Chereads / Sekretaris Pipi / Chapter 21 - Dimas Berulah, Pimpinan Marah

Chapter 21 - Dimas Berulah, Pimpinan Marah

Frans membukakan pintu untukku, seperti biasa frans selalu berangkat sendiri, mengendalikan mobil sendiri tanpa sopir. Meskipun ia memiliki dua sopir dirumahnya. Namun sopir dirumah Frans selain menjadi sopir, ditugaskan untuk menjaga rumah dan mamahnya.

Masuklah aku kedalam mobil sedan black metalic itu dan disusul Frans masuk ke kursi pengendali mobil.

"Halo selamat pagi sayang." Frans tersenyum manis di hadapanku. 

"Selamat pagi juga." Aku membalas senyumannya.

"Yuk berangkat, jangan lupa dipakai seat belt nya." Betapa romantisnya ia memasangkan seat belt itu kepadaku.

Frans mulai menancap gas mobilnya keluar dari kompleks perumahanku. 

"Oh ya,kamu udah sarapan belum mas ?" 

"Belum nih, mana sempat aku sarapan, bangunnya aja mepet jam terus."

"Kebetulan nih, aku bawakan bekal buatmu." Aku mengeluarkan kotak makan yang sudah kuisi dengan masakanku tadi.

Aku membukanya dan melihatkan isi kotak makan itu padanya. Diapun langsung ngiler melihat makanan yang ku bawa untuknya.

"Apa itu, ? Sepertinya enak." sedikot lirakan matanya

"Ini tuh, pasmol ikan nila." membuka kotak makan

"Gak sabar buat santap, tapi kan aku lagi mengemudi." 

Aku kasihan padanya jika saat keeja nanti ia kelaparan. Akhirnya aku menyuapin biar dia fokus nyetir saja.

"A..aamm. Hmm, enak ! pintar masak juga ya kamu. Gak salah nih aku pilih calon istri." Seketika pipi merona mendapat pujian dari Frans 

"Aku juga terkadang membawakan bekal untuk jesica. Terkadang dia juga tidak sempat sarapan dirumah. Yaudah aku bawakan aja dari rumah."

"Wah, kamu baik banget jadi sahabat. Sunggu calon istriku ini luar biasa !"

Sesuap demi sesuap sendok makan nasi masuk kedalam mulut Frans hingga habis tak tersisa. Hanya duri ikan saja yang tersisa. Lahapnya melihat kekasihku menghabiskan masakan dariku membuatku senang dan ingin membuatkan masakan setiap hari untuknya.

"Boleh nih tiap hari di masakin sama kamu." Benar juga Frans ketagihan masakanku. 

"Siap bos ! Akan ku masakan setiap hari buat kamu."

Satu jam sudah perjalanan dari rumah ke kantor. Frans memarkirkan mobilnya di tempat biasa khusus untum owner perusahaan. Namun kami tidak langsung turun. Kudapati dari dalam mobil terlihat di ujung tempat parkir mobil Dimas juga baru datang. Mataku menyipit pandangan tajam fokus ke mobil merah yang baru saja memasuki parkiran. 

"Mas, sepertinya itu ada pak Dimas baru datang, sebaiknya kamu keluar mobil saja dulu. Dan aku akan menyusulnya saat suasana udah kondusif. Ingat Aku gak mau jika ada orang yang tau tentang kita." Pintaku ke Frans

"Ok lah, kamu segera masuk ya." Ditundukan kepalaku, ia ingin mencium dahiku. Namun aku menyentak tubuhnya menjauh dariku. 

"Maaf, jangan mas kita bukan muhrim."

"Oh iya, maaf." Dengan wajah kecewa frans keluar dari mobil dengan membawa tas laptopnya.

Setelah beberapa menit aku melihat sekeliling parkiran sudah sepi, akhirnya aku keluar dari mobil frans. "Aman, gak ada orang." Lalu aku berjalan dengan santai menuju kantor.

Ketika ku berjalan sampai keluar dari parkiran, ku mendengar ada teriakan memanggil namaku. 

"Vira ?" suara itu tidak asing bagiku. Lalu aku menoleh dan ternyata benar itu suara jesica. 

Menghentikan langkahku "Aduh, jesica tadi melihatku datang sama mas Frans gak ya." Gumamku dalam hati.

"Baru dateng kak ? Sama siapa tadi ?" Seketika wajahku pucat ketika jesica bertanya 

"Emm aku datang sendiri lah. Sama siapa lagi." Bohongku padanya 

"Gak sama pak Dimas lagi ?..hehe" 

"Gak lah ! Apa.an sih. Yaudah yuk kita keatas !" Ajaku menggeret tangan jesica.

Sesampai di lantai tiga. Kami kembali beraktivitas seperti biasa, mengerjakan tugas dari devisi kita masing-masing.

Ini adalah akhir tahun, dimana sudah saatnya tutup buku. Dimanasemua karyawan sibuk dengan kegiatan tutup buku. Sebelum masuk natal dan tahun baru, pekerjaan mereka harus selesai dan diserahkan ke bos. Karena mereka akan cuti akhir tahun.

Braak ! "Halo vira."

Dimas menggebrak meja, dengan maksud mengagetkanku yang sedang fokus di depan layar komputer.

Lagi-lagi Dimas tak bosannya menggangku, aku yang sedang disibukan oleh pekerjaan update data keuangan dari ibu manager keuangan, laki-laki berbadan sedikit gemuk ini mengagetkanku. Menyebalkan sekali, Kedatangannya membuyarkan konsentrasi saja.

"Astaga pak, mengagetkan saya saja !.ada apa sih pak ?" Mengelus dada

" Hehe, maaf dong gitu aja marah. Nanti makan siang yuk." Ajaknya padaku

"Duh pak, gak bisa maaf ya,, saya sibuk bangey ini."  Aku sengaja menolak ajakan Dimas bukannya aku sibuk dengan pekerjaan, namun aku menjaga hati dan perasaan Frans yang saat ini menjadi pacarku.

"Sebentar saja." Paksanya dengan wajah memelas, memohon agar aku mau menemanimya makan siang.

Aku kesal, dan mengeluarkan nada bicara yang tinggi "Maaf pak Dimas, saya benar-benar gak bisa !" Dengan rasa hormat pak Dimas mohon tinggalkan saya. Biarkan saya menyelesaikan pekerjaan saya !" Sentakku padanya 

Ssssttttt ! Protes semua karyawan yang ada di sekelilingku.

Sebab aku kesal dengan Dimas yang terus memaksaku, hingga membuatku berbicara dengan nada tinggi, karyawan sekelilingku pandangan mata mereka menuju ke arah kami. Begitu malunya aku mata mereka tertuju ke mejaku.

"Duh, maaf ya pak, bu." Dengan tangan memohon atas nada bicaraku yang tinggi menggangu mereka.

Tiba-tiba pimpinan perusahaan Gemilang Sejahtera keluar dari ruangannya. 

"Ada apa ini, saya dengar ada ribut-ribut !."kedua tangan diletakan diatas pinggang Frans marah-marah mendengar keributan yang ia dengar.

Karena semua pandangan mata tertuju kepadaku dan Dimas, akhirnya Frans menghampiri kami. "Mampus dah." Tepuk telapak tanganku ke jidat

"Vira, dimas, ada apa ? Kenapa kalian ribu-ribut ? Tau nggak, kalian telah mengganggu karyawan disini yang bekerja !."

Aku menundukan pandangan, merasa bersalah " maaf pak, saya salah." Jawabku lirih

Dimaspun juga demikian menundukan pandagan dihadapan Frans dan mengaku bahawa dirinyalah yang salah. 

"Ini kenapa malah main salah-salahan, jelaskan ada apa ?." Bentak Frans meninggikan suaranya 

"Ini pak, tadi pak Dimas minta saya untuk menemainya makan siang, tapi saya menolak dan dia memaksa." Jelasku dengan nada gemetar. Jujur memang Frans saat marah, ia terlihat galak dan menyeramkan.

"Benarkah itu dimas ?." Tanya Frans meninggikan suaranya

Dimas tersentak kaget dengan nada tinggi Frans "I-iya pak benar." Jawab Dimas masih menundukan pandangannya tidak berani menengadahkan kepalanya dihadapan bos.

"Kalau begitu, kamu ikut keruangan saya sekarang !" Akhirnya Dimas di panggil ke ruangan Frans.

"Ba..ba..baik pak." Dimas mengangguk pasrah di hadapan Frans.

"Dan kalian lanjutkan pekerjaan kalian." Tegas Frans kepada karyawan yang pa dangannya masih tertuju pada kami.

Baru kali ini aku melihat Frans benar-benar marah. Entah marah karena kegaduhan ya g aku dan Frans cipatakan sehingga membuat pekerja yang lain terganggu, atau marah karena Dimas mendekatiku.

Aku lanjut mengerjakan tugasku. Karena hari ini adalah hari terakhirku magang. Jadi, semaksimal mungkin aku menyelesaikan tugasku dan segera menyerahkan ke bu manager.

Setengah jam sudah berlalu akhirnya Dimas keluar dari ruangan CEO. Kulihat wajahnya yang murung setelah keluar dari ruanganan itu. Ia berjalan menuju ruangannya terus menundukkan pandangan saat melewati mejaku.  "Diapain ya sama mas Frans. Kasihan juga lihatnya." kataku dalam hati. 

Akhirnya tugasku selesai juga tepat di jam makan siang, sebelum isturahat siang, aku akan menyerahkan flas disk berisikan data-data yang ku kerjakan tadi untuk kuserahkan ke bu manager keuangan.

Tok..tok..tok 

"Masuk." Terdengar jawaban dari dalam ruangan

Ceklek..

"Selamat siang, bu." 

"Halo, vira selamat siang. Cie yang baru jadian." Bu manager menggodaku 

Aku tersipu malu. "Ah ibu bisa aja. Semua kan juga rencana ibu. Tapi terimakasih banyak ya bu." Aku masih trus tersipu malu didepan manager keuangan.

"Iya sama-sama, Frans tu cerita banyak tentang kamu. Dan minta bantuan saya, selagi saya bisa membantu dan tujuannya baik, it's ok aku bantu saja."

Hanya ibu manager keuangan PT Gemilang sejahtera lah yang tau tentang hubunganku dengan frans. Untuk yang lainnya bahkan sahabat dan ayahku. Memang aku masih merahasiakan dan akan membuka pada waktu yang tepat.

"Oh ya, ngomong-ngomong kenapa kamu ke ruangan saya ? Ada apa ? Atau mau traktir saya untuk merayakan jadianmu dengan Frans."

Wanita seksi didepanku ini terus menggodaku. "Ah ibu bisa aja. Kalau itu urusannya pak Frans. Ini bu, saya mau menyerahkan ini tugas saya sudah selesai semua." Aku menyerahkan benda kecil untuk menyimpan data pekerjaan, yaitu flash disk. 

"Iya, terimakasih ya, saya terima flas disk nya. Ngomong-ngomong besok hari terakhir kamu magang ya ? Wah bisa kangen aku sama kamu." Bu manager cemberut kalau besok adalah hari terakhir magang

Akupun juga ikut cemberut dan sedih akan berpisah dengan orang-orang baik selama aku di kantor ini. "Jangan sedih dong bu, nanti kita masih bisa kontak-kontakan atau ngopi bareng." Celotehku memecahkan kesedihan diantara kami.

"Ah kamu bisa aja ngehibur orang sedih." Wanita ini langsung memelukku sebagai tanda terimakasih selama ini telah membantunya.

"Yaudah, kalau begitu saya pamit keluar dulu ya bu." Tidak lupa aku menyalami manager yang baik hati ini.

"Iya silahkan." 

Aku melangkah pergi keluar dari ruangan yang cukup modern bagi manager keuangan. 

Saat keluar dari ruangan itu, aku berpapasan dengan Jesica yang pada saat itu sedang lewat didepan ruangan MG keuangan. "Eh jes, ngagetin aku aja kamu ini. Mau kemana ? Makan siang yuk." 

Tanpa berpikir panjang, Jesica mengiyakan ajakanku. "Yuk !"

Sesampai di kantin, seperti biasa menu favorite kami adalah bakso dan teh manis. Ku pesan dua porsi baksi dan teh manis untuku dan Jesica. Kami mencari temlat duduk yang kosong. Kebetulan tidak jauh dari outlet bakso kami menemukan bangku untuk kami tempati. 

"Duduk..duduk..kak. gue mau tanya ama lo." Jesica menarik tanganku untuk segera duduk.

"Ada apa sih jes ? Mau tanya apa kamu."

"Tadi sebenarnya kenapa kamu sama Dimas, kok pak Frans kelihatannya marah banget."

"Oh tadi, pak Dimas maksa gitu ngajak makan siang bareng. Terus aku tolak. Eh, dia malah ngeyel. Yaudah karena aku merasa terganggu pas tadi aku fokus ke kerjaan, dengan sepontan aku berbicara nada tinggi. Yah, sedikit membentak gitu. Terus pak Frans denger, marah deh." Jelasku pada Jesica

Jesica mengangguk angguk "Ow begitu, jangan-jangan pak Dimas tu suka lagi sama lo. Hehe"

"Hush, sembarangan kalau ngomong. Gak lah jes. Kamu aja sama dia !" Timpal balikku padanya. 

Pelayan datang mangantar Pesanan bakso dan teh manisku. 

"Makasih pak." Kataku pada pelayan bakso tersebut. Sekalian memberikannya uang untuk membayar.

Mengingat besok adalah hari terakhirku dan jesica magang disini, aku dan jesica berinisiatif membuat syukuran kecil dan memberikan plakat atau tanda terimakasih pada perusahaan ini.

"Eh jes, besok kan hari terakhir kita disini, gimana kalau besok kita adain syukuran kecil pakai nasi kuning tumpeng gitu aja. Dan kasih plakat buat kenang-kenangan. Gimana setuju gak ?"

Jesica mengangguk setuju. "Ok, aku setuju, nanti kita pesan tumpengnya untuk besok. Sekalian aku mau kasih kado untuk pak Frans."

Degh ! 

Akupun tersentak kaget ketika jesica akan memberikan kado untuk Frans. Hatiku serasa tertusuk. Namun aku tetap berfikir positif thinking saja. Bahwa jesica adalah sahabat baikku. Tidak ada yang salah jika ia memberikan kado ntuk Frans. Mungkin sebagai tanda terimakasihnya karena sudah diizinkan magang selama satu bulan di PT Gemilang sejahtera.