apa ia sudah menemukan pangeran berkuda putih.