Chereads / Sekretaris Pipi / Chapter 18 - Ditembak

Chapter 18 - Ditembak

Di kepalaku penuh dengan tanya, ada apa sebenarnya ? apa yang terjadi dengan Frans, dan apa salahku?. Jantung ini semakin berdegup kencang, aku bergumam sendiri.

"sebenarnya aku mau dibawa kemana sih ?" Gumamku Bingung.

Tidak terasa, saking lamanya perjalanan, aku tertidur di mobil. Dengan kepala bersender di pundak Frans. Namun Fran membiarkan sampai aku terbangun.

"Hey ! bangun ! kita sudah sampai." Frans menggoyang-goyangkan pundakku.

Sampailah kami pada satu cafe. Dimana cafe ini sangat modern, terlihat dari bawah ada rooftop, ruangan terbuka yang sepertunya indah sekali. Tetapi anehnya cafe ini sepi pengunjung tidak ada pengunjung satupun yang datang. Padahal biasanya jam malam seperti ini, adalah jam nongkrong bagi anak-anak muda.

"ngapain kita di cafe sepi seperti ini mas ?. Ini tidak ada pengunjung satupun loh." Tanyaku ketakutan jika terjadi sesuatu denganku. 

"Sudahlah, Ayo ikut saya sekarang !" Kata Frans menarik tanganku.

Aku dan Frans kemudian masuk di Cafe tersebut. Bola Mataku berputar mengelilingi setiap sudut ruangan cafe ini. Cafe yang menurutku tempat orang menengah keatas, terlihat darj para karyawan berdandan sangat rapi dan ruangannya tertata dengan rapi pula. 

Setiba di dalam cafe, aku dan Frans di arahkan oleh salah satu karyawan untuk menuju ke atas. Ternyata kami diarahkan untuk ke rooftol yang ku lihat dari bawah tadi sangat indah. Di rooftop hanya ada satu meja dan dua kursi saja. Meja yang sudah berhias sedemikian rupa.

"Silahkan kak." Pelayan itu mempersilahkanku dan Frans untuk duduk di meja yang sudah dipesan.

"Terimakasih juga kak." Kataku pada pelayan itu.

Frans lalu menarik kursi yang akan aku duduki, "silahkan duduk."

Aku masih bingung dengan semua ini. Sikap Frans yang sedari tadi galak, tetapi setiba di cafe sikapnya berubah manis kepadaku.

"Mbak.." panggil frans kepada seorang pramusaji cafe yang membawa nampan dengan 2 gelas minum. Dan dibelakangnya disusul pramusaji lain membawa makanan.

Ini aneh sekali, aku dan Frans belum sempat membuka buku menu dan memilih makanan yang ada di cafe ini. Namun pelayan-pelayang tadi sudah membawakannya. Makanan yang datang adalah makanan favoriteku semua mulai dari pembuka sampai penutup.

"Siapa yang pesan ini semua ? apalagi ini makanan favoriteku semua." Wajahku bingung memandangi hidangan yang tersaji di depanku saat ini.

"Sudah jangan dilihatin saja. Ayo dimakan. Kamu pasti lapar kan." 

"Kok mas tau kalo saya laper. "

"Udah kelihatan dari wajahnya memelas. Hahaha." Canda Frans kepadaku.

Ku merasa suasana mulai kondusif. saatnya aku berani bertanya pada Frans, apa yang terdjadi pada dirinya. "Mas kenapa sih hari ini ? datang kerumah kayak orang marah-marah, sekarang malah ngeledek aku." 

" Udah, kita makan aja dulu !. Kalau sudah selesai, baru nanti saya jelaskan."

Kami menyantap menu makanan yang sama. Sama-sama pecinta steak dan olahan seafood. Ketika hendak makan kepiting yang ukurannya memang lumayan, aku kesusahan untuk membuka cangkangnya yang terlalu keras. Frans tidak tega melihat aku kesusahan untuk makan, akhirnya ia membantu membukakannya untukku. 

Wanita mana yang tidak meleleh hatinya jika diperlakukan baik oleh seorang lelaki. Seperti halnya seorang ayah kepada putrinya sendiri. Perhatian Frans terkadang membuat diri ini ingin diperhatikan terus olehnya, menjadi yang spesial di kehidupannya. "Ah, tidak mungkin, itu hanya mimpi saja, jangan berhalu tinggi lah Vir." Aku menepis fikiran-fikiran itu menyadarkan diriku sendiri

.

.

"Vira, bolehkah saya menanyakan sesuatu hal padamu ?" Tanya Frans.

"Iya mas, mau tanya apa ?" 

" Apakah benar kemarin saat setelah om Hartawan keluar dari rumah sakit, kamu dan Dimas makan bareng ?" 

" Iya mas benar, pak Dimas mengajakku dan Ayah untuk makan di restaurant kampung palm."  Jelasku pada Frans.

"Oh begitu, la terus tadi kenapa Dimas ada dirumah kamu ?" 

"Oh tadi, ketika saya ingin pulang kantor, tiba-tiba ban montor saya bocor pak. Anehnya padahal ketika saya berangkat, sampai dikantor gak ada masalah apapun. Lalu pak Dimas mengetahuinnya, dan saya diantar pulang olehnya.

"Kenapa tidak kamu tolak, atau kamu naik taxi online ?" Cerca Frans

"Awalnya saya sudab menolak, terus ingin pesan taxi online, batrai hp saya habis. Yasudah akhirnya saya terpaksa menerima bantuan pak Dimas." terangku.

Franspun mengangguk mengerti. "Sudah sering bertemu dimas ?" 

"Nggak juga sih pak, hanya pas saat di dekat toilet kantor, dilobi, kemarin saat tiba-tiba dia menjenguk ayah, dan terakhir tadi saat saya akan ibadah zuhur saya bertemu dimushola dan beliau menawarkan untuk pulang, tapi saya sudah menolaknya karena saya naik montor sendiri. Emangnya kenapa mas ?"Jelasku pada Frans sedetail mungkin

" Kok aneh ya, pas gitu kejadiannya. Saat kamu menolak untuk pulang, seketika itu dia berulah sengaja buat ban montor kamu bocor biar dia bisa menjadi pahlawan buatmu mengantar kamu pulang." Kata Frans dengan wajahnya terheran

"Oh iya ya mas, kok saya tidak mikir sampai kesitu. Aduh ada-ada aja sih ulah pak Dimas itu." Menggelengkan kepala.

"Terus montor kamu sekarang dimana ?"

"Ada bersama rekan bengkelnya pak Dimas pak. katanya jika sudah beres nanti diantar ke rumah saya gitu." jawabku polos

"Oh yasudah kalau begitu." 

***

Tiba-tiba tangan putih, kekar laki-laki yang sedang dihadapanku saat ini memegang telapak tangan kiriku.

"Vira.." suaranya yang lirih, perlahan sendok yang ada ditangan kananku di ambilnya dan diletakan di piring. Lalu kedua tanganku di genggam olehnya. 

Entah kenapa perasaan ini rasanya tidak tenang, jantung berdetak begitu cepat dag..dig..dug.

"Vira, apakah kamu menyukai Dimas ?" Dengan sepontan tanganku ku tarik dari genggaman tangannya.

"Ih mas ini pertanyaannya aneh banget. Ya nggak lah !" Jawabku ketus dan kesal.

Tangan kekar itu kembali meraih tanganku untuk digenggam kedua kalinya. "Vira.." katanya halus

Matanya menatap tajam penuh arti kepadaku. Jantung ini semakin dag..dig..dug seperti senam jantung.

"Iya mas." Jawabku lirih

"Jujur, kemarin saat aku mendengar percakapanmu dengan jesica di telepon. Entah kenapa Hatiku rasanya sakit. Ditambah lagi tadi saat aku datang kerumahmu, pemandangan yang tidak mengenakan terlihat di depanku kamu dengan Dimas. Itu menambah rasa sakit di hatiku ! Makanya saya tadi sempat marah ke pada kalian." Penjelasan Frans mengapa tadi tiba-tiba sikapnha berubah kepadaku.

"Kenapa mas ada perasaan dan pemikiran seperti itu ?" Tanyaku balik padanya

Tiba-tiba pemain biola yang berdatangan di sekeliling kami. Lampu berkelap kelip ditambah dengan pemandangan bintang diangkasa menjadikan suasana menjadi romantis. 

"Vira, jujur saja, saat kamu mulai magang di perusahaan saya, saya mulai tertarik denganmu. Saya melihat perbedaan didiri kamu yang berbeda dengan wanita lain yang pernah saya kenal. Entah ini salah atau benar, saya jatuh cinta kepadamu vira." Ungkapan hati seoarng Frans lelaki yang selama ini bersifat dingun jika dengan wanita. 

Glekk !! menelan ludah.

Berkali-kali aku gugup, serasa tenggorokan kering, nafas berhenti ditenggorokan.

"Mas ! tidak mungkin ! semua ini terlalu berlebihan. Saya hanya seorang mahasiswa, belum menjadi wanita karir, berbeda derajat jauj dengan mas." Jawabku berjalan mundur menjauh dari Frans.

"Saya tau vira mungkin ini salah menurutmu, tapi inilah perasaan hati saya. Saya suka sama kamu, apa adanya dirimu !" 

Setelah Frans mengungkapkan isi hatinya, vira meninggalkan Frans begitu saja. Namun Frans tidak tinggal diam, ia mengejar vira dan menarik tangannya dan mendekap tubuhnya.

"vira ! tolong jangan tinggalkan saya ! Apakah kamu mau menikah dengan saya ?. Usia saya sudah tidak muda lagi jika untuk sekedar pacaran saja !" ucap Frans to the poin.

Virapun tersentak kaget dengan ucapan Frans yang mengajaknya menikah, ia merasa insecure. Ia tidak menyangka hal ini akan keluar dari mulut seorang CEO PT Gemilang Sejahtera. "Tolong lepaskan saya mas !"

"Tidak vir, saya tidak mau kamu pergi !" Frans terus mendekap tubuh Vira dan memeluknya erat.

"Tolong lepaskan saya dulu mas, akan saya jawab." 

Frans pun akhirnya mau melepaskan pelukannya pada vira. 

"Apakah mas benar serius dengan saya ?" Tanya vira menatap tajam mata Frans. 

"Iya vir, saya serius dengan kamu. Saya tidak memandang kamu mahasiswa atau wanita karir. Saya hanya melihat kebaikan yang ada pada dirimu." Jelas Frans menatap tajam dengan kesungguhan

"Jika mas sungguh menikahi saya, ada beberapa hal yang saya pinta."

"Apa itu ? Apapun itu akan saya turuti." 

"Pertama, jika mas serius datangi langsung ayah dan ngomong didepan ayah. Kedua, saya mau hubungan antara saya dan mas tidak ada yang tau dan kita menikah menunggu saya lulus kuliah dulu. Dan yang terakhir. Meskipun saya sudah menjadi istri mas, meskipun kebutuhan saya, bisa mas cukupi, saya ingin bekerja menjadi wanita karir setidaknya untuk ayah saya. Mungkin ini sebagian, namun jika Itu mas juga sepakat, saya akan terima mas !" Ujar vira dengan tegas.

Itulah sebagian persyaratan dari vira.

"Ok, baiklah saya sepakat !. Saya akan menikahi kamu saat kamu sudah lulus kuliah dan hubungan kita saya yakin tidak ada yang tau. Saya akan menunggu kamu." 

Mereka saling menatap. Mata mereka berbicara bahwa mereka saling cinta. Memang vira juga suka dengan Frans, namun dia selama ini terus menepis perasaan itu karena ia merasa insecure tidak pantas untuk Frans seorang CEO perusahaan yang sudah mengibarkan bendera kesuksesan. Berbeda derajat dengan vira, dari keluarga sederhana.

Wajah Frans terlihat bahagia, hatinya merasa lega sudah mengungkapkan perasaan nya pada vira. Dan virapun juga sangat bahagia karena ada lelaki yanh selama ini baik, dan cintanya terbalasakan sungguh untuk menikahinya.

Senyum Frans pada vira, "Aku akan menjagamu vira." Memeluk kekasih barunya itu dengan hangat.

Tiba-tiba ada pelayan restaurant menghampiri kami, membawa buket bunga mawar merah kesukaanku. Diambilnya bunga mawar merah tersebut dari tangan peelayan, dan diberikan kepadaku.

"ini bunga untuk kamu, sebagai tanda terimakasih karena kamu sudah menerima saya."  Frans menyerahkan buket bunga melati, yang menurut frans melati melambangkan putihnua hati dan cinta vira.

"Terimakasih mas Frans." senyum kebahagiaan terpancar diwajahku saat malam itu.

" Fix ya, mulai malam ini kita ada ikatan hubungan."

"Tapi mas, jika dikantor, kita bersikap profesional saja ya. Agar tidak ada yang tahu."

"Iya baiklah."

Frans memang sudah merencanakan kejutan ini untuk vira sedari kemarin, saat ia mulai mendengar jika vira bersama Dimas. Frans marah, Frans  ada hati dengan Vira merasa cemburu dan takut jika vira di miliki oleh Dimas.

Akhirnya pada malam itu juga, Frans menghubungi kerabatnya untuk membantunya. Akhirnya ibu manager keuangan di kantor Frans memesankan satu cafe, dan membokingnya atas nama Frans untuk makan malam bersama vira dan mengungkapkan semua unek-unek serta isi hatinya. 

"Jadi ini semua mas yang rencanain ? Pantesan kenapa cafe yang biasanya rame banget, ini kok sepi." 

Frans tersenyum. "Iya semua ini buat kamu. Tapi saya dibantu sama kerabat saya, manager keuangan dikantor. Dia yang memesan semua ini. Hehe."

"Wah, ternyata kalian sekongkol. Awss ya !." Tak hentinya aku menggelitik Frans sampai ia mohon ampun padaku.

"Ampun ! Ampun !"

Mereka merasa cafe ini milik berdua,  kedua mata mereka saling memandang. dua sejoli yang sedang dilanda asmara, kini mereka terbuai dalam alunan musik yang dimainkam pemain biola. merekapun berdansa. Tetap saling memandang penuh cinta, tangan Fran memeluk erat pinggang vira, dan tangan vira melingkar di leher Frans. malam yang indah, udara yang sejuk, di saksikan bintang-bintang dilangit sebagai saksi mereka telah menjalin hubungan. 

Tuhan…

Kau ciptakan manusia berpasangan,

Disaat aku mengharapkan datangnya jodohku, engkau menghadirkan dia dalam hidupku.

Tuhan...

Engkau Maha Baik

Kasihmu sungguh nyata

Terimakasih engkau hadirkan cinta dalam hatiku untuknya.

Jaga cinta diantara kami hingga sampai nanti waktunya kami menjadi sepasang suami istri.