"Lo pikir gue cewek apaan hah? Walaupun gue ini calon pacar lo tapi gue ngak minat kali sama tubuh lo, entar aja kalo kita udah nikah." Ucap Naura lalu memainkan matanya pada Alex.
"Dihhh gila lo. Lagian siapa juga yang mau nikah sama lo, ngarep."
"Lo yang bakal nikah sama gue."
"Bacot."
"Udah deketan sini. Ngapain sih lo jauh jauh kayak gitu." ucap Naura yang hendak melanjutkan kegiatannya tadi.
"Lo mau ngapain njir. Mau raba raba gue lagi lo ya?"
"Lama lama gue geplak juga ya lo. Gue cuman mau bantu cari hp lo bangke, gue ngak ada niatan sama sekali buat raba raba tubuh lo itu."
"Ngak perlu. Lagian lo juga ngak akan bisa dapet lagi tuh hp. Kayaknya tadi jatuh dari kantong jaket gue, waktu gue jatuh dari motor."
"Trus gimana dong? Atau kita balik aja ya kesana? Gue kasian sama lo anjir, masa hp sama motor lo ditinggalin disitu. Nanti hilang gimana?"
"Ngak usah dipikirin. Biarin aja, palingan juga bakal ada yang ambil." Ucap Alex santai.
"What? itu motor pasti mahal anjir, hp lo juga ngak mungkin hp murahan kan?"
"Gue bisa beliin 10 motor dan 100 hp kayak gitu kalau gue mau. Duit gue ngak akan habis kalau cuman beli gituan doang."
Naura langsung melongo mendengar ucapan Alex tadi. Apakah Alex begitu kaya hingga tidak peduli sedikitpun tentang motor dan ponselnya?
"Lo itu anak orang kaya ya Lex?"
"Bukan urusan lo."
"Kalau lo anak orang kaya, gue kayaknya harus mikir mikir dulu deh buat perjuangin lo." Ucap Naura lalu menundukkan kepalanya.
Kening Alex mengernyit ketika mendengar ucapan gadis di hadapannya itu.
"Maksud lo?"
"Hemm ngak papa. Ngak usah di pikirin soal omongan gue tadi."
"Aneh lo."
"Jadi sekarang lo gimana? Lo ngak mungkin nunggu mereka disini kan?"
"Gue pinjem hp lo dulu, biar gue bisa kabarin mereka."
Naura mengangguk dan meraih ponsel miliknya dari dalam tas. Saat Naura menyalakan layar ponsel miliknya, tanpa sengaja dia melirik ke arah jam yang terpampang jelas dilayar ponselnya.
"Anjirrrrrrr, bangke. Gue telat, astaga.... Gue harus gimana, ohhhh fu*k." Umpat Naura lalu kembali memasukkan ponselnya kedalam tasnya dan tidak jadi memberikannya pada Alex.
Alex terkejut begitu mendengar umpatan demi umpatan yang keluar dari mulut Naura.
"Wahh anjir... woiii hati hati bangke." Teriak Alex saat Naura yang tiba tiba melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.
"Woiiiii, sadar woi. Lo kesurupan ya? Hati hati anjirrrrr... gue emang ngak takut mati, tapi gue juga ngak mau mati bareng lo." Ujar Alex.
"Lo bisa diem bentar ngak? Gue harus fokus, ini demi hidup dan mati gue." ucap Naura sambil terus melajukan mobilnya.
Kurang lebih 10 menit diperjalanan, akhirnya Naura dan Alex sampai di sebuah restoran. Kening Alex mengernyit ketika melihat Naura yang membawanya ke tempat ini.
Ini tempat yang sama waktu kemarin Alex dan Rido bertemu dengan Naura, dan kenapa Naura datang ke sini lagi?
"Lo mau ngapain? Jangan bilang lo pertaruhin nyawa gue tadi cuman mau makan disini."
"Udah lo tunggu di sini dulu. Gue harus masuk bentar, lo diem disini. Jangan kemana mana." Ucap Naura.
"Emang lo siapa ngatur ngatur gue kayak gitu?"
"Udah diem." Ucap Naura lalu berlari kecil masuk ke dalam restoran.
Alex yang penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Naura, memilih untuk masuk dan mengikuti Naura.
Alex melihat Naura yang masuk ke sebuah ruangan yang Alex ketahui itu adalah ruangan manager dari restoran ini.
Alex mendekat keruangan itu untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh Naura di dalam sana.
"Ini baru hari pertama kamu bekerja Naura, tapi apa yang sudah kamu lakuakan hah? Kamu sudah terlambat seperti ini." Ucap seseorang di dalam sana.
"Maafin saya pak. Tadi seharusnya saya bisa tiba tepat waktu di sini, tapi sewaktu dalam perjalanan ada kendala pak. Jadi mau tidak mau, saya harus bantu mereka pak. Sekali lagi saya mohon maaf pak." ucap Naura memohon.
"Saya paling tidak suka jika ada orang yang tidak bertanggung jawab dengan tugasnya Naura. Kamu sama sekali tidak memiliki time management yang bagus dan saya tidak suka hal itu."
"Maaf pak."
"Jika dihari pertama saja kamu sudah terlambat seperti ini, bagaimana dengan hari hari selanjutnya? Saya benar benar tidak bisa mentolerir itu Naura. Dengan berat hati saya harus katakan kalau saya tidak dapat menerima kamu untuk bekerja di sini lagi." Ucap laki laki itu.
Naura langsung mengangkat kepalanya kaget.
"Ma..... maksud bapak?"
"Kamu saya pecat Naura, dan untuk besok kamu tidak perlu lagi datang ke sini."
"Pak!!! Saya bener bener minta maaf pak. Saya mohon tolong maafin saya, saya bener bener ngak ada niatan untuk datang terlambat pak, tadi hanya ada kendala di jalan. Saya mohon tolong beri saya kesempatan sekali lagi pak, saya mohon." Ucap Naura memohon.
"Maaf Naura saya tidak bisa mempercayai kamu lagi. Sekarang juag kamu bisa keluar dari ruangan saya."
"Saya mohon tolong beri saya kesempatan sekali lagi pak. Saya benar benar butuh pekerjaan sekarang, saya mohon pak."
"Silahkan keluar."
Naura langsung tertunduk lemas saat mendengar jawaban laki laki itu.
"Baik kalau begitu pak. Terimakasih sebelumnya, saya permisi." Ucap Naura lemas lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.
Alex yang mendengar suara derap langkah Naura yang mendekat ke arahnya, langsung berlari kecil sambil menahan rasa sakit di kakinya.
Alex tidak ingin jika Naura mengetahui keberadaannya di sini. Alex kini sudah berada di dalam mobil Naura kembali dan melihat Naura yang berjalan kearahnya.
Alex bisa melihat Naura yang sedang menangis dan berusaha untuk mengusap air matanya.
"Hai Lex." Sapa Naura yang masih berpura pura tersenyum saat menyapa Alex.
"Urusan lo udah selesai?" Tanya ALex.
"Hemmmm udah kok." Jawab Naura singkat.
"Emmm lo mau gue anter ke rumah lo atau kemana?"
"Anterin gue ke apart gue aja."
Naura mengangguk.
"Lo tunjukin arahnya aja ya." Ucap Naura sambil menyalakan mesin mobilnya tanpa melirik ke arah Alex sedikitpun.
"Lo abis nangis ya?" Tanya Alex tiba tiba yang membuat Naura langsung kaget dan menatap kearah Alex.
"Maksud lo? Gu.. gue ngak nangis kok. Sok tau lo."
"Trus kenapa mata lo kayak sembab gitu?"
Naura langsung menyeka matanya agar bekas air matanya tidak ada lagi dan malah membuat Alex curiga.
"I... itu.. apa... emmm tadi mata gue ngak sengaja kelilipan debu, jadi perih gitu makanya keiatannya kayak abis nangis." Ucap Naura berusaha membohongi Alex yang sebenarnya sudah tau yang sebenarnya.
"Emm jadi kita bisa berangkat sekarang kan? Lo kasih tau aja arah apart lo." Ucap Naura sambil melajukan mobilnya untuk mengalihkan pembicaraan Alex padanya.