Rencana keduanya berhasil. Mereka dapat uang dari penjualan rumah. Setelah dapat uang dari keluarga duda itu mereka berencana pergi bersama. Kabur dari kehidupan yang menyebalkan ini. Mama Maria juga sudah malas merawat papa Abel yang struk. Tak bisa apa-apa. Merepotkan saja.
***
Alice menangis sampai tertidur dipangkuan papanya. Sementara mobil setengah perjalanan ke kantor. Kenan kasihan melihat Alice yang menangis sampai tertidur menekuk didalam mobil.
"Tidur bay, Alice." Kata kenan menyibakan rambut panjang anaknya yang menutupi wajah cantik sang anak.
"Kasihan bos anak Lo. Mau ke kantor atau gimana ini jadinya?" Tanya Bayu kepada Kenan.
"Bawa ke rumah aja apa ya. Kasihan kan kalau ikut ke kantor. Nanti tidurnya gak nyaman?" Kenan malah balik nanya ke bayu. Meminta pendapat bayu.
"Iya sih. Kasihan kalau di kantor."
"Ya udah, puter balik deh bay. Anter ke rumah dulu baru kita ke kantor." Kata Kenan kepada Bayu.
"Ok bos. Ah siap."
Bayu memutar balikan arah mobilnya didepan belokan jalan. Mereka kembali ke jalanan menuju rumah Kenan.
"Mama Abel."
Ketika tidur, di sepanjang jalan pulang, Alice malah ngelindur. Dia memanggil nama Abel sebagai mamanya. Bayu dan Kenan juga dengan jelas.
"Alice punya mama. Mama Abel sekarang. Jangan ngatain Alice gak punya mama lagi."
Alice makin parah mengigaunya. Bayu dan Kenan dengar jelas. Bayu makin kasihan melihat Alice seperti itu. Kenan apalagi. Dia tak henti mengusap kepala alice dengan lembut dan sesekali menciumnya.
"Kasian bos. Udah lah cariin mama buat alice. Nikahin tante cantik yang alice bilang kalau ketemu." kata bayu sambil menyetir.
"Iya bay. Makannya ini usaha banget kan nyarinya. Semoga aja nanti ketemu alamat rumah barunya."
"Iya bos."
Mobil mereka sampai kembali ke rumah. Kenan menggendong alice untuk masuk kedalam rumahnya, menidurkannya ke kamar.
"Ken, gimana?" tanya lilis yang melihat kenan menggendong alice yang tertidur masuk kedalam rumah. "Ketemu abelnya?" lilis ingat nama wanita itu. Dia wanita yang spesial bagi lilis, karena diingat oleh cucunya.
"Sudah pindah rumah ma. Ini nangis alice gak ketemu sama tante cantiknya. Sampai tidur, dalam mobil mengigau lagi panggil abel mama."
Lilis mengikuti kenan yang membawa alice naik ke atas. Masuk ke kamar alice. Lilis membantu membukakan pintunya.
"Nanti aku sama bayu mau cari tau lagi, mau ke kantor habis ini. Nitip alice ya ma." kata kenan pada sang mama. Lilis mengangguk.
Kenan dengan sangat pelan menurunkan alice di tempat tidurnya. Lilis membantu menatap bantal dan juga menyelimuti alice.
"Iya. Pasti mama jagaian. Semoga cepet ketemu alamat rumahnya yang baru ya." kata lilis kepada kenan.
"Iya ma."
Baru saja kenan melangkah pergi, diambang pintu kamar alice. Alice terbangun dan menangis.
"Mama abel."
Alice sampai berteriak memanggil abel. Kenan dan lilis jadi tak tega meninggalkannya. Kenan kembali mendekati abel dan memeluk abel yang duduk terbangun.
"Sayang, kenapa?" kenan memeluk abel erat.
"Mama abel papa. Alice mau mama abel, jangan tinggalin alice. Alice mau ikut papa nyari mama abel." alice menangis dipelukan kenan. Memohon pada sang papa.
"Alice sama nenek ya. Papa sama om mau ke kantor. Kita mau cari alamat tante abel yang baru. Kalau alice ikut, kasian alice nanti nunggu lama di kantor. Emang gak bosen?" tanya kenan menatap anaknya itu. Dia menggeleng.
"Alice mau ikut papa pokoknya." alice tak mau melepaskan pelukannya kepada sang papa.
"Alice nunggu di rumah sama nenek. Pasti papa sama om bayu bisa nemuin tante abelnya kok." lilis mencoba membujuk alice.
"Gak mau nenek."
Alice tak henti menangis. Kenan pun akhirnya mengikuti apa yang alice minta. Dia mengajak alice kembali ke kantor. Kenan menggendong alice lagi dan turun lagi kebawah. Bayu yang menunggu dibawah, duduk di ruang tamu berdiri melihat kenan, kok sama alice lagi.
"Biarin deh ma. Aku ajak ke kantor." kata kenan pada sang mama sambil menggendong alice menuruni tangga.
"Loh, bos kecil bangun?" tanya bayu mendekati kenan yang menggendong alice.
"Iya mau ikut. Biarin deh bay. Kita ke kantor." kata kenan.
"Ma, pamit ya. Doain ketemu biar gak nangis lagi anaknya nih." kenan mencium tangan mamanya.
"Dada nenek."
Alice yang tadi menangis bahkan kini tersenyum mencium tangan neneknya juga mencium pipi sang nenek. Juga lilis yang mencium pipi alice dengan bahagia, senang melihat cucunya senyum lagi.
Lilis mengantar kenan dan alice sampai ke luar rumah. Bayu seperti tadi duduk dikursi kemudia. Kenan dan alice dibelakang. Lilis melambaikan tangan kepada kenan dan alice. Alice pun melambaikan tangan dari dalam mobil.
Mereka kembali ke kantor.
***
"Ma, aku berangkat ke kantor dulu ya?"
Abel bekerja sebagai salah satu desain interior di sebuah perusahaan real estat. Dia satu-satunya arsitel wanita disana. Abel pamit kepada mama tirinya di rumah kontrakan kecilnya.
"Iya sayang. Hati-hati ya, kerja yang giat." kata mama tirinya kepada abel.
Abel hanya tersenyum dan mencium tangan sang mama tiri. Lalu pamit pada sang papa.
"Aku tinggal ya pa. Baik-baik." kata abel kepada papanya. Papanya hanya bisa sedikit tersenyum pada abel.
Abel harus berangkat naik ojek untuk menghemat uang. Dia menuju ke kantornya. Ditengah jalan ponselnya berdering. Abel kesusahan membawa kertas desainnya sepanjang jalan naik ojek.
"Halo pak." abel mengangkat telfonnya dengan susah payah diatas taxi.
"Iya iya pak. Sebentar lagi." kata abel di telfon.
Ojek abel berhenti di lampus merah. Di persimpangan. Disisi lain ada mobil bayu. Tapi mereka tak saling lihat. Terhalang satu motor lagi.
"Tante cantik papa."
Alice tak sengaja menoleh kesisi samping papanya. Dia melihat wanita yang mirip abel, dan itu memang benar-benar abel. Tapi lampu hijau menyala. Ojek abel langsung jalan.
"Papa itu tante abel. Kejar papa." kata alice sampai ingin melepas sabuk pengaman mobilnya dan mengejat abel. Tadinya ingin turun dari mobil.
"Ehh, duduk disini. Kita kejar pakai mobil." kenan menahan alice.
"Bay, ikutin motor itu bay." perintah kenan kepada bayu.
"Siap bos."
Bayu mencoba mengikuti ojek yang abel naiki. Tapi karena abel naik motor. Bayu kesulitan mengikuti motor abel yang nyelip-nyelip dengan mudah dari kendaraan lain.
"Itu om kesana."
Alice juga membantu mengarahkan. Tapi mereka tetap ketinggalan motor abel dan kehilangan jejak.
"Tadi yang mana ya motornya? Kemana ya arahnya?" bayu kehilangan motor yang abel tumpagi.
"Yahh om. Kok ilang sih." alice menunduk sedih. Dia sampai menangis meneteskan air mata. Alice memeluk papanya.
"Kita ke kantor ya. Kita minta tolong om sama tante di kantor sekali lagi." kenan hanya bisa menenangkan alice.
"Maaf ya bos kecil. Om gak bisa ngikutin motornya. Jadi kita kehilangan calon mamanya bos kecil deh." bayu ikut merasa bersalah mendengarnya.
Mereka jalan kembali ke kantor.