Oh ya, restaurant kampung palm ternyata sangat lengkap menu khas dari jawa timur, tengah, maupun barat. Contohnya seperti makanan yang dipesan oleh ayahku. Beliau bisa makan, makanan khas desanya tanpa jauh-jauh untuk pulang. Kampung palm ini sangat cocok bagi masyarakat yang merantau di jakarta, yang rindu akan nuansa kampungnya.
"Gimana menurut kamu tempat ini? Om dan vira suka ?"
"Aku sih suka sejuk, nyaman." Penat dan capek selama beberapa hari mengurus ayah di rumah sakit sedikit hilang. Terobati dengan pemandangan sawah, gunung dan matahari pada sore hari ini.
" Kalau om sih, suka nuansa desanya mengingatkan kampung halaman. Kok kamu tau sih tempat ini ? Om kurang lebih 4 tahun di jakarta belum tau tempat ini" Kata ayahku.
" Hehe iya om, kan saya suka hangout bareng teman kantor, ya jadinya tau lah tempat seperti ini. Ini juga recomend dari teman saya " jelas Dimas.
"Iya tempatnya recomend banget." Kataku.
Kurang lebih setengah jam kami menunggu pesanan, akhirnya datang diantar oleh dua orang pramusaji lelaki dan perempuan. Mereka menghidangkan makanan dan minuman kami dengan sangat rapi. "selamat menikmati." Kata pramusaji dengan ramah.
''ayo silahkan dimakan." Dimas mempersilahkanku dan ayah untuk menyantap hidangan yang sudah kami pesan.
Makanan di kampung palm ini penyajiannya tidak menggunakan piring atau gelas seperti di restaurant pada umumnya. Namun disini untuk makanannya menggunakan piring bambu yang atasnya beralas daun pisang untuk mangkuknya menggunakan batok kelapa yang sudah diamplas halus. Sedangkan untuk gelas minum, di restaurant ini menggunakan cangkir jaman dahulu yang terbuat dari seng. Kenikmatan makan bertambah jika makannya menggunakan tangan.
Kami sedang asik makan, tiba-tiba sahabtku jesica menelponku.
"Ya halo jes,"
"Hey kak vir, denger-dengar om Hartawan udah pulang dari rumah sakit ya."
"Iya, alhamdulillah ayah sudah keluar dari rumah sakit." Jawabku
"Syukurlah, terus lo sekarang dimana?" Tanya jesica
"Ini aku lagi makan di restaurant kampung palm sama ayah, dan pak dimas spv dikantor pak Frans." Terangku ke jesica.
"Hah, Dimas?. Siapa lagi tuh ? Baru sebentar magang di PT Gemilang Sejahtera lo udah punya gebetan aja sih kak haha." Canda jesica kepadaku.
"Apa'an kamu jes, hanya teman saja. Itupun kenal juga gak sengaja." Jawabku lirih
"Oh ya, kamu sedang apa ?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan jesica. Agar ia tidak bertanya tentang Dimas lagi.
"Ini aku lagi makan sama pak Frans dan sopirnya. Kita habis chek in hotel di Bandung. Soalnya besok meetingnya juga di Hotel ini. Jadi cari yang simple aja."
"Waduh, berarti pak Frans denger pembicaraan Jesica dong. Pas dia sebut-sebut na Dimas tadi." Gumamku dalam hati.
" Hey kak, yaudah have fun ya makannya sama pak Dimas."
" Eh iya jes, kamu semangat ya, jaga kesehatan selama dinas di Bandung." Perhatianku pada sahabatku.
"Ok kak vir.see you." Jesica menutup teleponnya.
Entah kenapa setelah jesica menelponki dan mengetahui jika aku sedang bersama Dimas, aku khawatir kepikiran Frans. Tidak enak dengan Frans. Seketika mood makanku menjadi berkurang dan aku melamun.
"Vir..vira haloo.." Dimas membuyarkan lamunanku
"Eh, tidak apa-apa dim."
Jesica dan Frans telah sampai di Bandung sedari tadi. Mereka booking hotel berbingang lima di daerah kota Bandung. Frans memesan kamar 3, yaitu untuk dirinya sendiri, Jesica dan kedua sopirnya.
Setelah mereka beristirahat sejenak, mereka melakukan makan ditempat restaurant pada hotel tersebut.
"Jes, Kamu habis telepon sama vira ?" Tanya Frans pada jesica yang sedang menikmati steak di hadapannya.
"Iya pak, ada apa ?"
"Kalau tidak salah dengar, tadi kamu sebut nama Dimas. Ada apa dengan Dimas Vira ?" Tanya frans penasaran setelah mendengar percakapan Jesica dan Vira di telepon tadi.
"Oh iya, tadi si vira bilang kalau dia sedang makan dengan Dimas gitu pak. Kelihatannya sih sama ayahnya juga. Soalnya dia bilang ayahnya baru saa keluar dari rumah sakit" Jelas Jesica pada Frans.
"Oh begitu." Jawab jutek Frans mendengar penjelasan dari jesica.
Jesica yang melihat tiba-tiba wajah lungset Frans mencob memberi perhatian padanya. "Em, pak Frans mau dessert ?. Saya ambilkan." Tawar jesica.
"Emm tidak saya sudah kenyang. Saya capek sekali mau ke kamar istirahat dulu ya." Tiba-tiba Frans beranjak pergi meninggalkan meja makan dan terlihat wajahnya kesal.
"Ih aneh banget tu si bos." Gerutu jesica sebal jika tawarannya ditolak.
Karena di cuekin oleh bosnya, jesica pun ikut meninggalkan meja makan. Lalu pergi ke kamarnya.
Dikamar, Frans ngedumel gak jelas setelah mengetahui jika Vira sedang makan bersama Dimas salah satu supervisor di kantornya. "Duh kenapa aku jadi gini sih. Perasaanku kesel banget tau vira sama lelaki lain. Atau aku mulai ada hati dengan vira?" Frans bingung menggaruk -garuk kepalanya sendiri.
"Ah sudahlah, tidak mungkin aku suka sama dia. Tapi memang vira itu wanita yang beda dari wanita lain yang pernah aku kenal." Frans semakin bingung dengan perasaannya. Dia tidak mau mengakui jika hatinya mulai ada rasa dengan Vira. Namun Frans berusaha menepisnya. Karena selama ini Frans tidak pernah merasakan jatuh cinta setelah hatinya terluka akibat kisah kelamnya.
Frans bimbang dengan perasaannya. Antara suka dengan gengsi. Dia gengsi jika jatuh cinta pada mahasiswa magang dikantornya. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya marah saat tau Dimas sedang bersama vira. "apa aku chat vira saja ya. Untuk memastikan apakah dia masih bersama Dimas atau sudah pulang. Tapi tidak ah, nanti mengganggu watu dia. Biarkan saja dulu. Akan aku tanya jika sudah pulang ke Jakarta nanti." Gumam Frans.
Daripada memikirin vira terus, Frans akhirnya menyibukan diri dengan menyiapkan bahan untuk meeting besok dengan clien besarnya. Karena didepan matanya adalah proyek yang besar dan kesempatan dia untuk mendapat profit yang lebih besar. Jadi ia harus menyiapkan sebaik mungkin untuk persiapan meeting besok.
"Hallo jes, temui saya di lobi ya. Temani saya buat bahan presentasi untuk besok meeting." Frans menghubungi jesica untuk menemaninya membuat bahan meeting. Karena moodnya sedang kacau, dia butuh seseorang untuk teman ngobrol.
"Baik, pak saya akan segera turun Ke lobi."
Jesica kegirangan saat mendapat telepon dari Frans untuk menemaninya di lobi. Jesica pun bersiap-siap untuk turun ke lobi menemui Frans.
Jarak kamar dengan dengan lobi tidak begitu jauh hanya melewati satu lift saja. Tidak memakan waktu lama untuk jesica menuju lobi. Sesampinya di lobi ia lihat seorang laki-laki berkaos kerah putih memakai celana 3/4 cream santai, sedang sibuk dengan laptop yang ada di depannya.
"Pak Frans." Sapa jesica.
"Hey jes, duduk sini temani saya."
"Iya pak, kira-kira apakah ada yang bisa saya bantu pak?"
"Emm…tidak perlu, saya hanya butuh teman ngobrol saja disini."
Saat menemani Frans, jesica malah asik menatap wajah Frans yang terlihat keren menurutnya. Pandangan matanya menatap lelaki yang didambakannya saat ini. "Aduh, cakep banget sih ni orang." Lirih jesica sambil senyum-senyum tipis.
"Hey, jes kenapa kamu nglamun. ngelihat saya begitu?" Lamunan jesica dibuyarkan oleh Frans.
"Oh tidak pak, saya melihat yang sedang di kerjakan bapak. Sekalian belajara pak. Hehe." Jesica mengak jika dia memang sedang memperhatikan Frans bukan pekerjaanya.
"Setelah lulus kuliah, kamu mau jadi apa? kerja dimana ?.'" tanya Frans pada Jesica
"Saya pengen jadi manager keuangan di suatu perusahaan besar pak." Jawab lantang jesica yakin akan dengan cita-citanya.
"Wah, hebat. Semoga cita-citamu tercapai ya." Lempar senyum diwajah Frans pada jesica.
Selama beberapa jam, jesica menemani Frans di lobi, tidak terasa jam sudah larut malam pukul 11. Jesicapun akhirnya ketiduran di sebelah Frans saking capeknya perjalanan dari Jakarta. "Eh dia malah tidur. " Frans telah menyelesaikan pekerjaannya lalu ia membereskan berkas dan laptopnya dengan segera.
"Aduh gimana ya ini, kasihan kalau saya bangunkan sepertinya ia sangat lelah sekali."
Akhirnya Frans memanggil satu petugas di hotel tersebut untuk membawakan berkas dan laptopnya ke kamar. Sedangkan Frans akan mengangkat jesica memindahkan ke kamarnya. Namun ia tidak sendiri, ia juga meminta tolong petugas perempuan untuk membantunya.
"Mas tolong bantu saya bawakan berkas-berkas ini, dan tunggu saja di depan kamar saya. Nanti setelah mengantar teman saya ini ke kamarnya, saya akan kembali ke kamar. kamar saya di nomor 411 ya." ujar Frans ke petugas laki-laki.
"Dan mbak, temani saya ke kamar teman saya. Karena saya tidak mau ada hal yang tidak diinginkan." ujar frans pada petugas hotel perempuan.
"Siap pak." Jawab kedua petugas hotel tersebut.
Frans langsung mengangkat tubuh jesica yang sesang pulas di sofa, untuk memindahkan ke kamarnya. Melalui Lift menuju lantai dua kamar nomor 422, jesica dipindahkan ke kamarnya.
Petugas perempuan tadi membantu frans untuk membukakan pintu kamar jesica dan melepaskan alas kaki yang digunakan jesica. Frans hanya meletakan tubuj jesica di kasur dan ia langsung kembali ke kamarnya sendiri. "Mbak tolong di benahin ini selimutnya dan di tutup saja kamarnya. Terimakasih sudah membantu saya dan teman saya."
Frans langsung kembali ke kamar nya 411. "Terimakasih ya mas sudah membawakan berkas saya. Ini fee tambahan buat mas. Oh ya saya nitip juga untuk mbak yang bantu saya tadi. Saya lupa kasih dia fee."
Frans masuk kamar, beres-beres dan sebum tidur ia akan berendam dengan sedikit aroma terepi. Agar tidurnya nyenyak fikirannya fress untuk besok aktivitas kembali.