Kepala Axton terasa berat. Beban yang ia pikul saat ini memang sangat besar. Nama organisasinya menjadi taruhan, saat pengusaha tambang itu semakin gencar memperbesar pemberitaan atas tuduhan penambangan ilegal yang dilakukan oleh Sayap Hitam alias Black Wings.
Herannya, pengusaha yang belakangan ini Axton ketahui namanya adalah Bertran Purnama tersebut sulit untuk ia temui. Ia bisa saja masuk ke dalam perusahaan Bertran serta membawa pasukannya, tetapi saat ini tidak banyak anak buah yang ia bawa. Meskipun negara tersebut adalah negara di mana ia berasal, tetap saja kenyataan mengatakan bahwa Sayap Hitam tidak memiliki kekuasaan di negara tersebut.
Belum lagi mengenai dugaan bahwa Bertran memiliki pendukung besar yang mungkin saja sebuah organisasi hitam lainnya, membuat Axton semakin kesulitan untuk bergerak. Entah siapa yang mendalangi tuduhan tersebut sampai sosok serendah Bertran begitu berani membuat perkara dengan organisasi Sayap Hitam. Axton masih mencari tahu tentang hal ini, tetapi selama enam bulan terakhir penyelidikannya tidak membuahkan hasil.
"Sepertinya ...." Justin yang sejak tadi berdiri tegak di hadapan Axton, tepat di ruang pribadi Axton di mansion mega itu, lantas mengeluarkan suaranya. "Organisasi yang mendukung pengusaha itu memang memiliki motif untuk menghancurkan organisasi kita, Tuan Axton."
Axton menghela napas. "Aku menduganya seperti itu. Saat ini organisasi kita, terutama diriku tengah diincar oleh petinggi dunia. Penambangan ilegal itu menimbulkan bencana bagi warga lokal. Dan aku sebagai pemimpin Black Wings adalah orang yang berasal dari negara ini. Latar belakangku semakin menguatkan kecurigaan orang-orang di pemerintahan, kalau kita tidak segera mendapatkan pelaku sebenarnya, organisasi kita terancam bubar, Justin. Kau tahu, bahkan meski aku sering mengunjungi tempat ini, aku tidak pernah berniat mencari untung atas negara ini."
"Saya akan terus berusaha untuk mencari siapa yang mencoba menghancurkan organisasi kita, Tuan Axton."
"Kau memang harus melakukannya, Justin, juga diriku. Lalu, kita bisa kembali ke Amerika setelah keadaan sudah lebih kondusif. Saat ini, Amerika menjadi tempat berbahaya untukku. Jika pemerintah negara ini sudah meminta bantuan FBI untuk menguak identitasku, maka aku sudah menjadi buronan. Memang belum ada bukti, tapi pengusaha itu semakin gencar dalam menyebarkan rumor bahwa Sayap Hitam alias Black Wing adalah dalang di balik bencana lumpur tersebut. Itulah mengapa aku masih urung kembali, terlepas dari alasan keberadaan wanita itu."
Justin mengerjapkan matanya. Ternyata Axton mengetahui apa yang sedang ia khawatirkan mengenai keberadaan Ameera yang bisa saja menjadi kendala. Nyatanya, Axton masih memiliki alasan lain untuk tetap tinggal di negara asalnya sendiri, meskipun bisa saja dirinya masuk ke dalam bahaya.
Tidak ada tempat persembunyian terbaik selain di negara yang sedang ada masalah tersebut, sebab semua orang pasti akan menganggap jika tidak mungkin seseorang yang sedang menjadi tersangka justru memasuki wilayah bersangkutan. Lagi pula, tidak ada yang tahu wajah asli Axton, kecuali namanya yang sudah beredar karena ulah Bertran. Dalam perjalanan ke negara itu pun, Axton memiliki cara tersendiri untuk bisa lolos dari pengecekan. Namanya juga penjahat kelas kakap, pasti memiliki segudang cara licik untuk membuat rencananya sukses.
"Soal Ameera, apa kau sudah mencarikan pelayan tepat untuknya?" tanya Axton yang mulai membahas perihal istrinya. "Aku sudah mengatakan itu padanya, supaya dia tenang, meski orang itu belum ada. Kriteria yang pas untuk menjadi pelayannya, kau masih ingat, bukan? Wanita tua, minimal paruh baya, yang bodoh dalam hal intelektual, tapi pandai dalam urusan dapur."
Justin mengangguk pelan. "Sudah saya atur, Tuan, pelayan itu sedang dalam perjalanan," jawabnya.
"Bagus! Kau harus memastikan bahwa orang itu benar-benar bodoh, Justin. Agar dia tidak membebani kita."
"Mm ... tapi, kenapa Anda menolak permintaan Nona Ameera untuk merekrut pelayan dari rumah Nyonya Catarina?"
"Aku hanya tidak percaya pada pelayan itu. Selain Catarina bisa mencari keuntungan lain dariku, pelayan itu bisa saja memiliki daya pikir yang pintar. Terlebih dia adalah sahabat baik Ameera, yang tentunya bisa saja membantu Ameera untuk kabur dari rumah ini."
"Baik, saya paham, Tuan Axton."
"Lalu, soal Robert Aland, terus cari informasi mengenai dirinya. Beri perintah pada organisasi kita di Amerika dan di mana pun berada. Aku tetap ingin menepati janjiku pada wanita tua itu."
"Baik, Tuan."
Justin mengangguk serta merundukkan badannya tepat di hadapan Axton. Segera setelah itu, ia memutuskan untuk berlalu. Ada beberapa hal yang harus ia tangani, mengenai Bertran sekaligus pencarian Robert Aland yang keberadaannya masih menjadi misteri.
Selepas Justin hilang dari pandangan mata, Axton lantas menghela napas panjang. Ia menatap lurus ke depan, tepat mengarah ke sebuah lukisan singa yang memiliki sayap berwarna hitam. Namun, benaknya tidak sedang menilai gambar tersebut, melainkan terus berpikir bagaimana caranya untuk menguak kebenaran di balik tragedi penambangan ilegal yang menyebabkan bencana lumpur dan merugikan warga lokal di sekitar kawasan. Siapa yang mendukung Bertran—pengusaha tambang—sehingga pria itu berani membuat urusan dengan Axton, dengan memanfaatkan latar belakang Axton yang memang berasal dari negara tersebut?
"Ayah tidak pernah mengatakan padaku tentang organisasi yang begitu membenci Sayap Hitam. Selain, beberapa organisasi kecil yang berhasil kami tumpas. Jika memang ingin menghancurkan Sayap Hitam, mengapa orang itu harus jauh-jauh membuat masalah di negara ini? Hanya karena latar belakangku? Mereka ingin mengeruk hasil kekayaan itu dan kemudian tidak sengaja menimbulkan bencana, lalu menuduh Black Wings sebagai tersangka?" Axton menggertakkan gigi, geram. "Pintar juga, orang itu mungkin lebih jenius dari perkiraanku. Aku harus segera menyudahi drama ini dan kembali ke Amerika. Jika keadaan semakin runyam, keberadaanku di sini pun akan diketahui."
Sungguh, Axton tidak akan mengampuni siapa pun yang berani bermain-main dengannya. Mungkin memang sulit menguak misteri di balik bencana lumpur karena penambangan ilegal tersebut, tetapi Axton tidak akan menyerah. Ia tidak pernah gagal dalam menangani setiap masalah. Bahkan, semua pembunuhan yang dilakukan oleh organisasinya selalu berhasil ia tutupi dengan rapi.
Axton Axelcen, namanya tersebut selalu bersih sebelum ada tuduhan tersebut, bahkan tidak ada yang tahu bahwa dirinya adalah seorang pimpinan mafia. Namun, masalah kali ini berbeda. Ia yakin ada dalang super hebat yang membuat dunia gempar atas kebenaran bahwa Axton Axelcen adalah seorang mafia, sementara yang orang tahu dirinya adalah salah satu direktur penting di sebuah perusahaan besar yang berjalan di bidang real estate.
"Tuan Axton!" Seseorang berseru sembari membuka pintu ruang pribadi Axton tanpa basa-basi terlebih dahulu. Melainkan Herman yang kemudian muncul dengan ekspresi sangat cemas. "Nona Ameera ... No-nona Ameera tidak ada di kamarnya, tidak juga di semua tempat rumah ini. Dia menghilang."
"Apa?!" Mata Axton terbelakak, bahkan ia sampai beranjak berdiri saking terkejutnya. "Wanita itu ...!" lanjutnya sembari mengepalkan kedua jemarinya dan seluruh urat hijau di wajahnya langsung bermunculan.
"Gerakkan semua orang yang ada di rumah ini dan temukan dia sekarang juga!" titah Axton selanjutnya.
Herman mengangguk, segera setelah itu ia memutar badan dan berlari untuk menunaikan tugas dari sang tuan. Axton pun tidak tinggal diam. Ia yang sudah dipenuhi api amarah lantas berjalan cepat dan keluar ruangan pribadinya tersebut hanya demi mencari Ameera yang kemungkinan sedang berupaya untuk kabur.
***