Chereads / Mr. Mafia and His Lady / Chapter 6 - Pernikahan

Chapter 6 - Pernikahan

Pada akhirnya, Ameera tetap tidak punya pilihan lain. Setelah sekian malam dilanda perasaan takut dan bimbang, dua minggu setelah lamaran terjadi, kini dirinya sudah resmi menjadi istri sah dari seorang pimpinan mafia. Pernikahannya dengan pria itu sedang berlangsung dengan baik, yang bagi Ameera justru sangat memuakkan.

Tidak banyak tamu undangan yang datang, selain para pria berjas hitam, Catarina serta sang sekretaris, dan Daisy yang Ameera sertakan sebagai teman kesayangan. Mereka menjadi saksi hidup atas pernikahan Ameera dengan Axton yang diselimuti angkasa kelabu. Pesta pun tak begitu semarak layaknya pesta pernikahan orang lain. Dan Axton memang tidak membutuhkan hal itu, ia sudah cukup puas atas keberhasilannya dalam menjadikan Ameera menjadi istrinya.

Namun, yang namanya 'cukup' tentu saja tidak mencakup semua hal. Masih ada setitik kerisauan yang melanda sebagian kecil ruang hati Axton. Mengenai wajah masam Ameera yang terpasang di sepanjang pernikahan berlangsung dan ia tidak menyukai itu. Meski tidak meriah, dekorasi pernikahan dan gaun pengantin yang dipakai oleh Ameera sangat indah serta mahal. Axton rela mengeluarkan banyak uang untuk membuat wanita itu tertegun. Sayangnya, Ameera tetap mempertahankan kebenciannya, alih-alih memilih untuk mulai menatap Axton sebagai seorang suami yang sudah sah.

"Apa kau tidak memiliki senyum sama sekali, Nona?" tanya Axton dengan suara lirih pada istrinya yang masih terpajang bersamanya di singgasana raja dan ratu sehari tersebut.

"Kau masih bertanya seperti itu?" Ameera menjawab dengan bahasa yang tak lagi formal seperti sebelumnya. Ia sudah muak. Pemaksaan berkedok lamaran terhormat itu pada akhirnya menjebaknya di dalam pernikahan yang tidak ia inginkan. Sialnya, suaminya adalah Axton Axelcen—seorang mafia kejam—yang ditakuti oleh para kalangan penjahat di dunia ini.

"Kau terlalu cantik untuk bersikap murung seperti itu. Lagi pula, aku menikahimu atas dasar rasa suka, Ameera. Bukan keinginanku untuk memiliki one night stand bersamaku. Aku tidak akan menyentuhmu, selama kau belum mencintaiku. Tapi, aku juga tidak akan membiarkanmu lari dariku. Kau harus ingat, kau sudah menjadi milikku, Nona."

"Tetap saja, kau memaksaku masuk ke dalam hidupku, Axton. Kau licik! Aku bahkan tidak pernah mengenal siapa dirimu, yang hanyalah sampah dunia. Kau mafia, kau pasti kejam, dan mengerikan! Kau hanya pendosa, Axton!"

Axton tersenyum sinis. "Licik? Dan kau tahu aku adalah mafia? Sepertinya ibumu sudah banyak bicara. Baik, kami memang buruk, Ameera. Tapi, ibumu! Kenyataannya ibumu jauh lebih kotor daripada diriku. Kau harus ingat tentang hal ini, Ameera. Memamg benar bahwa aku yang membuat penawaran dan ibumu menyetujuinya. Aku tidak memaksamu, tapi ibumu-lah yang telah membuangmu, Ameera. Jadi, aku datang sebagai penyelematmu itu saja."

Ameera terdiam. Ingin kembali marah, tetapi ia sudah tidak memiliki perkataan untuk menyangkal. Pada kenyataannya, Catarina memang sudah membuangnya, rela menjadikannya sebagai bahan kesepakatan dengan sang mafia yang entah memakai alasan apa. Rasanya tidak mungkin hanya karena uang, sebab Catarina sendiri sudah sangat kaya. Dalam hal ini, Ameera benar-benar tidak bisa menebak apa yang tengah ibunya tersebut inginkan, sampai melibatkan diri dengan penjahat kelas kakap.

Sementara itu, Catarina tampak menatap Ameera yang begitu menawan. Ia tidak menyangka putrinya yang begitu mirip dengan Robert Aland justru memiliki visual begitu sempurna. Ameera sangat cantik, wajar jika Axton begitu tergila-gila. Namun, tidak dengan Catarina. Sampai saat ini ia masih menolak bangga atas keanggunan Ameera. Ia justru merasa senang karena tidak perlu lagi bertatap mata dengan putri yang sudah ia benci sejak dulu. Kini, tinggal menunggu hasil kinerja Axton dalam mencari Robert Aland.

"Aku harap, Robert masih hidup. Akan lebih memuaskan jika aku yang membunuhnya dengan tanganku sendiri," gumam Catarina sembari menatap Ameera dengan nanar.

Daisy yang berada di belakang dan cukup dekat dengan Catarina mendengar ucapan majikannya tersebut. Entah siapa sosok Robert yang Catarina maksud, tetapi Daisy sudah dibuat merinding oleh ucapan Catarina. Tidak ingin terlalu memusingkan kata-kata Catarina, Daisy lantas pergi agak menjauh. Ia berjalan sembari berdo'a agar Axton merekrutnya sebagai pelayan pribadi Ameera. Sungguh, Daisy tidak akan sanggup membayangkan bagaimana Ameera akan menjalani hidup bersama sang mafia tanpa teman terdekat seperti dirinya.

Melihat Daisy yang bergerak, Ameera langsung teringat akan rencana sahabatnya itu dua minggu yang lalu. Ia menelan saliva, kemudian berangsur menatap Axton.

"Aku menginginkan sesuatu, Axton," ucap Ameera.

Axton memberikan balasan atas tatapan Ameera. "Katakan saja," jawabnya.

"Kau tahu Daisy? Maksudku wanita itu." Ameera menunjuk keberadaan Daisy, diikuti tatapan mata Axton. "Jadikan dia sebagai pelayan pribadiku."

"Tidak bisa, Ameera."

"Apa?!" Ameera mengernyitkan dahinya dan hatinya terasa panas. "Tapi, kenapa?"

"Kau tahu aku seorang mafia, bukan?"

"Tentu saja."

"Aku tidak bisa asal-asalan mengambil orang sebagai bawahanku. Lagi pula, ini bukan negaraku. Dan dia merupakan pelayan Nyonya Catarina. Tentu saja, aku harus membuat kesepakatan baru untuk merebut wanita itu. Ibumu begitu pintar dan licik, dia bisa memanfaatkan segala sesuatu demi keuntungannya. Kau pikir itu mudah? Sudah aku katakan bahwa ibumu jauh lebih kotor dari seorang mafia. Kalau aku buka semuanya, mungkin kau akan tercengang, Ameera."

"Tidak ...." Sesak, sungguh, dada Ameera seperti ditekan dengan menggunakan batu besar. Axton sudah lancang menikahinya, kemudian begitu tega memisahkannya dengan Daisy.

"Jangan cengeng. Ada pelayan lain yang lebih pintar darinya."

"Tapi, aku hanya menginginkan Daisy, Axton! Dia sahabatku! Apa kau akan menyiksaku lebih dari pernikahan sialan ini?! Dan aku rasa permintaan ini sangat ringan serta tidak membuat dirimu rugi!"

"Tetap tidak bisa, Ameera."

Ameera pikir permintaannya untuk membawa Daisy bukan hal berbahaya atau sesuatu yang merugikan Axton. Namun, mengapa pria itu justru menolak apa yang ia inginkan? Mengapa tak cukup dengan siksaan pernikahan paksa saja? Ia justru dipisahkan dengan Daisy. Axton mungkin sudah berencana untuk membuatnya tak memiliki komunikasi dengan orang-orang terdekat. Entah!

Lelah dan malu, Ameera memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Biarlah pesta yang menampilkan dirinya sebagai pengantin baru menjadi senyap dan hampa. Biarlah semua orang menilainya sebagai mempelai aneh. Ameera sudah tidak peduli. Baru menikah saja, rasanya sudah sangat berat. Apalagi nanti ketika dirinya telah dibawa oleh Axton ke rumah lain, akankah siksaan lebih mengerikan akan ia terima?

Sementara, Axton yang mendadak ditinggalkan berangsur mengernyitkan dahi. Ia menatap kepergian Ameera dengan pancaran mata penuh rasa curiga. Terlebih, wanita itu tidak hanya berjalan, melainkan berlari kencang. Mata Axton terbelalak saat sebuah dugaan tiba-tiba terlintas di benaknya. Jangan-jangan dia mau melarikan diri? Pikir Axton menerka-nerka.

"Ameera!" Suara Axton tiba-tiba terdengar sebelum Ameera berhasil menyelinap ke dalam ruangan dari gedung pernikahan tersebut. "Apa kau sudah gila! Kenapa kabur di tengah-tengah pesta?! Kau mau mempermalukan diriku?!"

Axton yang sudah berhasil menyusul segera meraih lengan Ameera. "Kau harus menyelesaikan pesta ini bersamaku!"

"Tidak, Axton! Tidak mau!"

"Kau istriku, Ameera! Turuti perintahku, Sialan!"

Ameera menangis. Tidak hanya sakit di hati, tetapi lengannya sangat nyeri karena cengkeraman tangan Axton begitu kuat. "Aku ingin pergi. Aku tidak mau menjadi istri penjahat seperti dirimu, Axton! Bahkan, belum ada satu hari pernikahan kita berlangsung, kau sudah menyiksaku, Sialan! Kau memisahkanku dengan sahabatku! Kau kejam, Axton!" rontanya.

"Dia hanya pelayan rendahan, Ameera! Dan sudah kukatakan, aku punya alasan! Lagi pula, kau tidak akan pernah bisa pergi dari sisiku, Ameera! Kau harus melihatku, kau harus mencintaiku!"

"Kau gila, Axton!"

"Ya! Sudah setengah tahun aku menahan diri atas dirimu, Ameera. Jadi, saat ini jangan pernah berharap untuk kabur lagi. Seharusnya kau membuka mata. Lebih baik hidup bersamaku, daripada ibu biadabmu itu!"

"Aku tidak sudi, Axton! Lepaskan aku!"

Tangis Ameera semakin keras terdengar. Hal itu membuat Axton mulai merasa kesal. Axton yang sempat was-was karena takut Ameera kabur, memutuskan untuk menyeret istrinya itu ke dalam ruangan kosong di gedung tersebut. Lantas, ia kunci rapat-rapat pintunya setelah menghempas tubuh Ameera di atas salah satu sofa.

"Kau sudah membuatku marah, Ameera!" ucap Axton disertai ekspresi mengerikan di wajahnya.

"Axton ...?" gumam Ameera gemetar.

***