Acara kelulusan pun akan berjalan sebentar lagi, para siswa-siswi sudah duduk di tempatnya masing masing.
Seorang laki-laki yang tidak terlalu tua berlari menuju aula tempat acara kelulusan yang akan segera berlangsung tersebut. Dengan tergopoh-gopoh dia berusaha mencari sosok gadis muda yang kini tengah duduk diantara siswa-siswi yang begitu ramai, matanya menelusuri setiap wajah siswa-siswa disana.
Dan sampai matanya menemukan gadis yang dia maksud.
Laki-laki yang berumur sekitar 40 tahun tahun itu pun hendak melangkah memasuki aula, namun langkahnya dihentikan seorang penjaga yang menjaga aula tersebut.
"Maaf, Bapak disini tidak boleh masuk tanpa undangan dari sekolah," kata seorang penjaga sekolah berseragam lengkap itu.
"Tapi Pak satpam, ibu dari siswi disini ada yang sakit dan sekarang ada di rumah sakit. Beliau sedang sekarat," jelas laki-laki yang masih memakai baju kerja kotornya itu.
"Baiklah, Bapak tunggulah disini, saya akan panggilkan siswinya. Kalau boleh tau siapa nama siswi yang Bapak maksud?" tanya satpam itu.
"Namanya Arini Elina Putri," jawab pria tua itu.
"Baik ,sebentar ya Bapak."
Selang beberapa menit, Arini pun mengikuti penjaga sekolah itu untuk menemui laki-laki yang bernama pak Kholis itu.
"Pak De, ada apa kemari? Apa ada yang terjadi sesuatu pada ibuk?" tanya Arini yang penasaran dengan kedatangan tetengganya tersebut.
"Iya Nduk, ibuk kamu masuk rumah sakit.Tadi ketika ibuk kamu sedang bekerja tiba-tiba dia tidak sadarkan diri dan langsung dibawa ke rumah sakit," jelas laki-laki tua itu.
"Ibu?" Sontak seluruh tubuh Arini langsung lemas seketika mendengar kabar itu.
Tanpa berfikir apapun, Arini langsung meninggalkan acara kelulusan yang sebentar lagi akan dimulai. Air matanya perlahan mengalir dari mata sayunya, sudah tidak terbayang akan hal-hal aneh mengenai ibunya itu. Memang beberapa hari ini kondisi sang ibu tidak sehat, tapi beliau tetap bersikeras untuk bekerja.
Ketika hendak melangkah meninggalkan ruang aula, pergelangan tangan Arini dihentikan oleh tangan seseorang.
Arini seketika menoleh ke arah seseorang yang mencekal pergelangan tangannya itu.
"Biar aku antarkan kamu ke rumah sakit," ujar pria yang ternyata Ardan itu.
Saat penjaga sekolah menghampiri Arini, Ardan tidak sengaja mendengar obrolan singkat mereka karena jarak kursi yang Arini tidak jauh dari Ardan yang duduk di kursi khusus orang tua siswa. Melihat Arini yang berjalan dengan tergesa-gesa keluar ruang aula, dia pun mengikutinya.
Dengan wajah Arini yang sedikit kebingungan, Arini pun hanya mengangguk saja.
Singakat waktu.
Arini, Ardan dan tetangganya itu pun sudah sampai di rumah sakit tempat Rahmi dirawat. Mereka bertiga menuju resepsionis rumah sakit yang cukup besar itu untuk menanyakan ruangan Rahmi dirawat.
"Permisi, Suster, pasien yang tadi dibawa ke sini dengan kondisi pingsan di ruang sebelah mana ya?" tanya Arini.
"Pasien dengan nama siapa?" tanya Suster itu.
"Rahmi Pratiwi, " jawab Arini.
"Sebentar saya lihat dulu." Sembari membuka buku pasien yang baru masuk.
"Pasien dengan nama ibu Rahmi Pratiwi ada di ruang Anggrek lantai 2," jelas Suster tersebut.
"Terimakasih suster."
"Sama-sama."
Mereka bertiga langsung menuju lantai 2 dan mencari ruang Anggrek.
Tidak lama untuk mencari ruang tersebut karena letaknya yang berada di ujung lorong.
Memasuki ruang tersebut langkah mereka tertahan oleh suster yang menjaga disana.
"Maaf, pasien sedang diperiksa, mohon tunggu sebentar! kata suster yang menjaga di depan ruangan itu.
Tanpa membantah Arini pun duduk di ruang tunggu, dengan hati yang tidak karuan.
"Nduk Arini, kalo begitu pak de kembali ke tempat kerja ya," kata tetangga Arini yang membawa ibunya ke rumah sakit itu.
"Iya Pak de, terima kasih banyak sudah mengantar ibu saya ke rumah sakit," ucap Arini.
"Sama-sama Nduk."
Tetangga Arini itu pun pergi meninggalkan dirinya bersama Ardan di ruang tunggu.
Sekitar 15 menit mereka menunggu akhirnya dokter yang memeriksa Rahmi pun keluar.
Arini pun langsung menghampiri dokter tersebut. "Bagaimana Dokter kondisi ibu saya?"
"Kamu anaknya?" tanya dokter berkaca mata tebal itu.
"Iya, " angguk Arinni.
"Mari ikut saya!" ajak dokter itu.
"Kak Ardan, aku tinggal sebentar," ucapnya pada Ardan yang dibalas dengan anggukkan.
Di ruangan dokter.
"Dengan siapa?" tanya
Dokter itu.
"Arini," jawab Arini dengan wajah yang menegang.
"Masih sekolah ya?" tanya dokter yang bernama Rizal dengan sedikit basa-basi agar suasana tidak tegang.
Arini hanya menjawab seadanya, "iya."
"Begini ya, Dek, ibu kamu mengidap penyakit Bronkitis. Bronkitis disebabkan oleh infeksi virus dan menyerang sistem kekebalan tubuh yang lemah, ciri-cirinya batuk disertai keluarnya darah. Ibu kamu terlalu kelelahan sehingga penyakitnya sering kambuh," jelas Dokter Rizal.
"Apa penyakit bronkitis bisa sembuh, Dokter?" tanya polos Arini.
"Orang penderita bronkitis bisa sembuh dengan sendirinya, tapi kondisi ibu kamu sudah terlalu parah jadi disarankan ibu kamu untuk melakukan terapi bronkitis menggunakan bronkodilator," jelas Dokter itu lagi.
Arini pun terdiam mendengar penjelasan Dokter Rizal itu. Sesak hatinya mendengar kondisi sang ibu yang mengidap suatu penyakit.