Rayn menatap Julian dengan lekat-lekat. Tak ada guratan yang mencurigakan, menurutnya. Namun, ia masih ragu apakah dirinya dapat mempercayai Julian setelah insiden semalam. Meskipun sebenarnya, insiden itu nampak sangat jelas bahwa Julian sedang berusaha untuk menyelamatkan Rayn.
"Saya harus duduk? apakah itu mempengaruhi penilaian saya, Pak?" kata Rayn sedikit menantang. Sejak ia membuka mata, ingin sekali melakukan sesuatu yang tak pernah dilakukan sebelumnya. Berteriak, memancing kemarahan, apapun itu.
Karena dirinya sedang marah. Apapun yang kini dirasakan olehnya, sungguh, Rayn ingin meluapkannya sampai habis.
Rasa penasaran dan ketakutan yang sedang berpadu dalam benaknya itu membuat Rayn tidak ingin dengan mudah memberikan orang lain waktu untuk berbicara. Termasuk dengan Julian, kepala pelayan yang seharusnya terjamin kesetiaannya.
Namun, benarkah seperti itu?